157 kapasitas usaha jika dikaji secara aspek pasar. Hal ini dikarenakan atas faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skala usaha pupuk organik Bhineka I dan keberlanjutan usaha yaitu potensi pasar dan kekuatan pasar
bargaining position yang kuat karena adanya APPOS.
6.1.5 Aspek Manajemen
Usaha pupuk organik Bhineka I didirikan pada tahun 2007 atas mandat dari Pemkab Subang dimana setiap desa hendaknya memiliki usaha pembuatan
pupuk organik yang dikelola oleh kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik di setiap desa. Tujuan dari usaha ini didirikan adalah memenuhi
kebutuhan organik petani Desa Blendung dan sekitarnya. Visi dan misi dari usaha ini sama dengan visi dan misi Poktan Bhineka I. Anggota Poktan Bhineka I
menyerahkan tanggung jawab pengelolaan usaha ini kepada Bapak Dedi Sobandi. Struktur organisasi dari usaha memiliki tipe organisasi lini. Tipe organisasi
ini memiliki struktur organisasi sederhana, jumlah karyawan kecil dan spesialisasi kerja belum tinggi. Bagan organisasi dapat dilihat pada Gambar 8 dimana terdiri
dari pengelola, penanggung jawab produksi, penjualan dan keuangan. Pusat wewenang dari usaha pupuk organik Bhineka I telah diberikan kepada Bapak
Dedi Sobandi. Menurut Schroef dalam Wibowo 2002, pusat wewenang adalah orang yang memegang kewenangan tertinggi untuk mengambil keputusan,
memerintah, dan sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi mencapai sasaran.
Gambar 8. Bagan Organisasi Usaha Pupuk Organik Poktan Bhineka I
Struktur organisasi dari usaha pupuk organik Poktan Bhineka I sangat sederhana dan jelas. Pada umumnya skala usaha kecil memiliki bentuk organisasi yang
Pengelola
Dedi Sobandi
Penanggung Jawab Penjualan
Agus
Penanggung Jawab Produksi
Urip Penanggung Jawab
Keuangan Adok
158
sangat sederhana untuk memudahkan dalam mengendalikan organisasi. Tugas dan
wewenang dari penanggung jawab diuraikan sebagai berikut : 1.
Penanggung Jawab Produksi Penanggung jawab produksi usaha ini adalah Bapak Urip yang merupakan
anggota Bhineka I dan juga memiliki ikatan keluarga dengan pengelola. Tugas yang diberikan yaitu melakukan pengawasan terhadap proses produksi sedangkan
wewenangnya adalah pengendali produksi dan penentu tenaga kerja yang digunakan dalam produksi pupuk organik. Bapak Urip memiliki usia 42 tahun
dengan pendidikan terakhir yaitu Sekolah Dasar. Bapak Urip juga berperan sebagai pekerja pembuatan pupuk organik.
2. Penanggung Jawab Penjualan
Penanggung jawab penjualan diberikan kepada Bapak Agus yang juga merupakan anggota Bhineka I dan memiliki ikatan keluarga dengan pengelola.
Bapak Agus berusia 23 tahun dengan pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Pertama SLTP. Bapak Agus juga berperan sebagai tenaga kerja dalam
pengemasan pupuk organik. Tugas dari Bapak Agus yaitu melayani pembelian pupuk organik, mencatat transaksi penjualan dan melaporkannya kepada
pengelola. Wewenang yang diberikan yaitu mengatur penjualan dan memilih serta merekrut tenaga kerja dalam pengemasan.
3. Penanggung Jawab Keuangan
Penanggung jawab keuangan adalah Bapak Adok yang merupakan anggotan Bhineka I dan memiliki ikatan darah dengan pengelola. Bapak Adok
berusia 36 tahun dengan pendidikan terakhir Sarjana Pendidikan. Tugas dari Bapak Adok adalah mencatat pendapatan dan pengeluaran uang kas dari usaha
ini kemudian melaporkannya kepada pengelola. Wewenang dari Adok adalah sebagai pemegang kas.
Sistem penggajian dari usaha pupuk organik Bhineka I untuk tenaga kerja langsung dalam produksi yaitu sistem HOK dimana satu hari kerja 8 jam. Tenaga
kerja berasal dari Desa Blendung. Harga per HOK yaitu Rp 25.000 pada tahun 2008 dan Rp 30.000 pada tahun 2009. Sedangkan untuk tenaga kerja pengemasan
diberi upah per hasil karung yang dikemas yaitu Rp 1000 per karung pada tahun
159 2008 dan Rp 1500 per karung. Untuk penanggung jawab, tidak diberikan gaji
tetapi berupa bagi hasil dari pemilik.
6.1.6 Hasil Analisis Kelayakan Aspek Manajemen Berdasarkan hasil kajian terhadap aspek manajemen usaha ini,
secara umum usaha ini dinilai layak jika ditinjau dari aspek manajemen. Usaha
pupuk organik Bhineka I telah memiliki pembagian tugas dan wewenang yang
jelas. Usaha ini telah menjalankan manajemen usaha sederhana yang cukup baik dimana telah terjadi pembagian tugas dan wewenang. Akan tetapi terdapat
beberapa hal yang menjadi kendala dalam peningkatan skala usaha ini
kedepannya, yaitu :
1. Rangkap tugas penanggung jawab
Dalam usaha pupuk organik Bhineka I, penanggung jawab produksi dan penjualan merangkap juga sebagai pekerja. Hal ini dapat menyebabkan tugas dan
wewenang yang diberikan kepada penanggung jawab tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Administrasi
Sistem pembukuan atau administrasi usaha Poktan Bhineka I dinilai kurang baik. Pencatatan yang dilakukan hanya pencatatan pengeluaran dan
pemasukan kas per transaksi. Pencatatan dinilai tidak rapi dan tidak sistemik. Menurut Wibowo 2002
dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil”, sistem pembukuan usaha kecil yang baik setidaknya memuat
beberapa hal penting yaitu : 1 Daftar inventaris, 2 Catatan keluar masuk kas, 3 Buku penjualan dan pembelian, 3 Catatan perjanjian dagang dan 5 Catatan
produksi 3.
Pengelolaan keuangan yang kurang baik. Salah satu akibat dari pembukuan yang buruk adalah pengelolaan
keuangan yang kurang baik. Usaha ini belum menyusun laporan keuangan seperti laporan laba rugi, arus kas dan neraca. Penyusunan anggaran belanja usaha hanya
dilakukan diawal pendirian usaha saja sedangkan selanjutnya tidak. Pengaturan keuangan merupakan hal yang sering diabaikan oleh usaha kecil yang
menyebabkan usaha kecil sulit berkembang. Menurut Iqbal dan Simanjuntak 2004 dalam bukunya yang berjudul “Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan
160 Menengah” menyatakan seringnya usaha kecil kurang mengontrol pengeluaran
dan pemasukan uang menyebabkan kurangnya penyertaan modal dalam usaha kecil.
6.1.7 Aspek Hukum