Woodfordia floribunda Salisb. dan bidara laut Strychnos ligustrina Bl.. Spesies lainnya pernah dikoleksi namun gagal dipertahankan keberlanjutan hidupnya
dikarenakan berbagai faktor misalnya karena kegagalan beradaptasi di lapangankebun seperti purwoceng Pimpinella pruatjan Molk. dan kemukus
Piper cubeba L. atau karena pencurian seperti pasak bumi Eurycoma longifolia Jack dan tabat barito Ficus deltoidea Jack. Kehilangan beberapa koleksi
tumbuhan obat di kebun merupakan faktor penting untuk tindak lanjut konservasi pada masa yang akan datang. Peremajaan beberapa spesies tumbuhan obat masih
belum menjadi perhatian utama dikarenakan keterbatasan stok bibit. Sementara trend pemanfaatan terhadap beberapa spesies tumbuhan obat langka dan menarik
menyebabkan spesies tersebut popular dan menjadi sasaran pihak tak bertanggung jawab untuk mencurinya di kebun. Kehilangan spesies tentu merupakan
konsekuensi terbukanya koleksi KRB bagi pengunjung, namun demikian konsekuensi ini tentunya juga perlu diantisipasi dengan tindakan yang bijak
konservasionis. Beberapa spesies tumbuhan obat menjadi prioritas tindakan konservasi
menurut BGCI namun hal ini bukan berarti selalu sejalan dengan kepentingan konservasi di Indonesia. Pada umumnya spesies prioritas menurut BGCI bukan
merupakan spesies prioritas maupun spesies mendesak untuk konservasi di Indonesia, sebagai contoh adalah papaya Carica papaya L. dan bandotan
Ageratum conyzoides L.. Papaya adalah spesies yang telah banyak dibudidaya dan belum menjadi masalah dalam kelangsungan hidupnya, demikian pula
bandotan adalah spesies liar yang masih terdapat melimpah di alam. Spesies yang perlu mendapat perhatian adalah Coscinium fenestratum Gaertn. Colebr. yang
tidak termasuk langka pada versi nasional maupun internasional tetapi menjadi prioritas bagi BGCI. Spesies yang dikenal sebagai akar kuning ini tentunya juga
mengalami degradasi di alam dan perlu perhatian khusus dalam konservasi.
4.2. Kegiatan dan Harapan KRB
Dalam Draft Rencana Kegiatan KRB 2010- 2014 dilaporkan bahwa dalam kurun waktu 2004-2009 KRB telah melakukan kegiatan yang difokuskan pada
peningkatan mutu koleksi, pengembangan kawasan konservasi ex situ,
pemanfaatan tumbuhan untuk tujuan reintroduksi dan rehabilitasi lahan serta pendayagunaan dan pengembangan potensi tumbuhan untuk pemanfaatan.
Selanjutnya kegiatan KRB saat ini difokuskan kepada pengembangan kawasan konservasi ex situ dalam bentuk kebun raya daerah.
Berdasarkan penelusuran informasi dari laporan-laporan teknis KRB tahun 2000 sampai tahun 2009, terdapat beberapa kegiatan terkait dengan konservasi
tumbuhan obat Tabel 4. Tabel 4 Kegiatan KRB yang berkaitan dengan konservasi tumbuhan obat
Kegiatan yang pernah dilakukan KRB 1.
Penggalian informasi pemanfaatan tumbuhan obat dari masyarakat 2.
Inventarisasi spesies tumbuhan obat 3.
Koleksi tumbuhan obat liar 4.
Penyuluhan dan sosialisasi pemanfatan pekarangan dan lahan marjinal 5.
Pelatihan Perbanyakan tumbuhan obat 6.
Budidaya tumbuhan obat di lahan masyarakat 7.
Identifikasi tumbuhan koleksi berpotensi obat 8.
Perbanyakan spesies tumbuhan obat langka 9.
Pendataan populasi dan sebaran tumbuhan obat langka 10.
Studi banding ke beberapa kebun tumbuhan obat 11.
Workshop dan pameran tumbuhan obat 12.
Pengembangan pembibitan khusus tumbuhan obat 13.
Pengembangan taman tematik obat 14.
Reintroduksi tumbuhan obat langka 15.
Pembuatan buku dan poster tumbuhan obat 16.
