religius berbagi pengetahuan-kesenangan-kerelaan berkorban sesuai dengan teori yang dikembangkan Amzu 2007 dengan tri-stimulus amar.
Dengan pendekatan tri-stimulus amar maka harapan masyarakat dapat dijajaki kemungkinan realisasinya dan fungsi KRB dalam konservasi tumbuhan
obat dapat dioptimalkan. Selanjutnya akan diuraikan harapan masyarakat sesuai dengan tipologi masyarakat yang berkaitan dengan tumbuhan obat yaitu 1
masyarakat umum, 2 masyarakat praktisi, 3 masyarakat industri obat tradisional dan 4 masyarakat peneliti.
4.3.1. Masyarakat umum
Masyarakat umum dalam penelitian ini adalah masyarakat pengunjung KRB yang diasumsikan mewakili masyarakat pengguna tumbuhan obat. Dari 368
responden ternyata hanya 91 orang yang memiliki tujuan untuk mengunjungi koleksi tumbuhan obat di KRB, detailnya seperti pada Tabel 6.
Tabel 6 Kelompok masyarakat dan tujuan mengunjungi tumbuhan koleksi KRB Kelompok
masyarakat Jumlah yang mengunjungi koleksi KRB orang
Koleksi buah
Koleksi hias
Koleksi obat
Koleksi pangan
Koleksi kayu
Tidak jawab total
Ibu RT 1
8 8
2 2
21 PNS
4 13
4 5
1 27
Buruh 15
36 14
3 11
7 104
Usahawan 6
16 5
1 4
32 Guru
7 9
12 1
1 30
Mahasiswa 38
67 48
2 14
3 172
Total 71
149 91
6 37
14 368
persentase 19,29
40,48 24,72
1,63 10,0
3,80 Melalui Likert test secara umum pengunjung memiliki kategori cukup
hingga kuat dalam harapan-harapan konservasi tumbuhan obat yang akan datang. Harapan tertinggi jatuh pada pernyataan “Koleksi tumbuhan obat KRB merupakan
sarana pembelajaran bagi masyarakat” dengan skor rata-rata 4,49. Ini berarti KRB dituntut untuk mengembangkan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
informasi dan pengetahuan tumbuhan obat secara umum. Sementara untuk masing-masing komponen konservasi rata-rata skor
tertinggi adalah sebagai berikut:
• komponen perlindungan save adalah pernyataan “Koleksi tumbuhan obat adalah bagian penting dari kebun raya” dengan skor 4,55
• komponen pengawetan study adalah pernyataan “Publikasi koleksi tumbuhan obat berguna bagi pengunjung” dengan skor 4,39 dan
• komponen pemanfaatan use adalah pernyataan “Koleksi tumbuhan obat sebagai bahan penelitian dan pengembangan bahan obat alami”
dengan skor 4,42. Dengan demikian masyarakat menganggap koleksi tumbuhan obat adalah
bagian yang sangat penting bagi KRB, oleh karenanya perlu dilakukan publikasi yang berguna bagi pengunjung serta penelitian dan pengembangan tumbuhan obat
sebagai bahan obat alami. Hasil ini sejalan dengan harapan pegawai KRB yang menganggap tumbuhan obat adalah bagian penting dari KRB dan perlu upaya
perbanyakan serta pembibitan untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat. Meski harapan terhadap konservasi dalam skala Likert masih tergolong
kategori cukup namun jumlah responden yang sesuai favorable sudah melebihi 50 Tabel 7. Nilai ini cukup signifikan untuk mendukung konservasi tumbuhan
obat. Tabel 7 Skor yang sesuai untuk setiap komponen konservasi tumbuhan obat
Komponen konservasi Skor favorable
Jumlah responden yang favorable Perlindungan
20-25 175 orang 47,50
Pengawetan 21-25
153 orang 41,57 Pemanfaatan
22-25 178 orang 48,37
Harapan 21-25
189 orang 51,36 Karakteristik pengunjung yang paling sesuai favorable terhadap
konservasi secara ringkas seperti terlihat pada Tabel 8 sedangkan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 9-13. Kelompok ibu rumah tangga ibu rt dan
kalangan wiraswastawan merupakan kelompok masyarakat yang termasuk kategori kuat dalam mendukung konservasi tumbuhan obat di KRB. Dengan
demikian kedua kelompok masyarakat ini dapat lebih diandalkan untuk terlibat dalam aksi-aksi konservasi pada masa yang akan datang dibandingkan kelompok
masyarakat lainnya.
