4. Metode Analisa Data
Penelitian ini dianalisis dengan secara kualitatif, dan dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis
data dengan memperhatikan fakta-fakta dalam pengaplikasiannya di lapangan yang kemudian dibandingkan dengan teori dalam studi kepustakaan, sebagai cara untuk
menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul, metode analisa data yang digunakan adalah Normatif Kualitatif. Normatif karena penelitian ini bertitik
tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif maksudnya analisa data yang bertitik tolak pada informasi-informasi yang
didapat dari responden untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas, sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan diharapkan akan memberikan
solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara kesuluruhan dari skripsi ini penulis akan menguraikan sistematikanya.
Skripsi ini terdiri dari V Bab yaitu: Bab I
Pendahuluan Uraian dalam Bab ini penulis membuat Latar Belakang, yang
menguraikan latar belakang dari penulisan skripsi ini. Pokok permasalahan menguraikan tujuan penulis melakukan penelitian dan
penulisan skripsi ini. Manfaat penelitian menguraikan manfaat dari
Universitas Sumatera Utara
penelitan dan penulisan skripsi ini. Keaslian penelitan yaitu suatu pernyataan bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini hanya penulis
yang mengungkapkan. Tinjuan kepustakaan, menguraikan sistem peradilan yang edukatif terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana,
pengertian sistem peradilan anak, pengertian anak, dan pengertian kenakalan anak. metode penelitian yakni cara yang penulis lakukan
untuk dapat menyusun skripsi ini. BAB II
Proses Penanganan yang edukatif terhadap anak pelaku tindak pidana dalam sistem peradilan pidana anak.
Uraian dalam bab ini adalah tentang sistem peradilan anak pada umumnya yang melibatkan seluruh instansi yang terkait dalam proses
peradilan anak, mulai dari proses peradilan anak tahap prajudikasi meliputi penyidikan dan penyelidikan, tahap penangkapan dan
penahanan. Proses peradilan pidana anak tahap judikasi meliputi tahap pemeriksaan perkara, tahap penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang
pengadilan. Proses peradilan pidana anak tahap pasca judikasi meliputi pelaksanaan keputusan hakim, pemidanaan terhadap anak pelaku
tindak pidana, dan peranan lembaga-lembaga terkait dalam pelaksanaan peradilan pidana anak.
BAB III Konsep Diversi dan Restorative Justice pada peradilan anak
Uraian dalam bab ini adalah tentang penerapan konsep diversi dan restorative justice dalam pelaksanaan peradilan pidana anak yang
Universitas Sumatera Utara
edukatif, sesuai dengan hukum yang berlaku di indonesia juga sejarah penggunaan diversi dan restoraive justice saat ini.
BAB IV Hambatan dan upaya penanganan dalam mewujudkan peradilan pidana
anak yang edukatif terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana Uraian dalam bab ini adalah tentang berbagai hambatan yang ada
dalam pelaksanaan peradilan pidana anak ditinjau dari beberapa segi antara lain hambatan dari segi yuridis, hambatan dari segi aparat
penegak hukum dan hambatan dari segi masyarakat. Penulis juga menguraikan upaya yang dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan
peradilan pidana anak yang edukatif, baik upaya dari segi yuridis, upaya dari segi aparat penegak hukum, dan upaya dari masyarakat.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran penulis dari bab-bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PROSES PENANGANAN YANG EDUKATIF TERHADAP ANAK PELAKU
TINDAK PIDANA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA
Anak harus dididik untuk dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya, terlebih lagi jika perbuatannya itu menyangkut perbuatan atas
tindakannya dalam hal melanggar hukum. Menjadikan seorang anak dapat bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya dibutuhkan seperangkat
hukum yang mengatur tentang sistem, status dan proses untuk menjadikan anak dimaksud disebut sebagai subjek hukum yang mampu dan atau mendapat
ketetapan hukuman yang diberikan oleh hakim pengadilan dengan ketentuan khusus.
106
Sistem peradilan pidana terdiri dari 4 empat komponen yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Keempat komponen tersebut
bekerjasama dalam menegakkan keadilan, kerjasama tersebut terwujud dalam tahapan proses peradilan pidana.
107
Menurut pengaturan kekuasaan kehakiman yang diatur secara istimewa dalam undang-undang pengadilan anak hanyalah masalah sidangnya yang berbeda dengan
acara sidang orang dewasa, dengan demikian kompetensi absolut Pengadilan Anak ada pada Badan Peradilan Umum Pasal 2 UU No.31997
Tahapan dalam proses peradilan pidana yaitu tahap prajudikasi tahap sebelum sidang peradilan meliputi penyidikan dan penyelidikan, tahap judikasi selama
sidang meliputi pemeriksaan dan pembuktian tuntutan pihak jaksa dan pasca judikasi setelah sidang peradilan meliputi pelaksanaan keputusan yang telah dalam
persidangan seperti penempatan terpidana ke dalam lembaga pemasyarakatan.
106
Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta, 2000, Hal.16
107
Nashriana, Op.cit,hlm. 118
Universitas Sumatera Utara
A. Proses Peradilan Pidana Anak Tahap Prajudikasi