Pengertian Kenakalan Anak Tinjauan Kepustakaan

Mengenai batas usia anak untuk dapat dituntut pertanggungjawaban pidananya, MK berdasarkan Putusan MK No. 1PUU-VIII2010 Tahun 2010 menaikkan batasminimal usia anak yang dapat dituntut pertanggung jawaban pidana menjadi 12 Tahun. 91 Saat ini dalam UU Sistem Peradilan Anak yang baru ini mengatur beberapa hal penting dan salah satunya adalah batasan usia pertanggungjawaban pidana yaitu 12 tahun sampai 18 tahun serta batasan usia anak dapat dikenakan penahanan yaitu 14 tahun sampai 18 tahun Pasal 32 ayat [2] RUU Sistem Peradilan Anak. 92

4. Pengertian Kenakalan Anak

Kenakalan anak sering disebut dengan “juvenile delinquency”, yang diartikan dengan anak cacat social. Istilah delinkuen berasal dari delinquency, yang diartikan dengan kenakalan anak, kenakalan remaja, kenakalan pemuda dan delinkuensi. 93 Kenakalan Anak merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik seperti norma hukum maupun norma sosial. Paul Moedikdo, SH mengartikan kenakalan Anak adalah : 94 1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya. 2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat. 3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. 91 Ilman, Penerapan pidana penjara bagi anak, www.hukumonline.comklinikdetaillt4fe2cc383856dpenerapan-pidana-penjara-bagi-anak, diakses pada tanggal 5 April 2014 92 Ibid 93 Marlina, Op.cit, hlm.37 94 Haryanto, kenakalan anak wujud kepribadian dan kreatifitas, http:belajarpsikologi.comkenakalan-anak-cara-mengatasi-kenakalan-anak, diakses pada tanggal 5 April 2014. Universitas Sumatera Utara Ada banyak hukuman edukatif yang bisa diterapkan khususnya pada anak yang melakukan kesalahan ringan, diantaranya adalah: 95 1. Menampakkan wajah masam Wajah masam yang diperlihatkan oleh orang tua maupun gurunya bisa menjadi hukuman baginya, saat anak melihat perubahan ekspresi wajah kita dengan sendirinya anak akan menyadari jika yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan yang harus diperbaikinya. 2. Memberikan time out Maksud dari memberikan time out adalah dengan menyuruh si anak untuk berpisah dari kelompoknya, menyuruhnya duduk atau berdiri di suatu ruangan tertentu dalam waktu tertentu untuk merenungi kesalahannya. Hukuman ini cocok untuk anak yang melakukan kesalahan terkait sopan santun baik kepada guru, orang tua, maupun kepada teman sebayanya. 3. Memberi anak tugas bersih-bersih Saat di sekolah bisa menyuruh anak untuk membersihkan papan tulis, menyapu kelas sebelum pulang sekolah, atau tugas kebersihan lainnya. Saat di rumah, hukuman bisa diberikan dengan menyuruhnya merapikan kamar atau meja belajarnya, menyuruhnya membantu tugas ibu membersihkan rumah. Selain memberikan efek jera, hukuman ini juga bisa mengajarkan tanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan kepada si anak. 4. Menyuruh anak meminta maaf kepada orang yang disakitinya ketika anak melakukan kesalahan kepada orang lain maka salah satu hukuman yang bisa berikan kepada si anak adalah dengan menyuruhnya meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Dengan menyuruhnya meminta maaf itu sama dengan kita mengajarkan anak untuk bertanggungjawab atas segala perbuatannya. 5. Menyuruh anak berjanji untuk tidak mengulanginya salah satu tujuan diberikannya hukuman kepada anak adalah agar anak tidak mengulangi perbuatannya. Hukuman semacam ini memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah melatih anak untuk berlaku jujur, amanah, dan konsisten untuk menepati janjinya. 6. Menyuruh anak membantu pekerjaan kita salah satu hukuman yang edukatif adalah dengan menyuruh anak membantu pekerjaan kita, jika di rumah si anak bisa diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan ringan seperti menyapu lantai, membuang sampah, dan lain sebagainya, jika di sekolah, anak bisa diminta untuk membagikan buku kepada siswa lain, menghapus papan tulis dan tugas lainnya 7. Menyuruh anak membaca buku dan menceritakan isinya 95 Aka, Memberikan anak hukuman edukatif, http:edukasi.kompasiana.com20130325stop- kekerasan-berikan-anak-hukuman-edukatif-545644.html, diakses pada tanggal 5 april 2014 Universitas Sumatera Utara menyuruh anak membaca buku adalah salah satu jenis hukuman edukatif yang cukup banyak disarankan oleh para pakar pendidikan dibanding dengan memarahi atau memukulnya. 