yang menarik adalah semakin tinggi bobot manfaat maka Eusideroxylon zwageri atau ulin memperlihatkan bobot kepentingan semakin tinggi. Semakin kecil bobot
ancaman dan bobot manfaat, semakin tinggi bobot kelangkaan maka posisi spesies prioritas terpenting akan berubah. Kriteria status dan kelangkaan akan
merubah ulin ke posisi kedua setelah Coscinium fenestratum pada saat bobot ini bernilai 0,606 dan berubah ke posisi ketiga setelah Anaxagorea javanica pada saat
bobot ini bernilai 0,651. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa aspek status dan kelangkaan suatu
spesies akan sangat berpengaruh terhadap penentuan spesies prioritas terpenting dibandingkan kriteria lainnya. Kriteria status dan kelangkaan akan sangat
berpengaruh terhadap urutan kepentingan konservasi spesies bila bobotnya berubah.
4.4.2. Aksi prioritas
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan KRB, dihubungkan dengan harapan masyarakat, maka terdapat beberapa harapan kegiatan yang belum
terpenuhi sampai saat ini. Secara ringkas harapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Harapan masyarakat umum
Pada umumnya masyarakat berharap adanya kemudahan-kemudahan dalam hal mendapatkan informasi tentang tumbuhan obat, budidaya dan kegunaannya baik
secara formal melalui kelas-kelas khusus maupun informal melalui display taman dan papan informasi atau pemanduan. Masyarakat juga berharap dapat
memperoleh simplisia jamuherbal, makanan dan cindera mata yang berasal dari tumbuhan obat maupun tumbuhan obatnya sendiri dengan harga terjangkau.
2. Harapan masyarakat industri
Masyarakat industri secara umum berharap KRB dapat berperan sebagai penghubung masyarakat dengan produksi obat tradisional melalui kegiatan
pameran. Koleksi tumbuhan KRB diharapkan juga menjadi salah satu sumber bahan baku obat tradisional dan sumber informasi ilmiah bagi industri obat
tradisional.
3. Harapan masyarakat praktisi
Masyarakat praktisi pada umumnya kesulitan dalam memperoleh beberapa spesies tumbuhan sebagai bahan obat dan bahan olahan makananminuman kesehatan.
Oleh karenanya KRB diharapkan dapat menjadi sumber pengadaan spesies dan sarana studi ilmiah pengelolaan serta budidaya tumbuhan obat, terutama untuk
spesies berasal dari luar negeri. Informasi dan komunikasi antara praktisi diharapkan dapat difasilitasi oleh KRB dengan membentuk jaringan antar
pemangku kepentingan tumbuhan obat sehingga tercipta aktivitas sosial kemanusiaan secara bersama berlandaskan pengembangan pemanfaatan tumbuhan
obat. 4.
Harapan masyarakat peneliti Pada umumnya peneliti berharap KRB berperan sebagai pusat plasma nutfah
tumbuhan obat terutama tumbuhan khas pada suku-suku tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian. Peneliti juga berharap koleksi tumbuhan
obat KRB dapat dikembangkan sebagai tempat medikasi ilmiah dan sarana pendidikan formal, serta menjadi pusat informasi bagi lembaga-lembaga
penelitian tumbuhan obat. Pengembangan koleksi ke arah pemanfaatan secara komersial dan profesional berdasarkan kajian ilmiah dapat dilakukan melalui
display khusus maupun pameran berkala hasil para peneliti tumbuhan obat. Berdasarkan uraian harapan masyarakat di atas maka dapat disusun suatu
rancangan kebijakan dan aksi konservasi terhadap masing-masing tipologi masyarakat terkait tumbuhan obat.
Selain harapan-harapan yang perlu ditindaklanjuti seperti diuraikan di atas, beberapa kegiatan yang dilakukan KRB saat ini sebenarnya belum memenuhi
harapan masyarakat. Ketidaksesuaian antara kegiatan dan harapan ini dimungkinkan karena beberapa hal yang menyangkut perbedaan kepentingan.
