Perumusan Masalah Analisis kelayakan usaha pupuk organik kelompok tani bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang

104 nasional. Subang mengarahkan pengembangan ekonomi daerah berbasis pertanian yang tertuang dalam visi Pemerintah Kabupaten Pemkab Subang. Subang sebagai salah satu kabupaten yang mengembangkan program Go organik 2010. Langkah awal kebijakan Go Organik 2010 yang dilakukan Pemkab Subang yaitu melakukan pengalihan secara bertahap pemakaian input-input pertanian anorganik menjadi organik. Salah satunya adalah mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan mensubstitusikannya dengan pupuk organik. Tujuan utama dari pensubstitusian penggunaan pupuk anorganik menjadi organik adalah menyehatkan lahan pertanian di Kabupaten Subang. Untuk mendukung kebijakan tersebut, langkah yang diambil adalah menumbuh-kembangkan industri kecil pupuk organik. Pada tahun 2007, Pemkab Subang memberikan bantuan dana sekitar Rp 1 Milyar kepada 32 pelaku usaha yang ingin mendirikan usaha pupuk organik dan mengembangkannya. Sebagian besar pelaku usaha tersebut adalah kelompok tani yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten Subang. Pelaku- pelaku usaha tersebut kemudian membentuk APPOS Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang. Kelompok Tani Poktan Bhineka I adalah salah satu UKM yang tergabung dalam APPOS yang menjalani usaha pupuk organik sejak awal tahun 2008.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu alasan penting pengembangan pertanian organik adalah kerusakan lahan pertanian yang semakin buruk. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah LPT menunjukkan bahwa 79 persen tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik BO yang sangat rendah 3 . Kondisi ini berarti bahwa sawah di Indonesia sudah sangat miskin hara bahkan dapat dikatakan sakit sehingga tidak hanya membutuhkan makanan pupuk kimia, namun juga memerlukan penyembuhan. Cara penyembuhannya adalah dengan menambahkan 3 http:www.pikiran-rakyat.comprprint.php?mib=beritadetailid=60687. Falik Rusdayanto. Potensi pasarproduk pertanian organik. 2007. Diakses pada tanggal 13 Juni 2009. 105 BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat menjadi lebih sehat. Untuk meningkatkan kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahan-bahan organik pupuk organik berkisar 5-10 tonha. Faktor penting dari pengembangan pertanian organik adalah ketersediaan input-input yang menunjang sistem pertanian organik, dimana salah satunya adalah ketersediaan pupuk organik. Dari data Departemen Pertanian tahun 2008, kebutuhan pupuk organik baru dapat dipenuhi 2 persen dari total kebutuhan sebesar 17 juta ton. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi karena jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia sangat lambat. Pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga home industry sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinu. Oleh karena itu, industri pupuk organik di Indonesia sangat penting dan prospektif untuk dikembangkan. Kebutuhan pupuk organik yang tinggi sedangkan ketersediaannya tidak mencukupi menunjukkan suatu peluang bisnis yang prospektif. Gap yang besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik menunjukkan market potential pupuk organik cukup besar. Market potential yang besar tersebut menjadi peluang pasar bagi para produsen untuk mengembangkan usaha pupuk organik. Kabupaten Subang memiliki luas areal pertanian sebesar 63 persen 129.975 Ha dari total luas lahan 205.176 Ha. Berdasarkan anjuran pemakaian bahan organik Balitan 2005 dimana setiap hektar lahan memerlukan minimal 2 ton pupuk organik per tahun, maka kebutuhan pupuk organik Subang sekitar 259.950 ton per tahun . Akan tetapi, menurut ketua APPOS, Bapak Suta Suntana, produksi pupuk organik di Subang hanya mencapai 200 ton per bulan atau 2200 ton per tahun pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan usaha pembuatan pupuk organik baru berkembang sejak tahun 2007 dan rata-rata skala usahanya masih tergolong dalam usaha kecil. Poktan Bhineka I adalah salah satu pelaku usaha pembuatan pupuk organik di Subang yang tergabung dalam APPOS. Poktan ini baru menjalankan usaha pembuatan organik sejak awal tahun 2008. Pendirian usaha ini mendapat bantuan Pemkab Subang senilai Rp 32.000.000. Penjualan pupuk organik Poktan Bhineka I meningkat 90 persen dari 120 ton pada tahun 2008 menjadi 230 ton pada September 2009. Menurut pengelola permintaan 106 pupuk organik sangat tinggi sehingga terkadang tidak dapat dipenuhi. Pada bulan Juli 2009 terjadi penolakan permintaan sebesar 20 ton. Alasan penolakan permintaan karena usaha ini memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Usaha Poktan Bhineka I hanya mampu menghasilkan 25 ton pupuk per bulan. Oleh karena itu, pengelola Poktan Bhineka I berencana meningkatkan kapasitas usaha menjadi dua kali lipat untuk memenuhi permintaan pasar. Penelitian ini mengkaji kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I dalam jangka waktu sepuluh tahun. Analisa kelayakan usaha ditinjau dari aspek finansial dan non finansial untuk menentukan keputusan mengenai layak atau tidaknya suatu usaha dijalankan hingga kemudian ditingkatkan kapasitas produksi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana kelayakan usaha pupuk organik yang telah dijalankan oleh Poktan Bhineka I selama ini bila ditinjau dari aspek non finansial dan finansial? 2. Bagaimana kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I bila dilakukan peningkatan kapasitas produksi?

1.3 Tujuan Penelitian