BAB IV
HAMBATAN DAN UPAYA PENANGANAN DALAM MEWUJUDKAN PERADILAN PIDANA ANAK YANG EDUKATIF TERHADAP ANAK PELAKU
TINDAK PIDANA STUDI DI KABUPATEN SIMALUNGUN
A. Hambatan dalam pelaksanaan peradilan pidana anak
1. Hambatan dari segi Yuridis
a Berikut ini peniliti menjelaskan hambatan yang dihadapi penyidik dari segi
yuridis dalam melaksanakan penyidikan terhadap perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak
131
1 Penyidik mengetahui adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang system peradilan pidana anak sebagai pengganti Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tapi belum ada
sosialisasi. :
2 Masa Penahanan untuk kepentingan penyidikan dilakukan paling lama
7Tujuh hari yang di atur dalam pasal 33 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak dirasakan
penyidik terlalu singkat sehingga terkesan agar tidak melakukan penahanan terhadap anak pelaku tindak pidana.
3 Pasal 33 ayat 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur adanya Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS untuk penahanan anak pelaku tindak pidana
131
Hasil wawancara dengan Brigadir Eldison Damanik penyidik pembantu polsek bangun kabupaten simalungun pada tanggal 14 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
namun pada prakteknya belum ada Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS.
4 Pasal 26 ayat 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur adanya syarat khusus untuk penyidik anak yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai penyidik ,
b.Mempunyai minat dedikasi dan memahami masalah anak, c.Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak namun dalam
prakteknya Belum ada pelatihan teknis tentang Peradilan anak untuk di ikuti penyidik khusus anak.
5 Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur bahwa pada tingkat penyidikan , penuntutan dan pemeriksaan perkara anak dipengadilan wajib di
upayakan diversi, namun dalam prakteknya Penyidik khusus anak selama ini memakai ADR Alternatife Dispute Resolution untuk
pengalihan proses formal ke informal Damai dan belum memahami diversi.
6 Batas usia anak yang dirasakan oleh penyidik tidak sesuai lagi,
menurut penyidik usia 16-17 tahun seharusnya tidak lagi disebut anak dan telah dapat di kategorikan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Laporan Pengaduan LP Tindak Pidana yang dilakukan anak tahun 2012 di Polsek Bangun Kabupaten Simalungun
No. Tindak Pidana
Pelaku anak Jumlah
pelaku Umur
1. Pencurian Pasal 363 KUHP yo Pasal 368
KUHP 1
15 Tahun
2 Percobaan Pencurian Pasal 53 KUHP yo 363
KUHP 1
15 Tahun
3 Penganiayaan Pasal 80 ayat 1 UU No. 23
2002 Perlindungan Anak Pasal 170 yo 351 KUHP
2 17 Tahun
17 Tahun 4
Pencurian Pasal 363 KUHP 1
15 Tahun 5
Penganiayaan Pasal 351 yo 170 KUHP 1
16 Tahun 6
Ancaman Pasal 335 KUHP 1
14 Tahun
Tabel diatas menunjukkan jumlah laporan pengaduan yang masuk ke polsek bangun pada tahun 2012, umur anak yang dilaporkan melakukan tindak pidana ke kantor
polisis paling banyak berkisar antara 15 – 17 tahun. Terlihat bahwa masyarakat cenderung melaporkan anak dengan usia 15 tahun
keatas, bukan karena masyarakat mengetahui bahwa itu adalah umur yang masih dalam kategori untuk dilaporkan atau masuk kedalam peradilan pidana, tapi karena
masyarakat menganggap bahwa dengan umur itu sudah dianggap dapat mempertanggung jawabkan tindakannya.
132
132
Hasil wawancara dengan Brigadir Eldison Damanik penyidik pembantu polsek bangun kabupaten simalungun pada tanggal 14 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan tabel laporan tersebut, laporan pada tahun selanjutnya juga menunjukan hal yang demikian bahwa umur anak yang dilaporkan ke kantor polisi masih
dalam rentang yang sama.