KRB sebagai pengelola pada umumnya masih berorientasi pada kegiatan ilmiah scientific oriented sementara masyarakat sebagai pengguna lebih mengharapkan
kegiatan yang bersifat aplikasi pemanfaatan user oriented. KRB yang memiliki beban untuk melestarikan tumbuhan tropika masih terpaku kepada kajian-kajian
dasar yang mendukung keberadaan koleksinya. Beberapa kegiatan bersinggungan dengan aktivitas masyarakat namun belum menyentuh langsung kebutuhan
masyarakat. Oleh karenanya kegiatan yang belum memenuhi harapan masyarakat ini perlu disempurnakan ke arah pemenuhan kebutuhan masyarakat. Upaya
perbanyakan dan penyuluhan tumbuhan obat oleh KRB masih difokuskan kepada spesies langka, endemik, dan unik secara taksonomi. Di lain pihak masyarakat
membutuhkan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada produksi baik produksi tumbuhan obat maupun barang atau jasa yang dihasilkan dari tumbuhan obat.
Agar semua aktivitas KRB dapat beririsan secara sempurna dengan harapan masyarakat maka aksi konservasi ke depan selain didasarkan kepada fungsi
lembaga sebaiknya diprioritaskan kepada spesies yang termasuk kategori penting untuk segera ditindaklanjuti serta menampung harapan dan kebutuhan masyarakat.
Perbanyakan tumbuhan obat untuk bisa disebarkan ke masyarakat dan sebagai bahan produksi minuman atau makanan kesehatan adalah saran utama yang
diperoleh dari masyarakat baik masyarakat peneliti, praktisi, maupun masyarakat umum. Keberadaan taman tematik obat-obatan sangat dibutuhkan masyarakat
sebagai wahana wisata tumbuhan obat sekaligus memperdalam pengetahuan tumbuhan obat Indonesia. Hal ini sangat diinginkan oleh pengunjung maupun
oleh peneliti dan praktisi. KRB sebagai lembaga konservasi juga dituntut untuk bisa mensosialisasikan keberadaan koleksi tumbuhan obatnya
serta mendiseminasikan pengetahuan dan keterampilannya mengenai perbanyakan dan
pemanfaatan tumbuhan obat. Rancangan kebijakan dan aksi konservasi yang dapat diterapkan untuk
memenuhi harapan masyarakat seperti tersebut di atas sekaligus mengoptimalkan fungsi KRB khususnya dalam konservasi tumbuhan obat adalah sebagai berikut:
a. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat umum
Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap tugas dan fungsi KRB maka KRB harus melakukan diseminasi informasi kegiatan yang lebih luas kepada
masyarakat. Melalui diseminasi informasi masyarakat akan mengetahui dan merasakan peranan penting KRB dalam pelestarian tumbuhan obat. Tabel 15
menyajikan Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat untuk masyarakat umum.
Tabel 15 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat umum
Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi
Display dan Papan informasi Kebijakan
: Program Interpretasi
Aksi : Membangun rute penjelajahan koleksi berpotensi obat
dan tumbuhan khas etnis nusantara dengan papan interpretasi yang menarik dan membangkitkan semangat konservasi serta
semangat persatuan nasional. Sesuai misi pembangunan nasional dalam menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika
pembangunan bangsa RPJM 2005-2015
Simplisia jamuherbal, makanan dan cindera mata
yang berasal dari tumbuhan obat
Kebijakan : Medical garden shop dan Wisata kuliner alami
Aksi :
a. Perbanyakan spesies tumbuhan obat langka baik ditetapkan
secara nasional IBSAP maupun secara internasional IUCN sebagai bahan simplisia dan herbal
b. Mengemas paket-paket cindera mata yang alami maupun
buatan berbasis pengembangan pemanfaatan koleksi tumbuhan obat secara berkelanjutan dalam rangka
pemanfaatan sumberdaya ekonomi bersinambungan sesuai misi pembangunan nasional RPJM 2005-2015
Informasi tentang tumbuhan obat, budidaya dan
kegunaannya Kebijakan
: Taman obat
Aksi : Mengembangkan spesies baik untuk tujuan komersial
maupun tujuan sosial ke masyarakat. Komoditas Tanaman Obat unggulan versi Ditjen POM 2001 seperti sambilito, pegagan,
jati belanda, tempuyung, temulawak, daun ungu, cabe jawa, sanrego, pasak bumi, pace, daun jinten, dan kencur
dikembangkan teknologi budidaya dan pemanfaatannya.
b. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat industri
Kendala-kendala yang dihadapi industri obat tradisional di Indonesia sangat kompleks mulai dari budidaya, proses produksi, penelitian dan pengembangan
produk maupun pemasarannya Pramono 2001. KRB dapat berperan melalui penelitian terkait dengan teknologi budidaya maupun jaringan pengembang dan
pemasaran produk obat tradisional. Dalam usaha pemanfaatan tumbuhan obat perlu diperhatikan kelestarian spesies tumbuhan tersebut agar tidak punah. Upaya
peningkatan budidaya selain melestarikan sumber bahan obat tradisional diharapkan dapat mengembangkan produksi tumbuhan obat dalam negeri, dan
selanjutnya diekspor untuk memberikan nilai tambah ekonomi Muharso 2000. Menurut Sastrapradja 2000 yang sebenarnya harus kita kembangkan
segera adalah teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber bahan baku obat tersebut. Pengalaman negara lain untuk menemukan sebuah senyawa
kimia yang nantinya dapat dikembangkan menjadi obat, memerlukan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Penelitian tumbuhan obat di negara-
negara maju seperti di Eropa dan Amerika yang telah menghasikan berbagai produk obat dilakukan dengan cara interdisipliner yang diawali dengan
pengungkapan sistem pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat yang selanjutnya dilakukan analisis fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa
bahan aktif yang mungkin bermanfaat sebagai bahan baku obat Purwanto 2001.
Menurut Sinambela 2002 keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia sebagai sumber bahan obat selayaknya diteliti secara lebih
komprehensif dengan pemilihan strategi pendekatan bioprospecting yang tepat. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat industri obat tradisional ringkasnya
tersaji pada Tabel 16. Tabel 16 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB
untuk masyarakat industri obat tradisional
Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi
Sumber informasi ilmiah bagi industri obat tradisional.
Kebijakan : Penelitian bersama fitokimia
Aksi : Kegiatan bioprospecting KRB dengan berpijak pada
kekayaan koleksi dan hasil penelitian etnobotani Penghubung masyarakat
dengan produksi obat tradisional
Kebijakan : Pameran obat tradisional
Aksi : Kegiatan berkala pameran produksi obat tradisional
berbahan baku tumbuhan obat. Hal ini mendukung RPJM 2010-2014 Bappenas 2010 yang menekankan terpeliharanya
keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah,
daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional. pada masa yang akan datang.
c. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat praktisi
Sesuai tupoksinya KRB bertugas dalam konservasi tumbuhan tropika baik tumbuhan berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian
harapan masyarakat praktisi untuk memperoleh spesies luar negeri layak untuk ditindaklanjuti, meskipun sebenarnya secara umum KRB telah melakukan koleksi
dari luar negeri melalui pertukaran biji seed exchange. Program seed exchange yang selama ini dilakukan KRB dapat menjembatani harapan sebagian masyarakat
praktisi untuk mengoleksi tumbuhan obat dari daerah tropika lainnya. Program lainnya sebagai aksi konservasi untuk memenuhi harapan praktisi antara lain
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB untuk masyarakat praktisi
Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi
Koleksi tumbuhan obat luar negeri
Kebijakan : Pertukaran materi tumbuhan obat
Aksi :
a. Membuat data spesies tumbuhan obat dari luar yang
spesifik dan dibutuhkan sebagai bahan obat tradisional namun dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya baik untuk kesehatan UU RI No. 23 tahun 1992 maupun untuk konservasi UU RI N0.5 tahun 1990
b. Jalin komunikasi dengan BGCI
c. Melakukan aklimatisasi spesies dari luar negeri sesuai
Renstra KRB dan Renstra LIPI Produksi makananminuman
obat tradisional Kebijakan
: Kedai sehat alami
Aksi :
a. Melakukan penelitian kandungan biokimia farmakologi
untuk menjawab tantangan ke depan isu nasional di bidang pangan dan kesehatan PN 9 serta untuk
melindungi masyarakat dari makananminuman yang tidak memenuhi standar kesehatan UU RI No 23 tahun 1992.