Tabel 8 Karakteristik pengunjung yang paling sesuai terhadap konservasi tumbuhan obat di KRB
Komponen konservasi
Karakteristik Profesi
Usia th
Jenis kelamin Pendidikan
Peng- hasilan
Tempat tinggal
Perlindungan ibu rt
40 laki
S1 3 juta
Luar Jabar Pengawetan
ibu rt 40
laki S1-S3
3 juta Jakarta
Pemanfaatan Wiraswasta
40 laki
S2-S3 3 juta
Bandung Harapan
Wiraswasta 40
laki D3
1-3 juta Bandung
Dari aspek usia, pendidikan, dan penghasilan tampaknya semakin tinggi usia, pendidikan, dan penghasilan maka mereka lebih sesuai favorable terhadap
konservasi tumbuhan obat. Namun hal ini tidak sejalan dengan komponen harapan dimana kelompok yang berpenghasilan sedang 1-3 juta dengan pendidikan D3
tampak lebih sesuai favorable dibanding kelompok lain. Harapan identik dengan kebutuhan, sehingga masyarakat yang kurang penghasilannya lebih membutuhkan
aktivitas konservasi KRB yang memenuhi kebutuhan masyarakat dibandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi.
Pengunjung yang berasal dari luar Bogor tampak lebih sesuai favorable terhadap konservasi tumbuhan obat dibanding pengunjung dari daerah Bogor.
Namun bila dihubungkan dengan kerelaan berkorban untuk konservasi justru masyarakat Bogor lebih sesuai favorable dibanding masyarakat luar Bogor. Hal
ini diduga berkaitan erat dengan ongkos yang relatif lebih sedikit dikeluarkan oleh masyarakat Bogor dibandingkan masyarakat dari luar Bogor. Semakin tinggi usia,
pendidikan, dan tingkat penghasilan pengunjung tampak semakin kuat dalam kerelaan berkorban terhadap konservasi tumbuhan obat. Hal ini merupakan isyarat
bahwa konservasi tumbuhan obat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian dan pengetahuan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan wawancara diperoleh berbagai harapan masyarakat umum terkait konservasi dan koleksi tumbuhan obat KRB Tabel 9. Secara umum
masyarakat mengharapkan adanya aktivitas KRB yang dapat menambah wawasanpengetahuan mereka dalam pengembangan tumbuhan obat.
Tabel 9 Harapan masyarakat umum No.
Harapan-harapan 1.
Display simplisia jamuherbal 2.
Peraga pendidikan formal dan studi banding 3.
Kebun obat yang bersih, menarik, informatif, nyaman dan menyenangkan 4.
Displaypapan informasi kegunaan tumbuhan obat dan nama daerahnya 5.
Penjualan makanan dan cindera mata dari tumbuhan obat 6.
Leaflet, brosur dan buku tentang koleksi tumbuhan obat 7.
Peta petunjuk menuju lokasi tumbuhan obat dan pospemandu tempat bertanya
8. Kelas khusus tentang khasiat tumbuhan obat
9. Penjualan tumbuhan obat dengan harga terjangkau masyarakat umum
10. Sosialisasi pembibitan dan budidaya tumbuhan obat
Dari harapan-harapan pada Tabel 9, harapan 3 dan 6 sebenarnya sudah dilakukan KRB tetapi perlu peningkatan kualitas agar sesuai dengan harapan
masyarakat. Irisan yang terjadi antara harapan masyarakat umum dengan fakta aktivitas yang terjadi di KRB saat ini seperti tampak pada Gambar 9.
Gambar 9 Irisan antara harapan masyarakat umum dengan aktivitas KRB.
Dalam hal keberadaan kebun dan informasi yang memadai sekitar tumbuhan obat maka KRB dapat membentuk suatu taman tematik obat yang ilmiah dan
informatif yaitu taman yang dilengkapi dengan display-display informasi yang menarik dan ragam kegiatan ilmiah yang atraktif. Stimulus yang direspon secara
positif oleh masyarakat adalah stimulus alamiah yang meliputi aspek kepentingan ilmiah, historis dan lanskap KRB. Stimulus–stimulus ini merupakan modal dasar
bagi KRB untuk dapat mengembangkan potensinya di bidang pendidikan dan rekreasi.
Secara historis KRB didirikan sebagai kebun botani yang dimaksudkan untuk mengumpulkan spesies yang bermanfaat bagi tumbuhan obat. Tumbuhan
harapan masyarakat
umum fakta aktivitas
KRB
Harapan 3 dan 6
obat merupakan kekayaan asli Indonesia dan sangat terkait dengan kegiatan konservasi yang dilakukan oleh KRB sejak didirikan hingga saat kini. Stimulus ini
mendapat dukungan dengan tingginya skor rata-rata 4,55 pada pernyataan komponen konservasi ”Koleksi tumbuhan obat adalah bagian penting dari KRB”.