Tabel 2. Laporan Pengaduan LP Tindak Pidana yang dilakukan anak Tahun 2013 di Polsek Bangun Kabupaten Simalungun
No Tindak Pidana
Pelaku anak Jumlah
Pelaku Umur
1 Pencurian Pasal 406 KUHP
1 16 Tahun
2 Penganiayaan anak Pasal 80 ayat 1 UU No. 23
2002 Perlindungan Anak Pasal 170 yo 351 KUHP
1 16 Tahun
3 Penganiayaan anak Pasal 80 ayat 1 UU No. 23
2002 Perlindungan Anak Pasal 170 yo 351 KUHP
1 14 Tahun
4 Pencurian Pasal 362 KUHP
2 17 Tahun
17 Tahun 5
Pencurian Pasal 363 KUHP 1
17 Tahun
Masyarakat mempunyai batas sendiri tentang usia anak yang biasanya bagi mereka anak pada masa akhir SMP atau masih SMA apabila melakukan tindak pidana akan
“diboyong” atau di seret beramai-ramai ke kantor polisi, dalam hal ini masyarakat telah menganggap dia cukup umur untuk mempertanggungjawabkan tindakannya,
berbeda dengan anak yang masih SD apabila melakukan tindak pidana biasanya diselesaikan secara pribadi oleh para pihak.
133
133
Hasil wawancara dengan Brigadir Eldison Damanik penyidik pembantu polsek bangun kabupaten simalungun pada tanggal 14 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Laporan Pengaduan LP Tindak Pidana yang dilakukan anak Tahun 2014 Sampai bulan Maret di Polsek Bangun Kabupaten
Simalungun
No Tindak Pidana
Pelaku anak Jumlah
pelaku umur
1 Pencurian Pasal 363 KUHP
1 13 Tahun
2 Pencurian Pasal 362 KUHP
3 18 Tahun
17 Tahun 17 Tahun
3 Perjudian Pasal 303 KUHP
2 17 Tahun
16 Tahun
Tabel Laporan Pengaduan tersebut menunjukkan bahwa anak yang melakukan tindak pidana paling banyak dengan umur 16 – 17 Tahun, Batas
usia anak yang dirasakan oleh penyidik tidak sesuai lagi, menurut penyidik usia 16-17 tahun seharusnya tidak lagi disebut anak dan telah dapat di
kategorikan dewasa, penyidik menuturkan juga bahwa masyarakat juga dalam kenyataan sehari- harinya menentukan usia 17 tahun tersebut sudah
dianggap dewasa.
7 Penyidik menyatakan belum adanya pengaturan tentang bukti penentuan
seseorang masih dalam kategori anak, apabila akta kelahirannya tidak ada. Kesulitan menentukan usia anak saat berada diantara umur 18-19 tahun dan
tidak mempunyai akte lahir atau bukti catatan kelahiran.
Universitas Sumatera Utara
b. Berikut ini peniliti menjelaskan hambatan yang dihadapi penuntut umum dari segi
yuridis dalam melaksanakan penuntutan terhadap perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak:
134
1 Minimnya jaksa fungsional yang memilih bidang kekhususan anak
sehingga kekurangan personil untuk dapat menjalankan penuntutan terhadap anak karena kekurangan personil tersebut para jaksa
fungsional yang bukan khususan anak ikut serta dalam proses penuntutan, sebagai akibatnya jaksa fungsional lebih mementingkan
permasalahan yang besar sehingga hak anak terabaikan dan tujuan peradilan anak tidak tercapai maksimal.
2 Penuntut umum mengetahui adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang system peradilan pidana anak sebagai pengganti Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tapi belum ada
sosialisasi. 3
Masa Penahanan untuk kepentingan penuntutan dilakukan paling lama 5lima hari yang di atur dalam pasal 34 ayat 1 Undang-undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak menurutjaksa penuntut umum terlalu singkat .
