130 periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat
kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain Husnan dan Suwarsono, 2000.
Adapun perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut: Payback Period =
Keterangan: I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
A
b
= Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya f.
Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas adalah teknik untuk mengantisipasi perubahan yang
mungkin terjadi pada parameter-parameter yang diperkirakan dalam perencanaan. Melalui analisis sensitivitas akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling
sensitif. Untuk mengukur tingkat sensitivitas digunakan formula Switching Value SV yang menggambarkan tingkat perubahan paremater tertentu yang
menyebabkan NPV=0
�V = i
+
+ NPV
+
NPV
+
− NPV
−
∗ i
−
− i
+
Keterangan : i
+
=Tingkat diskon yag membuat nilai NPV positif i
-
= Tingkat diskon yag membuat nilai NPV negatif NPV
+
= Nilai NPV positif NPV
-
= NIlai NPV negatif
4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan
Asumsi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Analisis aspek finansial dan non finansial dalam penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu umur proyek. Umur proyek adalah 10 tahun,
didasarkan pada umur investasi yang paling berpengaruh signifikan terhadap proses produksi dan paling lama, yaitu bangunan.
2. Dilakukan dua skenario dalam usaha ini yaitu :
b
A I
131 a.
Skenario I yaitu kondisi usaha dengan perolehan bahan baku yang telah dilaksanakan saat ini dan tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton per
bulan selama umur proyek. Kapasitas produksi sesuai dengan luas bangunan pengomposan. Pada skeanrio I modal yang digunakan adalah
modal sendiri ditambah bantuan pemerintah senilai Rp 32.000.000. Akan tetapi bantuan pemerintah tidak dimasukkan dalam perhitungan dalam
nalisis arus kas penelitian ini karena arus kas yang dianalisis adalah arus kas incremental yaitu arus kas yang mempengaruhi kondisi kelayakan
finanisial secara langsung selama proyek berlangsung. b.
Skenario II yaitu kondisi usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton per bulan. Pada seknario
II dilakukan penambahan luas bangunan pengomposan dan alat produksi. Peningkatan kapasitas akan dilakukan pada tahun ke-3 Tahun 2010
menyebabkan peningaktan investasi. Modal untuk peningkatan investasi pada skenario II diperoleh dari pinjaman.
3. Pada skenario I, tingkat diskon yang digunakan dalam analisis arus kas
merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia BRI pada tanggal 1 September 2009 sebesar 7 persen. Hal ini dikarenakan
modal yang digunakan adalah modal sendiri sehingga oppourtunity cost dalam investasi adalah bunga deposito. Pada skenario II, tingkat bunga
yang digunakan dalam analisis arus kas adalah bunga pinjaman Kredit usaha Rakyat KUR dengan tingkat bunga 16 persen. Hal ini dikarenakan
pada skenario II, usaha ini memperoleh pinjaman KUR untuk peningkatan investasi. Bank BRI menjadi acuan dalam penentuan tingkat bunga karena
BRI adalah bank mitra dari pengelola usaha pupuk organik Poktan Bhineka I.
4. Inflow dan Outflow pada tahun 2010 hingga akhir umur proyek merupakan
proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada tahun 2008 dan tahun 2009.
5. Harga input produksi pupuk organik Bhineka I adalah harga perolehan
ditempat produksi farm gate price dimana marjin pemasaran tidak termasuk dalam harga. Harga input yang digunakan pada tahun ke-3
132 hingga selanjutnya merupakan harga pada tahun 2009 dan tidak berubah
sepanjang umur proyek. 6.
Semua bahan baku habis di produksi sehingga tidak ada persediaan bahan baku di awal dan akhir tahun.
7. Harga pupuk Bhineka I yang digunakan mulai tahun ke-3 hingga tahun ke-
10 adalah harga yang berlaku pada tahun 2009 yaitu Rp 650 per kilogram. Tingkat harga yang digunakan adalah tingkat harga ditempat produksi
farm gate price 8.
Produk yang dihasilkan habis terjual sehingga tidak ada persediaan di akhir dan di awal tahun.
9. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi
dikeluarkan untuk
peralatan-peralatan yang
telah habis
umur ekonomisnya. Nilai dari investasi dan reinvestasi merupakan nilai
perolehan barang modal investasi pada tahun 2008. 10.
Pajak yang digunakan dalam usaha ini adalah pajak penghasilan untuk orang pribadi karena usaha ini belum memiliki bentuk badan usaha.
Besarnya pajak yang dikenakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan:
a. Tidak dikenakan pajak apabila perusahaan menderita kerugian
b. Tarif 5 untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun
Rp 50.000.000 c.
Tarif 10 untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun Rp 50.000.000
– Rp 250.000.000 d.