Secara alamiah lanskap KRB memiliki daya tarik sebagai kebun raya yang berada di tengah-tengah kota. Namun Sumitomo 2004 dalam penelitiannya
menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai atau daya tarik pengunjung, KRB perlu menambah variasi tanaman dan bentuk taman serta jenis kegiatan yang
dapat dilakukan pengunjung. Hal ini sejalan dengan pernyataan masyarakat yang memiliki respon tinggi yaitu koleksi tumbuhan obat KRB dapat dibentuk sebagai
taman tematik yang memiliki aspek keindahan dan pengetahuan. Sementara dari aspek ilmiah, KRB memiliki keunggulan dalam informasi
ilmiah koleksi-koleksinya dibandingkan kebun atau taman obat yang dimiliki pihak pengembang tumbuhan obat. Stimulus ilmiah ini dinyatakan antara lain
sebagai berikut: “ Publikasi koleksi tumbuhan obat berguna bagi pengunjung”. Secara skematik harapan masyarakat dapat dipadukan dengan fungsi KRB
berdasarkan stimulus alamiahnya Gambar 10.
Gambar 10 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus alamiah. Dalam hal pengembangan tumbuhan obat dan obat-obatan alami yang
dihasilkan, masyarakat sangat mengharapkan adanya sarana sosial dan komersial
Stimulus alamiah: ilmiah, historis, lanskap
KRB Masya-
rakat
Tumbuhan obat
Fungsi terkait: Pendidikan
Rekreasi Harapan terkait:
mengacu Tabel 9 no. 2,3,4,7
Taman tematik obat ilmiah-informatif
di KRB terkait pemanfaatan koleksi tumbuhan obat. Stimulus manfaat ekonomi dari tumbuhan obat baik bagi KRB maupun masyarakat sangat berperan untuk
terlaksananya program konservasi tumbuhan obat sesuai harapan masyarakat. Adanya harapan sebagian masyarakat terhadap KRB sebagai sarana
pendidikan baik formal maupun non formal khususnya di bidang tumbuhan obat sangat relevan dengan fungsi Pendidikan KRB. Menurut Bari dan Supriatna
1999 pendidikan konservasi tumbuhan dapat dilakukan dengan membangun arboretum di sekitar sekolah, sementara sekolah yang berdekatan dengan kebun
raya dapat memanfaatkan lembaga tersebut sebagai sumberdaya pendidikan. Harapan lain terkait stimulus manfaat dari tumbuhan obat ini adalah
pengembangan ke arah komersial yaitu KRB dapat menyediakan sarana jual beli tumbuhan obat maupun makananminuman kesehatan dan cindera mata yang
dihasilkan dari tumbuhan obat. Semangat masyarakat untuk kembali ke alam masih terasa hingga saat ini, sehingga muncul harapan adanya wisata makanan
sehat alami dan jamu khas KRB Gambar 11.
Gambar 11 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus manfaat. Hubungan harmonis antara KRB sebagai pengelola kebun dengan
masyarakat sebagai penikmat kebun perlu terus dijaga agar terjadi keseimbangan
Stimulus manfaat: ekonomi, non ekonomi
KRB Masya-
rakat
Tumbuhan obat
Fungsi terkait: Konservasi
Pendidikan Rekreasi
Harapan terkait: mengacu Tabel 9
no. 1,2,5,8,9
Wisata kuliner sehat alami outlet
souvenir jamu
antara misi konservasi KRB dengan harapan-harapan masyarakat. Di bidang konservasi tumbuhan obat stimulus rela-religius dalam hal kerelaan berkorban
untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan sangat berpengaruh terhadap kedua pihak. KRB harus meningkatkan fasilitas pelayanan untuk memberi
kenyamanan pengunjung, di pihak lain pengunjung pun harus rela mengeluarkan dana lebih untuk mendapatkan fasilitas yang diharapkan.
Seperti telah diisyaratkan sebelumnya bahwa konservasi tumbuhan obat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian masyarakat baik langsung maupun
tidak langsung. Namun demikian dengan stimulus hubungan harmonis dan untuk menyenangkan masyarakat maka KRB perlu memperhatikan harapan-harapan
masyarakat tidak hanya yang berpenghasilan tinggi. Beberapa harapan masyarakat dalam hal ini menekankan pentingnya fasilitas petunjuk dan
informasi yang dapat mendukung pengenalan koleksi tumbuhan obat. Harapan – harapan ini setidaknya memiliki relevansi yang kuat dengan fungsi KRB dalam
bidang konservasi, pendidikan, dan rekreasi Gambar 12.
Gambar 12 Harapan masyarakat umum, fungsi KRB dan stimulus rela-religius.
Stimulus rela-religius: hubungan harmonis,
kerelaan berkorban
KRB Masya-
rakat
Tumbuhan obat
Fungsi terkait: Konservasi
Pendidikan Rekreasi
Harapan terkait: mengacu Tabel 9
no. 4,6,7,10
Pemanduan dan papan interpretasi
khusus tumbuhan obat
4.3.2. Masyarakat industri obat tradisional