2. Pemidanaan terhadap anak pelaku tindak pidanamenurut undang-undang
No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak Undang- undang No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak
telah diatur mengenai batas umur anak yang dapat dijatuhi pidana dan tindakan. Anak yang belum berusia 14 empat belas tahun hanya dapat dikenai tindakan, pembedaan
perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial anak.
Beberapa pasal dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak yang berkaitan dengan ancaman pidana terhadap anak:
a. Pidana Pokok bagi anak terdiri atas:
1 Pidana peringatan
159
2 Pidana dengan syarat ;
160
Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan oleh Hakim dalam hal pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 dua tahun, dalam putusan pengadilan mengenai
pidana dengan syarat ditentukan syarat umum dan syarat khusus; 1
Syarat umum yang dimaksud adalah Anak tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana dengan syarat.
2 Syarat khusus yang dimaksud adalah untuk melakukan atau tidak
melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan Anak.Masa pidana dengan syarat khusus lebih
159
Pidana peringatan merupakan pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak Pasal 72 UU 11 Tahun 2012
160
Pasal 73 UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.
Universitas Sumatera Utara
lama daripada masa pidana dengansyarat umum, jangka waktu masa pidana dengan syarat ditentukan paling lama 3 tiga tahun dan terhadap anak
yang menjalani pidana dengan syarat harus mengikuti wajib belajar 9
sembilan tahun.mo
b. Pidana dengan syarat terbagi atas:
1 Pembinaan diluar lembaga,
Pidana pembinaan di luar lembaga dapat berupa keharusan:
161
a. mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh
pejabat pembina; b.
mengikuti terapi di rumah sakit jiwa; atau c.
mengikuti terapi akibat penyalahgunaan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
2 Pelayanan masyarakat
Pidana pelayanan masyarakat merupakan pidana yang dimaksudkan untuk mendidik Anak dengan meningkatkan kepeduliannya pada kegiatan
kemasyarakatan yang positif, jika Anak tidak memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban dalam menjalankan pidana pelayanan masyarakat tanpa alasan yang
sah, pejabat pembina dapat mengusulkan kepada hakim pengawas untuk memerintahkan Anak tersebut mengulangi seluruh atau sebagian pidana
pelayanan masyarakat yang dikenakan terhadapnya, pidana pelayanan masyarakat untuk Anak dijatuhkan paling singkat 7 tujuh jam dan paling lama
120 seratus dua puluh jam. 3
Pengawasan
161
Pasal 75 UU 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak
Universitas Sumatera Utara
Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada anak paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 2 dua tahun dan anak ditempatkan dibawah
pengawasan Penuntut Umum dan dibimbing oleh Pembimbing Kemasyarakatan.
4 Pelatihan kerja
Pidana pelatihan kerja dilaksanakan di lembaga yang melaksanakan pelatihan kerja yang sesuai dengan usia Anak, Pidana pelatihan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenakan paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 1 satu tahun.
5 Pembinaan dalam lembaga
Pidana pembinaan di dalam lembaga dilakukan di tempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yangdiselenggarakan, baik oleh pemerintah maupun
swasta.Pidana pembinaan di dalam lembaga dijatuhkan apabila keadaan dan perbuatan Anak tidakmembahayakan masyarakat. Pembinaan dalam lembaga
dilaksanakan paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 24 dua puluh empat bulan.Anak yang telah menjalani 12 satu perdua dari lamanya
pembinaan di dalam lembaga dan tidak kurangdari 3 tiga bulan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat
6 Penjara
Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan Anak akan membahayakanmasyarakat. Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada
Universitas Sumatera Utara
Anak paling lama 12 satu perdua dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai Anak berumur 18 delapan belas tahun, anak yang telah menjalani 12 satu perdua dari lamanya pembinaan di LPKA
dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat. Pidana penjara terhadap Anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir, Jika
tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana
penjara paling lama 10 sepuluh tahun. c.
