121 value dari net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net BC Rasio
adalah:
a. Net BC = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
b. Net BC 0, maka NPV 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
c. Net BC 0, maka NPV 0, proyek tersebut merugikan
3.1.4.4 Internal Rate Return IRR
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyebabkan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present value NPV sama dengan nol.
Menurut Gittinger 1986 IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila
memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
3.1.4.5 Payback Period PP
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali
dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain Husnan dan Suwarsono, 1999.
3.1.5 Analisis Sensitivitas
Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan. Tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan Gittinger, 1986.
122 Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang
mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu: a.
Perubahan harga jual b.
Keterlambatan pelaksanaan proyek c.
Kenaikan biaya d.
Perubahan volume produksi Untuk menentukan ukuran sensitivitas, digunakan formula switching value.
Menurut Gittinger 1986, analisis switching value adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-
ubah. Pendekatan switching value nilai ganti, mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan. Perubahan-
perubahan yang terjadi misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun kenaikan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik trial-
error terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam suatu usaha. Switching value
menggambarkan tingkat perubahan tertentu yang menyebabkan NPV mendekati atau sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net BC sama
dengan satu. Parameter yang diambil adalah perubahan yang sangat mempengaruhi kelayakan usaha. Dalam penelitian ini, parameter yang diambil
yaitu perubahan harga, harga bahan baku dan upah tenaga kerja.
3. 2 Kerangka Pemikiran Operasional
Program pengembangan pertanian organik Go Organik 2010 adalah salah satu pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis
berwawasan lingkungan eco-agribisnis guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Langkah awal Go Organik 2010 yang dilakukan
Pemkab Subang yaitu menumbuh-kembangkan industri kecil pupuk organik. Tujuannya yaitu meningkatkan ketersediaan pupuk organik sehingga petani
beralih dari pupuk kimia ke organik secara bertahap. Untuk mensukseskan program tersebut, maka pada tahun 2007 Pemkab Subang memberikan bantuan
dana dengan total sekitar satu milyar rupiah kepada 32 kelompok tani yang mengembangkan usaha pembuatan pupuk organik yang tersebar di beberapa desa
123 di Kabupaten Subang. Kelompok tani tersebut kemudian tergabung dalam APPOS
Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang. Kelompok tani Bineka I adalah salah satu produsen pupuk organik yang
ada di Subang. Usaha ini berdiri sejak awal tahun 2008. Poktan Bhineka I dapat menghasilkan 25 ton pupuk organik per bulannya atau 300 ton per bulannya.
Akan tetapi permintaan tersebut diperkirakan akan meningkat mengingat terjadinya peningkatan permintaan 54 persen dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Bahkan menurut pengelola, pernah terjadinya penolakan permintaan pupuk sebesar 20 ton karena tidak mampu dipenuhi. Menurut Ketua APPOS, potensi
pasar pupuk organik yang baru terserap baru sekitar satu persen sehingga diharapkan UKM pupuk organik memanfaatkannya dengan meningkatkan skala
produksi. Oleh karena itu, pengelola berencana meningkatkan kapasitas produksi dengan meningkatkan luas bangunan pengomposan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I. Analisis kelayakan dilakukan dengan
menganalisis aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial yang menjadi kriteria kelayakan suatu investasi, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Analisis finansial mancakup kajian mengenai NPV, IRR, Net BC Rasio, Payback Period dan kemudian dilakukan
analisis sensitivitas usaha dengan switching value. Adapun kerangka operasional penelitian ini adalah sebagai berikut.
124
Gambar 2: Kerangka Pemikiran
Analisis Sensitivitas
Studi Kelayakan
Tidak Layak
1. Relokasi sumberdaya
2. Reevaluasi aspek-aspek
Layak
Usaha Pupuk organik dikembangkan
Aspek Non Finansial 1.
Aspek Teknis 2.
Aspek Pasar 3.
Aspek Manajemen 4.
Aspek Hukum 5.
Aspek Sosial Lingkungan
Aspek Finansial 1.
Laba Rugi 2.
NPV 3.
Net BC 4.
Payback Period Program Go Organik 2010
Pemkab Subang
Usaha Pupuk Organik Poktan Bhineka I didirikan pada tahun 2008
Permintaan meningkat Kapasitas terbatas
Peningkatan Kapasitas Produksi : 25 ton per bulan 50 ton per bulan
125
IV METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di usaha pembuatan pupuk organik oleh kelompok tani Bhineka I, di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei hingga September 2009.
4.2 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, pemberian kuesioner maupun
survey langsung ke pemasok bahan baku pupuk, Poktan Bhineka I dan konsumen pupuk. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS,
internet, pustaka, dan literatur-literatur lainnya yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
4.3 Metode Pengambilan, Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengambilan responden sampling yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik non probabality sampling yang terdiri dari dua
cara yaitu purpossive sampling dan snowball sampling. Pemilihan Poktan Bhineka I dilakukan secara sengaja purposive sampling yaitu menentukan dengan sengaja
objek yang akan diteliti untuk menggambarkan beberapa sifat di populasi tersebut dengan pertimbangan bahwa objek yang dipilih memiliki potensi untuk
pengembangan industri pupuk organik. Penentuan stakeholder sebagai sumber informasi dilakukan secara snowball sampling atas rekomendasi pengelola usaha
Poktan Bhineka I Bapak Haji Dedi Sobandy. Menurut Siagian dan Sugiarto 2008, teknik snowball sampling sangat tepat dilakukan bila populasinya kecil
dan sangat spesiifk. Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk mengetahui keragaan usaha pupuk organik, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pupuk organik
secara finansial berdasarkan analisis kelayakan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel untuk membuat proyeksi cash flow dari
total biaya dan manfaat yang dihasilkan oleh usaha ini beberapa tahun ke depan.