Tarif 15 untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun Rp 250.000.000
– Rp 500.000.000 e.
Tarif 5 untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun Rp 500.000.000 hingga lebih.
11. Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan switching value yaitu:
a. Kenaikan harga bahan baku
Asumsi ini didasarkan pada kenaikan harga bahan baku mencapai 14,25 persen dari tahun 2008 hingga tahun 2009. Hal ini sangat
133 berpengaruh terhadap arus kas karena biaya bahan baku
mempunyai proporsi 80,17 persen terhadap anggaran b.
Kenaikan harga tenaga kerja per HOK Asumsi ini didasarkan pada peningkatan upah 20 persen dari tahun
2008 hingga tahun 2009. Biaya upah mempunya proporsi terhadap anggaran biaya sebesar 13,9 persen.
c. Perubahan harga jual
Asumsi ini didasarkan karena adanya perkiraan penurunan harga jual pupuk organik kedepannya. Perkiraan ini didasarkan atas
kebijakan pemerintah dalam pemasaran pupuk organik. Untuk mendukung pertanian organik, pemerintah membuat kebijakan
yang menunjuk perusahaan pupuk nasional menawarkan ke pasar pupuk organik bersubsidi dengan harga eceran tertinggi Rp 500.
Kebijakan ini akan diterapkan di Kabupaten Subang pada tahun 2010. Secara tidak langsung, kondisi ini memicu penurunan harga
pupuk organik.
134
V GAMBARAN UMUM 5.1
Karakteristrik Wilayah Penelitian
Desa Blendung merupakan salah satu desa dari 11 desa di Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Desa Blendung merupakan dataran rendah yang
memiliki luas 567.318 hektar dan termasuk kawasan yang bebas banjir. Dari total luas lahan di Desa Blendung, 80 persen adalah lahan pertanian dan 59 persen
adalah lahan perkebunan milik perorangan Lampiran 3. Karakter iklim dari Desa Blendung yaitu :
1. Curah hujan 1.721 mm dengan jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan hujan
2. Suhu rata-rata harian 29 derajat celcius
3. Ketinggian tempat 35 mdl
Jumlah penduduk Desa Blendung yaitu 3354 jiwa. Sebagian besar masyarakat Desa Blendung bermata pencaharian sebagai petani dengan status
pemilik lahan rata-rata kurang dari satu hektar.
Tabel 3. Data Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Desa Blendung
Sumber : Profil Desa Blendung, 2007
Desa Blendung memiliki empat Poktan dan dan satu gabungan kelompok tani gapoktan. Kelompok tani tersebut tersebar di empat dusun yaitu;
Dusun I : Kelompok Tani Bhineka III Ketua : Bapak Ubay Jasana
Dusun II : Kelompok Tani Bhineka II Ketua : Bapak Adang Jaya Kusumah
Dusun III : Kelompok Tani Bhineka IV Ketua : Bapak H. Jumadi
Dusun IV : Kelompok Tani Bhineka I Ketua : Bapak Ust. Sukarya
Keempat Poktan tersebut kemudian tergabung dalam Gapoktan Bina Usaha yang diketuai oleh Bapak Dedi Sobandi. Keberadaan empat kelompok tani
dan Gapoktan di Desa Blendung diharapkan dapat menjadi sarana utama bagi
Karakteristik Jumlah keluarga
Memiliki lahan pertanian 1.014
Tidak memiliki lahan pertanian 15
Memiliki lahan 1 ha 870
Memiliki lahan 1,0-5,0 ha 108
Memiliki lahan 5,0-10 ha 21
Memiliki 10 ha 15
Jumlah total keluarga petani 1.014
135 petani dalam penyerapan informasi dan teknologi baru. Dengan adanya kelompok
tani dapat menunjang pembangunan desa dalam pengembangan agribisnis pedesaan.
Kelompok tani Bhineka II, III, dan IV termasuk Poktan pemula yang dibentuk pada tahun 2007. Poktan Bhineka I merupakan Poktan yang sudah
berdiri lama yang menjadi pelopor pembentukan Poktan di Desa. Aktifitas Poktan Bhineka I yaitu usaha pembuatan emping dan kripik nangka, pembibitan dan
pembuatan pupuk organik. Pendirian Poktan Bhineka II, III, IV di Desa Blendung dirancang
sedemikian rupa oleh hasil musyawarah dengan aparat desa dan masyarakat dimana setiap Poktan mengelola jenis usaha yang spesifik. Poktan Bhineka I
difokuskan dalam pengolahan dan penyediaan input, Bhineka II dalam usaha peternakan, Poktan Bhineka III dalam usaha perikanan dan Bhineka IV dalam
usaha padi.
5.2 Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang APPOS