Pidana tambahan terdiri atas: 1.
perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau 2.
pemenuhan kewajiban adat. Tindakan yang diancam pidana kumulatif berupa penjara dan denda, pidana
denda diganti dengan pelatihan kerja, Pidana yang dijatuhkan kepada Anak dilarang melanggar harkat dan martabat Anak.
d. Pidana tindakan
Pidana tindakan yang dapat diberikan meliputi
162
a. pengembalian kepada orang tuaWali;
: b.
penyerahan kepada seseorang, tindakan penyerahan Anak kepada seseorang dilakukan untuk kepentingan Anak yang bersangkutan.
c. perawatan di rumah sakit jiwa;
d. perawatan di LPKS, tindakan perawatan terhadap Anak dimaksudkan
untuk membantu orang tuaWali dalam mendidik dan memberikan pembimbingan kepada Anak yang bersangkutan.
162
Pasal 82 UU 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak
Universitas Sumatera Utara
e. kewajiban mengikuti pendidikan formal danatau pelatihan yang diadakan
oleh pemerintah atau badan swasta; f.
pencabutan surat izin mengemudi; danatau g.
perbaikan akibat tindak pidana. Tindakan tersebut dikenakan paling lama 1 satu tahun, dapat diajukan oleh
Penuntut Umum dalam tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling singkat 7 tujuh tahun
.
Sandingan Pengaturan UU No. 31997 dengan Pengaturan menurut UU No. 112012
Pra Judikasi UU No. 3 Tahun 1997 Pra Judikasi UU No. 11 Tahun 2012
Kepolisian Kejaksaan
Kepolisian Kejaksaan
1. Penyidik yang
menangani perkara anak
adalah penyidik khusus anak
Pasal 41
2. Pemeriksaan
wajib dalam suasana
kekeluargaan, dan meminta
pertimbangan dari
pembimbing kemasyarakatan
pasal 42
3. Penahanan 20
hari, perpanjangan
10 hari.
4. Penahanan di
tempat khusus 1.
Penuntutan dilakukan oleh
penuntut umum khusus
anak pasal 53
2. Penahanan 10
hari, perpanjangan
15 hari. pasal 46
1. Penyidik khusus
anak, dengan syarat tambahan
yaitu: “telah mengikuti
pelatihan teknis tentang peradilan
anak” pasal 26
2. Wajib meminta
pertimbangan pembimbing
kemasyarakatan, dan saran ahli
pasal 27
3. Penahanan tidak
dapat dilakukan apabila ada
jaminan orang tua wali pasal
32
4. Penahanan hanya
bagi anak telah 1.
Penuntut umum khusus anak
dengan syarat tambahan : “telah
mengikuti pelatihan teknis
tentang peradilan anak” pasal 41
2. Penahanan
paling lama 5 hari, dan
perpanjangan 5 hari pasal 34
3. Wajib
mengupayakan diversi paling
lama 7 hari, dan prosesnya 30
haripasal 42
Universitas Sumatera Utara
anak. 5.
Anak berhak mendapat
bantuan hukum. berumur 14 thn
lebih, dengan tindak pidana
ancaman penjara 7 thn.
5. Wajib
mengupayakan diversi paling
lama 7 hari, dan prosesnya paling
lama 30 hari pasal 29
Judikasi UU No. 3 1997 Judikasi UU No. 11 2012
1. Umur anak yang dapat diajukan ke
sidang anak 8 tahun belum 18 tahun belum kawin.
2. Hakim yang menangani kasus anak
adalah hakim khusus anak pasal 9 3.
Semua Aparatur sidang tidak memakai toga atau pakaian dinas
dalam sidang anak pasal 6 4.
Anak yang melakukan tindak pidana dengan orang dewasa berkas
sidangnya dipisah 5.
Sidang tertutup, kecuali Sidang putusan terbuka untuk umum
6. Anak didampingi
7. Pemberitaan selama proses peradilan
dirahasiakan 1.
Umur anak yang berkonflik dengan hukum telah 12 tahun tetapi belum 18
tahun. 2.
Hakim yang menangani kasus anak adalah hakim khusus anak dengan
syarat tambahan : “telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan
anak”
3. 3- 7 masih di laksanakan
4. Pemeriksaan perkara anak oleh hakim
majelis apabila tindak pidana diancam penjara 7 tahun atau lebih.
5. Hakim wajib mengupayakan diversi 7
hari setelah setelah penetapan, dilaksanakan paling lama 30 hari.
6. Ruang tunggu khusus anak, ruang
sidang khusus anak, waktu sidang anak didahulukan.
7. Saat memeriksa saksi, korban, anak
dibawa keluar ruangan 8.
