Selain daun, yang cukup banyak bagian digunakan adalah akar. Akar menempati posisi kedua terbanyak digunakan sebagai bahan obat. Hal ini perlu
perhatian lebih mengingat akar adalah organ utama penunjang tegaknya sebuah tumbuhan. Pengambilan akar tumbuhan akan lebih berpengaruh terhadap
kelangsungan tumbuhan dibandingkan pengambilan bagian lainnya. Penggunaan bagian akar tumbuhan untuk bahan baku obat harus dipertimbangkan karena
secara fisiologis, pengambilan akar tanaman biasanya dilakukan dengan menggali atau mencabut tumbuhan sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup dan
kelestarian spesies tumbuhan Solikin 2009. Beberapa kasus hilangnya spesies tumbuhan obat di KRB diakibatkan adanya informasi penggunaan bagian akar
tumbuhan tertentu untuk pengobatan tradisional. Pasak bumi Eurycoma longifolia Jack. dan ginseng jawa Talinum paniculatum Gaertn. adalah contoh
spesies yang hilang akibat dicabut akarnya.
4.1.3. Kelangkaan koleksi tumbuhan obat
Kelangkaan menimbulkan berbagai penafsiran, namun secara umum kategori kelangkaan yang banyak digunakan adalah didasarkan pada kategori
yang dikeluarkan oleh IUCN. Meski demikian beberapa lembaga baik nasional Gambar 7 Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat.
303
121 84
81 59
47 46
37 26
10 50
100 150
200 250
300 350
Ju ml
a h
s p
e si
e s
Bagian tumbuhan yang digunakan
maupun internasional memiliki sedikit perbedaan dalam menentukan langka tidaknya suatu spesies tumbuhan. Di antara spesies koleksi tumbuhan obat yang
terdata di KRB, beberapa di antaranya dapat digolongkan dalam kategori tumbuhan langka. Tabel 3 memperlihatkan jumlah spesies koleksi tumbuhan obat
KRB yang langka berdasarkan versi berbagai lembaga terkait. Tabel 3 Jumlah spesies koleksi tumbuhan obat yang langka
Versi lembaga Kategori Jumlah spesies
IUCN CR
3 En
1 V
9 Lc
26 NT
1 DD
1 WCMC
2 IBSAP langka
26 Renstra TOI
21 BGCI prioritas
18 CITES apendiks
5 Secara rinci spesies koleksi tumbuhan obat KRB yang termasuk dalam
kategori langka dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara keseluruhan diperoleh 66 spesies koleksi tumbuhan obat yang perlu perhatian. Terdapat 41 spesies yang
termasuk dalam kategori IUCN dimana 13 di antaranya termasuk dalam kategori terancam kepunahan CR, En, dan Vu. Hal ini berarti 3,37 dari jumlah total
tumbuhan Indonesia yang termasuk dalam kategori terancam kepunahan dan 15,29 dari jumlah koleksi KRB secara keseluruhan yang masuk kategori
terancam kepunahan menurut versi IUCN 2010. Menurut Risna et al. 2010 tumbuhan Indonesia terancam kepunahan sejumlah 386 spesies dan 85 di
antaranya sudah terkoleksi di KRB. Contoh spesies tumbuhan obat yang terancam kepunahan menurut IUCN namun belum terkoleksi di antaranya adalah
Calophyllum insularum P.f. Stevens yang termasuk kategori langka Endangered. Sementara itu untuk spesies tumbuhan obat Indonesia yang dikategorikan
langka menurut IBSAP Bappenas 2003 tercatat 44 spesies. KRB saat ini baru memiliki 26 spesies atau 59 dari spesies langka menurut versi IBSAP. Beberapa
spesies penting yang belum terkoleksi di antaranya adalah sidowayah
Woodfordia floribunda Salisb. dan bidara laut Strychnos ligustrina Bl.. Spesies lainnya pernah dikoleksi namun gagal dipertahankan keberlanjutan hidupnya
dikarenakan berbagai faktor misalnya karena kegagalan beradaptasi di lapangankebun seperti purwoceng Pimpinella pruatjan Molk. dan kemukus
Piper cubeba L. atau karena pencurian seperti pasak bumi Eurycoma longifolia Jack dan tabat barito Ficus deltoidea Jack. Kehilangan beberapa koleksi
tumbuhan obat di kebun merupakan faktor penting untuk tindak lanjut konservasi pada masa yang akan datang. Peremajaan beberapa spesies tumbuhan obat masih
belum menjadi perhatian utama dikarenakan keterbatasan stok bibit. Sementara trend pemanfaatan terhadap beberapa spesies tumbuhan obat langka dan menarik
menyebabkan spesies tersebut popular dan menjadi sasaran pihak tak bertanggung jawab untuk mencurinya di kebun. Kehilangan spesies tentu merupakan
konsekuensi terbukanya koleksi KRB bagi pengunjung, namun demikian konsekuensi ini tentunya juga perlu diantisipasi dengan tindakan yang bijak
konservasionis. Beberapa spesies tumbuhan obat menjadi prioritas tindakan konservasi
menurut BGCI namun hal ini bukan berarti selalu sejalan dengan kepentingan konservasi di Indonesia. Pada umumnya spesies prioritas menurut BGCI bukan
merupakan spesies prioritas maupun spesies mendesak untuk konservasi di Indonesia, sebagai contoh adalah papaya Carica papaya L. dan bandotan
Ageratum conyzoides L.. Papaya adalah spesies yang telah banyak dibudidaya dan belum menjadi masalah dalam kelangsungan hidupnya, demikian pula
bandotan adalah spesies liar yang masih terdapat melimpah di alam. Spesies yang perlu mendapat perhatian adalah Coscinium fenestratum Gaertn. Colebr. yang
tidak termasuk langka pada versi nasional maupun internasional tetapi menjadi prioritas bagi BGCI. Spesies yang dikenal sebagai akar kuning ini tentunya juga
mengalami degradasi di alam dan perlu perhatian khusus dalam konservasi.
4.2. Kegiatan dan Harapan KRB