2.5.1. Masyarakat umum
Meskipun bangsa Indonesia sejak dahulu kala hidup di tengah-tengah kekayaan sumber daya alam, akan tetapi sejarah juga mencatat bahwa kebanyakan
tanaman perdagangan berasal dari negara lain. Seiring dengan kemajuan zaman dan toleransi masyarakat terhadap invasi kebudayaan luar menyebabkan secara
perlahan banyak sekali spesies tumbuhan asing yang telah melebur dalam kehidupan sehari-hari Waluyo 2009. Terlebih lagi potensi ekonomi cukup besar
di sektor obat herbal ini. Pasar obat herbal Indonesia pada 2003 sebesar Rp 2,5 triliun, dan meningkat menjadi Rp 8 triliun-Rp 10 triliun pada 2010.
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sebenarnya sudah lama seperti di berbagai daerah dengan tradisinya dan juga adanya TOGA, namun menurut
Damayanti et al. 2009 dengan masuknya program kesehatan dari pemerintah yang berkiblat ke pengobatan modern, kemandirian masyarakat akan kesehatan
masing-masing semakin menurun. Menurut Suharmiati dan Handayani 2006 program Toga sebenarnya lebih mengarah kepada self care untuk menjaga
kesehatan anggota keluarga serta untuk menangani penyakit ringan. Meskipun pengobatan modern berkembang pesat, namun menurut Padua et al. 1999
tumbuhan obat masih merupakan hasil hutan non kayu yang bernilai penting dan menjadi prioritas serta isu konservasi di masyarakat.
2.5.2. Masyarakat industri obatjamu
Pada awalnya tumbuhan obat hanya dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan, atau racikan. Pada perkembangannya tumbuhan obat dikonsumsi
lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, atau kaplet dan diproduksi dalam skala industri yang memiliki teknologi modern Siswanto 2004. Industri jamu
adalah industri yang memiliki aspek ekonomi, sosial dan budaya. Segala spesies bahan baku yang digunakan industri jamu 98 berasal dari dalam negeri dan
sisanya saat ini sudah berhasil dibudidayakan. Industri jamu banyak memberi manfaat karena melibatkan ratusan ribu petani, melibatkan para peneliti di bidang
pertanian, teknologi pangan, bioteknologi, farmakognosi, farmakologi, serta kimia.
Jumlah industri obat tradisional di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1997 baru 449 industri yang terdiri dari 429 industri kecil obat
tradisional IKOT dan 20 industri obat tradisional IOT, sepuluh tahun kemudian tepatnya pada tahun 2008 telah menjadi 1166 industri terdiri dari 1037
IKOT dan 129 IOT Balittro 2010. Dengan meningkatnya jumlah industri dan produksi obat tradisional secara langsung meningkatkan penggunaan bahan baku
tumbuhan obat.
2.5.3. Masyarakat praktisi obat tradisional