8. Menyuruh anak menghafal salah satu hukuman edukatif lainnya adalah menyuruh anak menghafal terkait pelajaran yang ia pelajari. Misalnya anak diminta menghafal perkalian atau menghafal surat pendek dalam Alqur’an. Hukuman ini akan sangat bermanfaat untuk mengasah daya ingat, melatih konsentrasi, dan banyak manfaat lainnya. 9. Menyuruh anak menulis menulis merupakan kegiatan yang sangat baik dibiasakan sejak kecil. Dengan menulis, anak dilatih untuk bisa mentransfer apa yang ada dalam pikiran mereka dalam bentuk tulisan. 10. Mengurangi jatah waktu bermain Dengan mengurangi jatah waktu bermainnya, diharapkan dapat memberikan efek jera kepada anak dan tidak mengulangi kesalahannya tersebut. Mengurangi jatah bermain anak harus dilakukan dengan mengalihkannya kepada kegiatan positif lainnya. Delikuensi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Badan Koordinasi penanggulangan Kenakalan Remaja dan penyalahgunaan Narkotika Sumatera Utara dalam Makalah “Pola penanggulangan Kenakalan Remaja” Kenakalan remaja adalah terjemahan dari Kata “juvenile delinquency” dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan ataupun tindakan remaja yang bersifat asocial, bertentangan dengan agama, dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. 96 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak, pasal 1 angka 2 menentukan bahwa anak nakal adalah : Istilah yang lazim digunakan adalah kejahatan anak dan adapula yang menggunakan istilah kenakalan remaja. 97 1. Anak yang melakukan tindak pidana 96 Maidin, Op.Cit., hlm.56 97 Pasal 1 angka 2, UU 3 Tahun 1997 Pengadilan Anak Universitas Sumatera Utara 2. Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang- undangan maupun menurut peraturan lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Dua pengertian anak nakal tersebut diatas yang dapat diselesaikan melalui jalur hukum adalah pengertian anak nakal menurut poin a, yaitu anak yang melakukan tindak pidana. KUHP tidak mengenal istilah anak nakal dari pengertian huruf b, karena KUHP mengatur tentang tindak pidana 98 Perumusan tersebut masih dianggap terlalu luas dan masih bisa dipersempit menjadi dua macam sifat kenakalan berdasarkan ringan atau beratnya akibat yang ditimbulkan yaitu; . Pasal tersebut dalam penjelasannya tidak memberi penjelasan lebih lanjut, secara umum dari pasal tersebut dapat diartikan kenakalan sebagai salah satu tingkah laku anak yang menimbulkan persoalan bagi orang lain. 99 1. Kenakalan semu, merupakan kenakalan yang tidak dianggap kenakalan bagi pihak ketiga kecuali orang tua mereka, dianggap masih dalam batas kewajaran dan nilai moral. 2. Kenakalan nyata, adalah tingkah laku anak yang dianggap melanggar nilai social dan nilai moral, sehingga dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. 98 Maidin, Opcit, hlm.57 99 Nandang , Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010 hlm. 209 Universitas Sumatera Utara Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan Anak : 100 1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi. 2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing. 3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi. 4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal. 5. Anak-anak yang suka berbohong. 6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah. 7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka. 8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian. Mengatasi kenakalan Anak yang paling dominan mengendalikan adalah dari keluarga, karena merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu : 101 1. Sikapcara yang bersifat preventif yaitu perbuatantindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikanmengadakan tindakan sebagai berikut : a Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak. b Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu. c Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak. d Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga. e pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik f Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah. g Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. h Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 100 Haryanto, Op.cit 101 Ibid Universitas Sumatera Utara 2. Sikapcara yang bersifat represif yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut : a Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan anak. b Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya. c Meminta bantuan para ahli psikolog atau petugas sosial di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu. d Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.

G. Metodologi Penelitian