b. Jalin kerjasama dengan perusahaan obat tradisional
sebagai transfer informasi di bidang obat tradisional. Jaringan informasi dan
komunikasi Kebijakan
: Pusat informasi tumbuhan obat
Aksi : Membentuk jaringan kerjasama dengan para pemegang
kepentingan dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan sesuai tanggung jawab LIPI Renstra LIPI
Herbal kualitas dan terstandar Kebijakan
: SOP budidaya tumbuhan obat
Aksi : Mengembangkan teknik budidaya dan pemanenan
sesuai GACP WHO 2003 Kelas khusus khasiat
tumbuhan obat Kebijakan
: Pelatihan tumbuhan obat
Aksi : Paket wisata khusus tumbuhan obat dengan
meningkatkan unsur-unsur afektif dan kognitif masyarakat agar terbentuk masyarakat yang berwawasan dan peduli
terhadap konservasi tumbuhan obat.
d. Aksi prioritas konservasi untuk masyarakat peneliti
Dihubungkan dengan RPJM 2010-2014 Bappenas 2010 bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat. Adanya
kesadaran sebagian pihak akan perlunya jaringan komunikasi terutama dalam pengembangan obat tradisional merupakan stimulus yang perlu direspon secara
positif oleh KRB. Melalui potensi kelembagaan, KRB dapat membentuk suatu forum yang menghubungkan para praktisi obat tradisional dan pengembang
tumbuhan obat agar lebih mengarah kepada pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan dan berkeadilan.
Pemanfaatan berkelanjutan juga merupakan fokus perhatian peneliti. Melalui kajian ilmiahnya para peneliti berharap hasil-hasil penelitian dapat
dikembangkan baik secara sosial kemasyarakatan maupun secara komersial dan profesional. Peneliti berharap KRB dengan koleksi tumbuhan obatnya dapat
berperan dalam pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan adalah salah satu fungsi KRB. Gerakan pengembangan kebun obat di sekolah-sekolah
dapat diselaraskan dengan kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Melalui kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, KRB dapat menyumbangkan pemikiran
dalam kurikulum sekolah baik tingkat SD, SLTP, maupun SLTA. Rancangan kebijakan dan aksi konservasi bagi masyarakat peneliti secara
detail seperti disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Rancangan kebijakan dan aksi konservasi tumbuhan obat di KRB
untuk masyarakat peneliti
Harapan masyarakat Kebijakan dan Aksi konservasi
Pendidikan ke sekolah Kebijakan
: Kurikulum Diknas
Aksi
: a.
Jalin kerjasama dengan Diknas sebagai upaya ikut mencerdaskan bangsa sesuai tanggung jawab LIPI Renstra
LIPI b.
Siapkan materi sesuai kurikulum DIKNAS sistem PAUD c.
Kembangkan taman obat sekolah sebagai upaya konservasi spesies tumbuhan khas di lingkungan masing-masing.
Wisata tumbuhan obat Kebijakan
: Medical tour
Aksi :
a. Menyusun paket wisata edukatif sebagai upaya
pengembangan wawasan gagasan dari berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat sesuai
tanggung jawab LIPI Renstra LIPI b.
