109 kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan
hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti
sisa batang dan tunggul akar misalnya sisa –sisa tanaman, kacang-kacangan, dan
tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan hasil pengomposan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang,
darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian contohnya seperti limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit,
penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah
dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas. Dalam penelitian ini, pupuk organik yang dimaksud adalah
pupuk organik yang sumber organiknya berasal dari pengomposan kotoran hewan, jerami dan bahan lainnya.
2.1.1 Bahan-Bahan Penyusun Pupuk organik
Menurut Isroi 2009, bahan-bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :
1. Bahan Organik
a. Kompos
Kompos sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk organik. Kompos adalah bahan organik padat yang telah mengalami
dekomposisi parsial. Bahan baku kompos adalah bahan organik padat, seperti sampah organik, serasah, sisa daun, jerami dan lain-lain. Bahan
organik yang telah matang dalam proses pengomposan mempunyai rasio CN yang cukup rendah atau kurang dari 25.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang juga termasuk jenis kompos, tetapi berbahan baku kotoran hewan. Pupuk kandang bisa dibuat dari kotoran ternak sapi,
kambing, kerbau, unggas atau kotoran manusia. Kotoran ternak ayam, sapi, kerbau, dan kambing mempunyai komposisi hara yang bervariasi
Lampiran 1 . Secara umum, kandungan hara kotoran ternak lebih rendah
daripada pupuk kimia sehingga takaran aplikasinya lebih besar.
110 c.
Gambut Gambut mirip dengan kompos, namun proses dekomposisinya
belum sempurna. Gambut tidak dijadikan sebagai bahan baku utama pupuk organik. Umumnya gambut digunakan sebagai bahan baku organik
tambahan untuk pupuk organik 2.
Perekat Perekat berfungsi untuk merekatkan pupuk organik agar pencampuran
bahan sempurna dan menghasilkan tekstur pupuk yang padat. Beberapa bahan yang biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah molase, tepung tapioka,
kalsium, bentonit, kaoline dan lain sebagainya. Perekat ditambahkan dalam jumlah sedikit kurang dari 10 .
3. Bahan Aditif Bahan Tambahan
Bahan aditif adalah semua bahan yang dapat ditambahkan saat melaksanakan proses pengomposan dengan tujuan memperbaiki struktur kompos
dalam timbunan. Bahan-bahan aditif yang umumnya digunakan a.
Fosfat alam Fosfat Alam ditambahkan untuk meningkatkan P didalam pupuk
organik. b.
Dolomit Penambahan dolomit digunakan untuk meningkatkan kandungan
Magnesium Mg dalam pupuk organik. c.
Kapur Pertanian kaptan Kaptan adalah kapur yang biasa digunakan dalam budidaya
pertanian untuk meningkatkan pH tanah, khususnya di tanah-tanah yang bereaksi masam. Dalam pembuatan pupuk organik, kaptan juga berfungsi
untuk meningkatkan pH pupuk karena bahan-bahan dalam pupuk organik bereaksi masam.
d. Zeolit
Zeolit memiliki pengaruh yang baik untuk tanah, yaitu dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Peningkatan kapasitas tukar
kation tanah akan meningkatkan efiensi penyerapan hara oleh tanaman.
111 e.
Abu atau arang sekam Abu atau arang sekam memiliki kandungan K
2
O yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 30 persen. Penambahan abu atau arang sekam digunakan
untuk meningkatkan kandungan hara K. Menurut Sutanto 2002, keberhasilan proses pengomposan dalam
pembuatan pupuk organik sangat tergantung pada kesesuaian komposisi bahan. Perlakuan yang paling tepat terhadap bahan dasar untuk berlangsungnya proses
dekomposisi sangat tergantung pada karakteristik limbah organik yang digunakan Lampiran 2.
2.1.2 Standar Kualitas Pupuk organik