F. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Sistem Peradilan Pidana Anak
Peradilan secara Yuridis merupakan kekuasaan kehakiman yang berbentuk badan peradilan, dalam peradilan terkait beberapa lembaga yaitu : kejaksaan,
kepolisian, kehakiman, lembaga pemasyarakatan, bantuan hukum, dalam mewujudkan perlindungan dan keadilan bagi setiap warga Negara.
71
Sistem peradilan pidana adalah sistem pengendalian kejahatan dari lembaga- lembaga tersebut, yang diharapkan bekerjasama membentuk suatu “integrated
criminal justice administrasion” dan merupakan implementasi atau aplikasi dari kekuasaan kehakiman dibidang peradilan pidana.
72
Sistem Peradilan Pidana Anak meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan pemutusan perkara pidana yang menyangkut anak, menekankan atau
memusatkan perhatian pada “kepentingan anak”.Sistem peradilan Pidana Anak adalah sistem pengendalian kenakalan anak yang terdiri dari lembaga-lembaga
yang menangani Penyidikan anak, penuntutan anak, pengadilan anak, pemasyarakatan anak.
73
Penyelidikan berarti serangkaian tindakan mencari dan menemukan suatu keadaan atau peristiwa yang berhubungan dengan kejahatandan pelanggaran tindak
pidana atau yang diduga sebagai perbuatan tindak pidana.
74
71
Maidin,Loc.Cit., hlm.66
72
Ibid, hlm.67 yang dikutip dari Marjono Reksodiputro, “Sistem peradilan Pidana Indonesia melihat kepada kejahatan dan penegakan hukum dalam batas-batas toleransi”. Pidato pengukuhan
Penerimaan jabatan guru besar tetap dalam ilmu hukum pada fakultas hukum Universitas Indonesia, 1993 hlm.1
73
Ibid, hlm. 70
74
M. Yahya, 2003, Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta : Sinar Grafika, hlm.101
Universitas Sumatera Utara
Pencarian dan usaha menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, bermaksud untuk menentukan sikap pejabat penyelidik, apakah peristiwa
yang ditemukan dapat dilakukan “penyidikan” atau tidak sesuai dengan cara yang diatur oleh KUHAP Pasal 1 butir 5
75
Penyidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan dari penyidikan, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna
menemukan tersangkanya.
76
Dua penjelasan tersebut hampir tidak ada perbedaan makna keduanya, hanya bersifat gradual saja, antara penyidikan dan penyelidikan adalah dua fase
tindakanyang berwujud satu, keduanya saling mengisi guna dapat menyelesaikan pemeriksaan suatu peristiwa pidana.
Pasal 1 butir 1 dan 2, merumuskan pengertian penyidikan yang di lakukan oleh
penyidik yaitu pejabat Polri atau pejabat pegawai negeri tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
77
Pengertian penyelidikan dan penyidikan walaupun hampir tidak ada perbedaannya, namun ditinjau dari beberapa segi terdapat beberapa perbedaan:
78
a. Dari segi pejabat pelaksana, penyelidik terdiri dari semua anggota Polri,
pada dasarnya pangkat dan wewenangnya berada dibawah pengawasan penyidik,
b. Wewenang terbatas, hanya dalam hal-hal mendapat perintah dari pejabat
penyidik barulah penyelidik melakukan tindakan yang disebut pasal 5 ayat 1 satu huruf b penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan, penyitaan, dan sebagainya.
75
Ibid.
76
Pasal 1 Ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
77
M. Yahya,Op.cit, Hlm. 109
78
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Penangkapan dalam pasal 1 butir 20 dijelaskan penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang.
79
Penangkapan diperlukan agar pelaku tindak pidana tidak melarikan diri atau menghilangkan barang bukti yang dapat memberatkan dirinya, walaupun
penangkapan adalah wewenang dari penyidik bukan berarti penyidik dapat menagkap sesorang dengan sesuka hati.
80
Penahanan merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak seseorang, jadi penahanan adalah suatu kewenangan penyidik yang sangat
Pasal 17 KUHAP menetukan syarat penangkapan adalah Tindakan penangkapan baru dapat dilakukan oleh seorang penyidik apabila sesorang itu :
‘diduga keras melakukan tindak pidana dan dugaan itu di sertai permulaan bukti yang cukup’. Adanya bukti permulaan yang cukup dan atas dasar bukti permulaan yang
cukup itulah sesorang yang diduga keras melakukan tindak pidana dapat ditangkap, agar tidak terjadi kekeliruan dalam penangkapan.
Penjelasan pasal 1 butir 21 KUHAP : “Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta cara yang diatur oleh undang-undang”.
79
M. Yahya, Ibid, hlm.157
80
Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam sistem peradilan pidana, USU Press,Medan, 2009, hlm. 19
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan hak asai manusia, sehingga penyidik haruslah berhati – hati untuk menahan sesorang.
81
Penahanan seharusnya dilakukan jika perlu sekali, karena kekeliruan dalam penahan dapat menimbulkan hal-hal fatal bagi penahanan. Dalam KUHAP diatur
tentang ganti rugi dalam pasal 95 disamping dapat dilakukannya praperadilan.
82
2. Pengertian Sistem Peradilan yang edukatif menurut Undang- undang No.