Memberikan pelayanan dan fasilitas yang alamiah dan menyegarkan dengan pemanfaatan kebun obat secara serasi
antara kegiatan sosial ekonomi dan konservasi sesuai misi pembangunan nasional RPJM 2005-2025
Pemanfaatan tumbuhan obat secara komersial dan
profesional berdasarkan kajian ilmiah
Kebijakan : Pameran tumbuhan obat
Aksi : Agenda tahunan pameran tumbuhan obat dan hasil
penelitian para peneliti, industri dan pemerhati tumbuhn obat Koleksi tumbuhan khas pada
suku-suku tradisional Kebijakan
: Pusat plasma etnomedical plant
Aksi
: a.
Eksplorasi tumbuhan obat ke berbagai daerah Nusantara b.
Pengumpulan contoh-contoh simplisia dan kemasan obat tradisional dari berbagai suku Nusantara
c. Pengembangan kebun obat Nusantara
Fungsi penting lain KRB menurut masyarakat peneliti adalah sebagai tempat rekreasi yang edukatif dan ilmiah. Hasil penelitian Wedelia 2011
terhadap 100 orang pengunjung KRB, 78 orang diantaranya menyatakan bertujuan untuk berekreasiwisata. Potensi ini tentu perlu lebih diarahkan agar
menjadi rekreasi yang bermanfaat sesuai misi KRB dan juga LIPI untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain menyoroti bidang pendidikan dan pemanfaatan secara ilmiah terhadap spesies tumbuhan obat. Faktor kelangkaan dan kekhasan spesies tertentu
menjadi perhatian masyarakat peneliti. Perlu adanya aktivitas khusus menangani spesies khas suku-suku tradisional Nusantara agar tidak mengalami kepunahan.
Dengan rancangan kebijakan dan aksi konservasi seperti diuraikan pada Tabel 15 - Tabel 18, spesies prioritas yang terpilih juga ditetapkan sebagai obyek
utama baik dalam program konservasi, penelitian, pendidikan, maupun rekreasi pada setiap aksi konservasi tersebut di atas. Pengembangan pemanfaatan spesies
prioritas koleksi tumbuhan obat melalui berbagai alternatif aktivitas tersebut semua diarahkan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya hayati khususnya
tumbuhan obat secara berkelanjutan, berkeadilan, beradab dan berdaulat.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Kebun Raya Bogor memiliki peran penting dalam pelestarian tumbuhan obat dan menjadi salah satu tumpuan masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuannya. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat 764 spesies koleksi berpotensi sebagai tumbuhan obat dari 465 genera dan 135 famili. Komposisi spesies di KRB dan aspek pemanfaatannya
memiliki kemiripan kondisi di alam. Potensi ini merupakan keunggulan KRB dalam pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat. Beberapa spesies
tumbuhan obat langka masih belum terkoleksi KRB, sementara beberapa spesies langka lainnya mengalami kehilangan dan kematian sehingga perlu
diantisipasi dengan pemanfaatan koleksi secara berkelanjutan. Sembilan spesies prioritas merupakan arahan dalam aktivitas konservasi tumbuhan obat
di KRB pada masa yang akan datang. 2.
Secara umum masyarakat mengharapkan peran KRB yang lebih aktif dalam pemanfaatan dan pengembangan koleksi berpotensi obat dengan melibatkan
unsur masyarakat terkait. Masyarakat umum mengharapkan adanya kemudahan informasi di bidang tumbuhan obat dan pemanfaatannya,
masyarakat praktisi lebih berharap adanya jalinan komunikasi yang mengarah ke peningkatan kualitas pengembangan obat tradisional, masyarakat industri
mengharap adanya dukungan ilmiah dari KRB untuk produksi obatnya, sedangkan masyarakat peneliti lebih menekankan aspek pendidikan dan
pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat dan hasil penelitiannya. 3.
Aktivitas konservasi tumbuhan obat oleh KRB sampai saat ini belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan kepentingan antara aktivitas KRB dengan harapan masyarakat. Aktivitas KRB saat ini masih terfokus pada kajian dasar untuk mendukung
kualitas koleksinya, sementara masyarakat lebih berharap aktivitas yang mengarah ke aplikasi pemanfaatannya. Dua kutub kepentingan ini sebenarnya
bisa menjadi satu kekuatan dan terjadi irisan yang sempurna dengan didorong