Perbandingan Hasil Analisis Finansial Skenario I dan Skenario II

176 Perubahan Persentase Kenaikan Biaya Bahan Baku 4,16 Kenaikan Upah Tenaga Kerja 17,85 Penurunan Harga Jual 11,25 Hasil switching value pada skenario II menunjukkan bahwa batas perubahan terhadap kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual yang membuat usaha ini tetap layak adalah 4,16 persen, 17,85 persen, dan 11,25persen. Kenaikan bahan baku sebesar diatas 4,16 persen per tahun selama umur proyek menyebabkan usaha ini tidak layak. Kenaikan upah tenaga kerja diatas 17,85 persen per tahun menyebabkan usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Penurunan harga jual dibawah 11,25 persen menyebabkan usaha ini tidak layak dijalankan. Pada skenario II, batas harga jual dari pupuk organik ini adalah Rp 576,8 per kilogram. Hasil analisis switching value skenario II tidak jauh berbeda dengan skenario I. Walaupun usaha ini meningkatkan output, kenaikan harga bahan baku masih sangat sensitif.

6.2.3 Perbandingan Hasil Analisis Finansial Skenario I dan Skenario II

Hasil kelayakan finansial untuk skenario I dan skenario II menunjukkan bahwa usaha Poktan Bhineka I pada kedua kondisi tersebut layak untuk dijalankan. Menurut Soeharto 2002, penilaian pengembangan suatu proyek dapat dilihat dari peningkatan arus kas bersih yang bersifat incremental. Peningkatan kaapsitas produksi meningkatkan arus kas bersih netflow dari usaha ini. Gambar 9: Grafik Arus manfaat Skenario I dan Skenario II 100,000,000 50,000,000 - 50,000,000 100,000,000 150,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skenario I Skenario II 177 Peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipatnya skenario II menyebabkan peningkatan nilai pendapatan setelah dikurangi pajak per tahunnya, nilai NPV dan Net BC. Peningkatan kapasitas juga memperpanjang periode pengembalian PP karena nilai investasi terlalu besar. Tabel 24. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan Skenario II Uraian Skenario I Skenario II Kriteria Laba Rugi Laba per tahun setelah pajak Rp 24,639,268 Rp 46,737,268 Kriteria Kelayakan Cashflow DR 7 DR 16 NPV Rp 156,179,316 Rp 164,690,803 Net BC 4.5104 4.0936 IRR 65 68 PP 2.7948 3.1822 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Bahan Baku per tahun 4,41 4,16 Kenaikan Upah Kerja per tahun 19,2 17,85 Penurunan Harga Jual 14,4 11,25 Dari perbandingan hasil analisis sensitivitas, skenario I dan skenario II dapat dilihat bahwa pada kedua skenario usaha sangat sensitif terhadap perubahan biaya bahan baku. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sensitivitas usaha sebelum peningkatan kapasitas dan setalah terjadi peningkatan kapasitas. Penetapan harga jual sebesar Rp 500 pada skenario I ataupun skenario II menyebabkan usaha ini tidak layak. Pada skenario I, batas harga terndah yang menyebabkan usaha ini layak adalah Rp 552,5 sedangkan pada skenario II adalah Rp 544,7. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dinilai bahwa peningkatan kapasitas produksi layak dilakukan dalam kondisi yang sesuai dengan asumsi- asumsi penelitian ini. Hal ini dikarenakan peningkatan kapasitas produksi menyebabkan penambahan net inflow, peningkatan laba per tahun, NPV dan IRR. 178 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat : 1. Analisis kelayakan non finansial usaha pupuk organik Poktan Bhineka I dikatakan layak jika ditinjau dari aspek : 1 Teknis dan teknologi, 2 Pasar, 3 Manajemen, dan 4 Sosial dan lingkungan. Aspek teknis usaha dikatakan layak karena pemilihan teknologi yang tepat, ketersediaan bahan baku terjamin dan lokasi usaha yang strategis. Aspek pasar dikatakan layak karena permintaan pasar pupuk organik di Subang sangat potensial dan kondisi pasar yang kompetitif dan teratur dengan adanya APPOS. Aspek Manajemen dikatakan layak karena struktur organisai usaha, pembagian tugas dan pembagian wewenang sederhana dan jelas. Aspek sosial dan lingkungan dikatakan layak karena usaha ini berdampak positif terhadap lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat peternak, pengusaha budidaya jamur dan UKM kerupuk di lingkungan sekitar usaha. 2. Hasil analisis kelayakan finansial usaha Poktan Bhineka I pada kondisi yang sudah berjalan Skenario I dan jika kapasitas produksi ditingkatkan Skenario II yaitu usaha ini layak dalam kedua kondisi tersebut. Peningkatan kapasitas produksi Skenario II mendapatkan nilai NPV lebih besar daripada Skenario I. Hasil analisis sensitivitas pada skenario I usaha menunjukkan bahwa batas kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual yang masih membuat usaha ini layak adalah 4,41 persen, 19,2 persen, dan 14,4 persen. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada skenario II menunjukkan bahwa batas kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual yang membuat usaha ini tetap layak adalah 4,16 persen, 17,85 persen, dan 11,25 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap kenaikan biaya bahan baku karena biaya bahan baku memiliki proporsi terbesar dalam anggaran usaha. Penetapan harga jual sebesar Rp 500 pada 179 skenario I ataupun skenario II menyebabkan usaha ini tidak layak. Pada skenario I, harga pasar minimal adalah Rp 556,4 sedangkan pada skenario II adalah Rp 576,8.

7.2 Saran