mengalami ancaman diakibatkan kehilangan habitat, pemanenan berlebihan untuk perdagangan, tekanan jenis-jenis invasif dan pencemaran Hamilton 2008.
Peran tumbuhan obat menurut Schopp-Guth and Fremuth 2001 sangat penting dalam bidang biologi dan ekologi yaitu sebagai pondasi dimana tumbuhan
obat memberikan akses keterlibatan masyarakat dalam konservasi di habitat alaminya. Dalam kata lain keterkaitan tumbuhan obat dengan manusia cukup
besar dalam mengatur dan menentukan konservasi serta pemanfaatan tumbuhan secara berkelanjutan.
2.3. Kriteria Kelangkaan dan Prioritas Konservasi
IUCN telah mengatur kriteria yang tepat untuk mengevaluasi risiko kepunahan ribuan spesies dan subspesies. Tujuannya adalah untuk menyampaikan
urgensi isu-isu konservasi kepada publik dan pembuat kebijakan, serta membantu komunitas internasional untuk mencoba mengurangi kepunahan spesies. IUCN
2010.
1. Berdasarkan kriteria IUCN tahun 2008 IUCN 2010
spesies diklasifikasikan ke dalam sembilan kelompok, didasarkan pada tingkat penurunan
dan ukuran populasi, wilayah distribusi geografis, dan derajat fragmentasi populasi. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
2. Punah EX - tidak ada individu yang tersisa.
3. Punah di alam EW - dikenal hanya untuk bertahan hidup di penangkaran,
atau sebagai populasi naturalisasi di luar jangkauan bersejarah.
4. Kritis CR – resiko kepunahan ekstrim di alam liar dalam waktu dekat.
5. Genting EN - risiko kepunahan sangat tinggi di alam liar.
6. Rawan VU - risiko kepunahan tinggi di alam liar.
7. Hampir terancam NT - kemungkinan menjadi langka dalam waktu dekat.
8. Risiko rendah LC - tidak memenuhi syarat untuk kategori risiko punah. Taksa
menyebar luas dan melimpah termasuk dalam kategori ini.
9. Data belum mencukupi DD - tidak cukup data untuk membuat penilaian
risiko kepunahan. Belum dievaluasi NE - belum dievaluasi terhadap kriteria
Berdasarkan kriteria kelangkaan tersebut di atas, Red list IUCN tumbuhan Indonesia tercatat 740 spesies di antaranya 204 termasuk kategori rawan, 70
genting, dan 112 kritis IUCN 2010. Kelangkaan menurut versi Nature Serve Conservation 2010 meliputi ukuran populasi untuk spesies, luas penguasaan
daerah, luas penghunian, jumlah kemunculan populasi yang berbeda, jumlah kemunculan atau persentase area dengan viabilitas yang baik, dan spesifisitas
lingkungan.
Beberapa spesies tumbuhan obat dinyatakan langka serta terancam kepunahan. Di Indonesia, kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan dan
pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat, serta pengambilan tumbuhan obat dengan tidak mempertimbangkan aspek kelestarian dapat dipandang sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian dan penurunan populasi tumbuhan obat, sehingga secara tidak disadari kelangkaan spesies tumbuhan obat terus
meningkat Herlina 2010. Hasil penelitian Hidayat 2006 beberapa sebab kelangkaan tumbuhan obat di alam antara lain adalah:
Namun demikian untuk menetapkan prioritas konservasi tidak hanya didasarkan kepada kriteria kelangkaan tetapi juga faktor lainnya seperti ekonomi,
politik, dan sosial Risna et al. 2010.
1. Penebangan liar
2. Diversifikasi lahan
3. Pemanenan langsung
4. Pemakaian bagian tertentu tumbuhan secara berlebihan
5. Populasi hidup mengelompok
6. Pemanfaatan tumbuhan multiguna
7. Sedikit menghasilkan anakan
8. Struktur populasi tidak seimbang
9. Bencana alam
Meelis et al. 2004 menyatakan bahwa penyebab kelangkaan tumbuhan obat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu kelangkaan secara alami dan
kelangkaan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan kaidah ekologilingkungan. Noerdjito dan Maryanto 2005 menyatakan bahwa
penyebab utama kepunahan adalah perburuan dan perdagangan yang tidak
terkendali dari spesies langka serta kerusakan habitat yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Ironisnya pengetahuan yang tersedia mengenai tumbuhan obat di lembaga- lembaga konservasi masih sangat kurang. Hal ini merupakan tantangan utama
dalam prioritas kegiatan konservasi dan dalam rangka menjamin pemanfaatan tumbuhan yang berkelanjutan. Di antara berbagai permasalahan dalam penelitian,
pendugaan keberadaan tumbuhan obat dan ancaman potensialnya butuh perhatian utama Dhar et al. 2000. Menurut Hamilton 2008 kajian potensi dan
pemanfaatan berkelanjutan tumbuhan obat saat ini merupakan kunci untuk pelestarian di seluruh habitatnya. Pernyataan ini mengantisipasi kenyataan banyak
lembaga konservasi di dunia saat ini terfokus pada kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya genetika tumbuhan khususnya pada tumbuhan pangan dan
tumbuhan obat liar, namun sangat kurang aplikasi pemanfaatannya Meilleur and Hodgkin 2004. Dalam kaitan ini Kala 1999 memperkirakan dalam 50 tahun ke
depan hampir 50 spesies tumbuhan tingkat tinggi di dunia akan mengalami kepunahan.
Diperlukan program pemulihan spesies terancam dan langka diakibatkan meningkatnya konsumsi terhadap sumberdaya seperti obat-obatan. Bahkan
peningkatan perhatian kehilangan keanekaragaman hayati perlu menjadi trend dalam program pemulihan spesies Kerkvlieta and Langpapc 2007. Pada dekade
ini, dengan meningkatnya kepedulian terhadap resiko kepunahan dan kehilangan variasi genetika, pusat konservasi ex situ dan in situ, secara terwakili telah
berkembang di belahan dunia dengan tujuan umum adalah menyelamatkan tumbuhan, keanekaragaman gen, dan membuatnya selalu tersedia dan siap untuk
dimanfaatkan Barazani et al. 2008. Sebagian besar tumbuhan selain serealia dan kacang-kacangan memiliki biji non ortodoks atau berbiak secara vegetatif,
sehingga metode pelestarian yang sesuai adalah kebun koleksi Leunufna 2007.
2.4. Pengertian Konservasi