Cerdas cermat konservasi tumbuhan obat Berdasarkan hasil kuisioner ternyata pengunjung yang mengetahui kegiatan
KRB dalam konservasi tumbuhan obat relatif sedikit. Hanya 23 dari pengunjung yang mengetahui KRB telah melakukan eksplorasi dan koleksi tumbuhan obat,
sementara 25 pengunjung lainnya mengetahui KRB melakukan upaya perbanyakan tumbuhan obat. Kegiatan-kegiatan lain seperti reintroduksi,
pameran, dan penelitian relatif tidak diketahui informasinya. Hasil ini mendukung hasil penelitian Wedelia 2011 yang menyatakan bahwa masyarakat sebagian
besar mengetahui KRB sebagai tempat rekreasiwisata bukan tempat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Sementara itu sejumlah harapan masyarakat terhadap keberadaan tumbuhan obat di KRB diperoleh melalui kuisioner. Bila digambarkan dalam diagram Venn
maka antara kegiatan KRB saat ini dengan harapan masyarakat seperti tampak pada Gambar 8.
Gambar 8 Diagram Venn irisan kegiatan KRB dengan kegiatan yang diharapkan masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan 50 orang pegawai yang mewakili berbagai bagian di KRB pada umumnya setuju bahwa tumbuhan obat terkait erat dengan
sejarah perkembangan KRB, oleh karenanya konservasi tumbuhan obat di KRB perlu dipertahankan.
Sejumlah harapan pegawai KRB terhadap keberadaan tumbuhan obat dan harapan berbagai kelompoktipologi masyarakat disajikan pada Tabel 5. Harapan–
harapan yang tercantum pada Tabel 5 pada dasarnya sejalan dan mendukung harapan KRB yang tertuang pada Visinya dalam Renstra PKT KRB 2005-2009
Sari et al. 2005. Dalam Renstra tertulis bahwa Visi KRB adalah menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian
tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan, dan pariwisata. Untuk mencapai Visinya dibutuhkan dukungan pemikiran dan sikap positif baik dari pegawai KRB
maupun dari berbagai unsur masyarakat terkait. Harapan pegawai dan masyarakat merupakan modal terciptanya aktivitas yang sinergis antara kebutuhan KRB dan
kebutuhan atau harapan masyarakat.
Aktivitas yang telah
dilakukan KRB
Harapan masyarakat
Kesesuaian aktivitas KRB
dan harapan masyarakat
Tabel 5 Harapan pegawai KRB dan masyarakat terhadap aktivitas konservasi tumbuhan obat
Harapan KRB
MU MI
MPr MPe
Kebun tumbuhan obat √
√ √
Koleksi spesies asli, langka, endemik √
√ Koleksi berhabitus semak, perdu, liana, dan pohon
√
Koleksi sebagai stok produk makananminuman kesehatan
√ Perbanyakan untuk pengganti yang mati
√ Koleksi sebagai stok bahan penelitian
√ Eksplorasi tumbuhan obat
√ Pameran tumbuhan obat
√ √
Pameran produksi obat tradisional √
Bermanfaat bagi pegawai dan pengunjung √
Display simplisia dan jamu √
√ √
Pembibitan dan budidaya tumbuhan obat √
√ √
√ Peraga pendidikan dan studi banding laboratorium alam
√ √
√ Penjualan makanan kesehatan, cindera mata dan
tumbuhan obat √
√ Leaflet, brosur, buku koleksi tumbuhan obat
√ √
√ √
Papan informasi kegunaan tumbuhan dan nama daerah √
Peta petunjuk dan pemanduan ke lokasi tumbuhan obat √
Kelas terbuka khasiat tumbuhan obat √
√ Koleksi luar negeri dan upaya aklimatisasinya
√ Perbanyakan koleksi langka
√ √
√ Promosipublikasi hasil penelitian
√ √
√ √
Prioritas koleksi bahan baku obat tradisional √
Produksi obat tradisional √
√ Penghubung industri obat tradisional dengan masyarakat
√ Koleksi khas nusantara dan medikasi ilmiah
√ Sumber plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia
√ Kandungan biokimia
√ Komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan
√ Gerakan sosial kemanusiaan
√ Sarana pendidikan formal dan masuk kurikulum sekolah
√ √
Jejaring komunikasi dan pusat informasi √
√ MU: masyarakat umum, MI: masyarakat industri obat tradisional, MPr: masyarakat praktisi,
MPe: masyarakat peneliti
4.3. Harapan Masyarakat