Pembimbing kemasyarakatan membacakan hasil laporannya
Universitas Sumatera Utara
Pasca Judikasi UU No. 3 1997 Pasca Judikasi UU No. 112012
1. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan
yaitu penjara, kurungan, denda, dan pengawasan. pidana tambahan yaitu
perampasan barang atau ganti rugi
2. Tindakan yang dapat dijatuhkan
yaitu pengembalian kepada orangtua, menyerahkan kepada negara,
menyerahkan kepada departemen sosial.
3. Pidana yang dijatuhkan paling lama
½ dari maksimum ancaman pidana dewasa
4. Tindak pidana yang diancam penjara
seumur hidup pidana mati kepada anak dijatuhkan paling lama 10 tahun
5. Apabila belum mencapai 12 tahun
melakukan tindak pidana dengan ancaman penjara seumur hidup
pidana mati dijatuhkan pidana tindakan
6. Anak yang belum berusia 14 tahun
hanya dapat dikenakan tindakan 1.
Pidana pokok yaitu pidana peringatan, pidana syarat pembinaan diluar
lembaga, pelayanan masyarakat, pengawasan, pelatihan kerja,
pembinaan dalam lembaga, dan penjara. Pidana tambahan yaitu
perampasan keuntungan dari tindak pidana, pemenuhan kewajiban adat.
2. Tindakan yang dapat dikenakan pada
anak yaitu pengembalian kepada orangtuawali, penyerahan kepada
seseorang, perawatan di RS jiwa, perawatan di LPKS, wajib mengikuti
pendidikan formal, pencabutan SIM, perbaikan akibat tindak pidana.
3. 3-6
4. Selama menjalani masa pidana anak
tetap diawasi dan dibimbing oleh instansi yang berwajib.
5. Anak yang dijatuhi pidana penjara
ditempatkan di LPKA, wajib menyelenggarakan pendidikan,
pelatihan keterampilan, pemenuhan hak.
Tabel tersebut menjelaskan perbandingan perlindungan hukum pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 masih
menganut pendekatan yuridis formal dengan menonjolkan penghukuman, usia minimum pertanggung jawaban pidana terlalu rendah, penggunaan istilah anak nakal
bagi anak yang melakukan tindak pidana yang seakan sama dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana; tempat pelaksanaan penahanan yang masih dilakukan
Universitas Sumatera Utara
di Rumah Tahanan Negara, cabang Rumah Tahan Negara; belum adanya pengaturan hak anak yang yang berkonflik dengan hukum; belum melaksanakan proses diversi
dan keadilan restoratif; tidak adanya pengaturan secara jelas tentang aturan penangkapan dan penahanan terhadap anak nakal dan penjatuhan pidana yang masih
bersifat retributif. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 diberlakukan dalam rangka
mengatasi berbagai kekurangan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut dengan mengedepankan pembinaan kepada anak yang melakukan tindak
pidana. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 telah melaksanakan proses diversi dan keadilan restoratif dan mengatur pengaturan secara jelas tentang aturan
penangkapan dan penahanan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum dan penjatuhan pidana telah bersifat pada pembinaan atau restorif.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KONSEP DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE
PADA PERADILAN PIDANA ANAK A.
Konsep Diversi
Konsep diversi adalah konsep untuk mengalihkan suatu kasus dari proses formal ke proses informal. Proses pengalihan ditujukan untuk memberikan
perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum.
111
Konsep diversi merupakan merupakan konsep yang baru di Indonesia, awalnya konsep diversi muncul dalam sebuah wacana-wacana seminar yang
sering diadakan. Berawal dari pengertian dan pemahaman dari wacana seminar yang diadakan tentang konsep diversi menumbuhkan semangat dan
keinginan untuk mengkaji dan memahami konsep diversi tersebut.
112
Menurut Jack E. Bynum dalam bukunya juvenile Delinquency a Sociological Approach,Diversion is “an attempt to divert, or channel out,
youthful offenders from the juvenile justice system” terjemahan penulis, diversi adalah sebuah tindakan atau perlakuan untuk mengalihkan atau
menempatkan pelaku tindak pidana anak keluar dari sistem peradilan pidana
113
Diversi dilakukan dengan alasan untuk memberikan suatu kesempatan kepada pelanggar hukum agar menjadi orang yang baik kembali melalui
jalur non formal dengan melibatkan sumber daya masyarakat. Diversi berupaya memberikan keadilan kepada kasus anak yang telah terlanjur
melakukan tindak pidana sampai kepada aparat penegak hukum sebagai pihak penegak hukum.