4 Pelaksanaan hak- hak anak untuk perlindungan anak yang terkesan
terlalu memanjakan anak pelaku tindak pidana. 5
Tidak adanya sosialisasi hak – hak anak untuk perlindungan anak
134
Hasil wawancara dengan Edmond N. Purba Kasi Pidsus di Kejaksaan Negeri Siantar pada hari senin 17 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
6 Singkatnya waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk
mempelajari dan meneliti hasil penyidikan dari penyidik anak 7
Belum tersedia rumah tahanan khusus anak 8
Kewajiban meminta pertimbangan dari pembimbing kemasyarakatan 9
Pasal 41 ayat 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak mengatur adanya syarat khusus untuk
penyidik anak yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum, b.Mempunyai minat perhatian, dedikasi dan memahami
masalah anak, c.Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak namun dalam prakteknya Belum ada pelatihan teknis tentang
Peradilan anak untuk di ikuti penyidik khusus anak. 10
Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak mengatur bahwa pada tingkat penyidikan
, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak dipengadilan wajib di upayakan diversi, namun dalam prakteknya penuntut umum anak
selama ini memakai ADR Alternatife Dispute Resolution untuk pengalihan proses formal ke informal Damai dan belum memahami
diversi.
c. Berikut ini peniliti menjelaskan hambatan yang dihadapi hakim anak dari segi
yuridis dalam sidang pengadilan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak:
1 Hakim mengetahui adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang system peradilan pidana anak sebagai pengganti Undang-
Universitas Sumatera Utara
undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tapi belum ada sosialisasi.
2 Pasal 33 ayat 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur adanya Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS untuk penahanan anak pelaku tindak pidana
namun pada prakteknya belum ada Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS.
3 Pasal 43 ayat 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur adanya syarat khusus untuk penyidik anak yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam
lingkungan peradilan umum, b.Mempunyai minat dedikasi dan memahami masalah anak, c.Telah mengikuti pelatihan teknis tentang
peradilan anak namun dalam prakteknya masih ada yang belum mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak
4 Adanya ancaman pidana kriminalisasi bagi aparat penegak hukum
dianggap berlebihan, hakim saat menjalankan tugas sudah terikat dengan kode etik profesi selain itu hakim juga diawasi oleh MA dan
KY serta LSM. Sistem Peradilan Pidana memuat aturan sanksi pidana dan
administratif bagi penegak hukum yang tak menjalankan tugas dan kewenangannya dengan baik, termasuk kewajiban untuk tidak
mempublikasikan identitas anak yang bermasalah secara hukum. Ada beberapa sanksi pidana untuk penegak hukum dan pejabat pengadilan
Universitas Sumatera Utara
dalam Undang-undang Sistem Peradilan pidana anak. pertama sanksi pidana maksimal 2 tahun atau denda maksimal Rp. 200 juta bagi
penyidik, penuntut umum, dan hakim yang tidak melaksanakan kategori tindak pidana yang bisa di diversi bagi ancaman pidana di
bawah 7 tahun dan tidak bisa di diversi. Kedua sanksi pidana kepada penyidik, penuntut umum dan hakim paling lama 2 tahun bagi yang
sengaja melakukan penahanan kepada anak yang lewat dari batas waktu sebagaimana diatur dalam RUU ini. Hal ini bertujuan agar
penegak hukum profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 4. Tabel jangka waktu penahanan anak tahap pemeriksaan menurut Undang-undang Sistem Peradilan Pidana anak
Tingkat Pemeriksaan
Jangka waktu penahanan
Perpanjangan
Penyidikan 7 hari oleh
penyidik 8 hari oleh JPU
Penuntutan 5 hari oleh JPU
5 hari oleh hakim PN
Persidangan 10 hari oleh hakim
15 hari oleh Ketua PN
Tingkat banding 10 hari oleh hakim
banding 15 hari oleh ketua
PT
Tingkat kasasi 15 hari oleh hakim
kasasi 20 hari oleh Ketua
MA
5 Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
system peradilan pidana anak mengatur bahwa pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
penyidikan , penuntutan dan pemeriksaan perkara anak dipengadilan wajib di upayakan diversi, namun dalam prakteknya hakim anak
selama ini memakai ADR Alternatife Dispute Resolution untuk pengalihan proses formal ke informal Damai dan belum sepenuhnya
menerapkan diversi. 6
Fasilitas ruang sidang yang belum memadai untuk sidang perkara anak.
7 Penentuan hukuman yang terbaik untuk anak, pertimbangan pidana
dan perlakuannya terhadap anak sebab pada peradilan anak keputusan hakim tersebut harus mengutamakan pada pemberian bimbingan
edukatif terhadap anak- anak disamping tindakan yang bersifat menghukum.
Tabel 5. Perkara anak yang masuk ke Pengadilan Negeri Simalungun Tahun 2012 dan Tahun 2013
No Tindak Pidana
Tahun 2012
2013 1
Perjudian 2
1 2
Pencurian 30
46 3
Kealpaan 2
4 4
Penganiayaan 3
3 5
Pembunuhan 1
- 6
Senjata api 1
- 7
UU Perlindungan anak 7
6 8
KDRT 1
- 9
Penghinaan 1
- 10
Narkotika -
1 Jumlah
48 61
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2012 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah perkara anak yang masuk ke pengadilan negeri simalungun,
hal tersebut menunjukkan bahwa penentuan hukuman terbaik untuk anak sangat
Universitas Sumatera Utara
sulit, dan nampak jelas bahwa penerapan dari tujuan Undang-undang untuk mengeluarkan anak dari sistem peradilan belum tercapai.
135
No Tabel 6. Perkara anak yang masuk ke Pengadilan Negeri Simalungun Tahun 2014
bulan Januari dan februari Tindak Pidana
Tahun 2014 Januari
Februari 1
Pembunuhan 1
- 2
Pencurian 4
6 3
Narkoba -
1 Jumlah
5 7
Tabel diatas sebagai kelanjutan dari presentase tindak pidama yang dilakukan oleh anak setiap tahun mulai dari tahun 2012 di tabel sebelumnya menunjukkan bahwa tindak
pidana yang paling sering dilakukan oleh anak adalah pencurian bahkan semakin meningkat pertahunnya.
Hakim sebagai aparat penegak hukum yang akan menentukan hukuman kepada anak haruslah mengutamakan pada pemberian bimbingan edukatif terhadap anak
disamping tindakan yang bersifat menghukum, karena ternyata pemberian pidana yang dilakukan selama ini tidak menutup kemungkinan residivis untuk tindakan
yang sama oleh anak.
136
8 Tidak maksimalnya Laporan pertimbangan kemasyarakatan . Penentuan
hukuman sangat dipengaruhi oleh pertimbangan dari pembimbing
135
Hasil wawancara dengan David P. Sitorus Hakim anak di Pengadilan Negeri Simalungun, tanggal 18 Maret 2014
136
Hasil wawancara dengan Budi Teguh Alberto Hakim anak di Pengadilan Negeri Simalungun, tanggal 18 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
kemasyarakatan atau Case Study. Case Study sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak di kemudian hari, karena dalam memutuskan
perkara anak dengan melihat case study dapat dilihat dengan nyata keadaan si anak secara khusus pribadi, apabila pemutusan hukuman perkara anak
tidak dibantu oleh case study maka hakim hanya bertemu dengan anak sebatas ruang sidang yang hanya beberapa jam saja dan biasanya dalam
pertimbangan pembimbing kemasyarakatan menyarankan pada hakim tindakan yang sebaiknya diambil guna kepentingan dan memenuhi
kebutuhan anak.
2. Hambatan dari segi aparat penegak hukum