Konsep diversi didasarkan pada kenyataan bahwa proses peradilan pidana terhadap anak pelaku tindak pidana melalui sistem peradilan pidana lebih banyak
menimbulkan bahaya dari kebaikan, karena pengadilan akan memberikan kesan seperti anak dianggap jahat.
114
111
Ibid
112
Marlina, Peradilan pidana anak di Indonesia : Pengembangan konsep diversi dan restorative justice, PT. Rafika Aditama, Bandung hlm. 168
113
Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam hukum pidana, USU Press, Medan 2010, Hlm.10
114
Ibid. Hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
Tiga jenis pelaksanaan program diversi dilaksanakan yaitu :
115
a Pelaksanaan kontrol secara sosial social control orientation yaitu
aparat penegak hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada
persetujuan atau peringatan yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak diharapkan adanya kesempatan kedua
kali bagi pelaku oleh masyarakat
b Pelayan social oleh masyarakat terhadap pelaku social service
orientation yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki, dan menyediakan pelayanan pada pelaku dan
keluarganya. Masyarakat dapat mencampuri keluarga pelaku untuk memberi perbaikan atau pelayanan.
c Menuju proses restorative justice atau perundingan balanced or
restorative justice orientation, yaitu melindungi masyarakat, memberi kesempatan pelaku bertanggung jawab langsung pada korban dan
masyarakat. Pelaksananya semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai kesepakatan tindakan pada pelaku.
Diversi adalah satu bentuk pembelokan atau penyimpangan penanganan anak pelaku delinkuen di luar jalur yustisial konvensional seperti dinyatakan
dalam Commentary Rule 11 Resolusi PBB 4033, UNStandard Minimum Rule for the Administration of Juvenile Justice.
Dilakukannya Diversi sendiri adalah bertujuan untuk : 1.
Menghindari penahanan Dengan adanya Diversi, anak – anak diharapkan dapat terhindar dari
penahanan dan kasusnya dapat diselesaikan dengan tidak mengorbankan kepentingan anak
2. Menghindari cap label atau stigmatisasi, sehingga tidak mempengaruhi
perkembangan mental anak. 3.
Meningkatkan keterampilan hidup bagi pelaku, karena dengan adanya Diversi memberikan kesempatan kepada pelaku untuk terlibat dalam
proses. 4.
Pelaku dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya 5.
Mencegah pelaku untuk mengulangi tindak pidana 6.
Memajukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi korban dan pelaku tanpa harus melalui proses formal.
115
Ibid, Hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
7. Dengan adanya program Diversi akan menghindarkan anak dari proses
sistem peradilan 8.
Diversi akan menjauhkan anak – anak dari pengaruh – pengaruh dan implikasi negatif dari proses peradilan tersebut.
Penerapan prinsip diversi merupakan pengarahan penggunaan hak diskresi oleh petugas untuk mengurangi kekuatan hukum pidana dalam menangani perkara
terutama perkara anak, oleh karena itu untuk menjalankan diversi diperlukan aturan dan cara pelaksanaan yang benar-benar dibangun agar dapat menjadi sisi
lain dari penegakan hukum yang tepat di masyarakat. Pelaksanaan diversi melibatkan semua aparat penegak hukum dari lini
manapun. Diversi dilaksanakan pada semua tingkat proses peradilan pidana. Prosesnya dimulai dari permohonan suatu instansi atau lembaga pertama yang
melaporkan tindak pidana atau korban sendiri yang memberikan pertimbangan untuk dilakukannya diversi.
Konsep untuk membuat kebijakan diversi merupakan sebuah proses yang melibatkan faktor-faktor internal dan external dari penentu kebijakan itu sendiri.
Dalam sebuah kutipan keputusan pengadilan dinyatakan bahwa seorang dapat diberikan hukuman adalah karena untuk memastikan penyebab kejahatan pada
dirinya dapat hilang sama sekali. Apabila dianggap penyebab tersebut sulit untuk hilang maka boleh jadi sesorang itu harus mendapatkan hukuman yang lama atau
bahkan seumur hidup.
Universitas Sumatera Utara
B. Restorative Justice