57
6.4 Penerimaan, Keuntungan, dan RC Rasio Usaha Tempe di Desa
Citeureup Bogor Analisis penerimaan dilakukan untuk mengetahui gambaran keragaan
usaha pembuatan tempe. Penerimaan sangat ditentukan oleh harga dan jumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan pada usaha pembuatan tempe di tempat
penelitian diperoleh dari penjualan tempe, sedangkan penerimaan selain penjualan tempe tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Jumlah tempe yang
yang dihitung dalam penelitian ini adalah tempe yang dijual oleh pengrajin kepada tukang sayur, pemilik warung makan, atau pun ibu rumah tangga.
Jumlah penerimaan yang diterima pengrajin akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang diperoleh. Keuntungan menjadi salah satu cara pengukuran
dari keberhasilan berjalannya suatu usaha. Suatu usaha yang dijalankan akan selalu mengharapkan keuntungan maksimal yang diperoleh. Berdasarkan hasil
survei di tempat penelitian, pengrajin tempe mengaku keuntungan mereka berkurang semenjak terjadinya kenaikan harga input utama yaitu kedelai. Harga
kedelai yang terus meningkat menyebabkan biaya yang dikeluarkan pengrajin semakin tinggi dan keuntungan yang diperoleh menurun. Untuk lebih jelasnya
jumlah penerimaan, keuntungan, dan RC rasio per skala usaha dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan Tabel 19, menunjukkan bahwa dengan adanya kenaikan harga kedelai akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pengrajin tempe
di Desa Citeureup Bogor. Tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan oleh pengrajin tempe selain mengurangi keuntungan agar usahanya tetap berjalan
pada saat terjadi kenaikan harga kedelai. Hal ini dikarenakan pada usaha tempe terjadi kekakuan pada penggunaan kombinasi input. Oleh karena itu, pada saat
terjadi kenaikan harga input yaitu kedelai, pengrajin tidak dapat melakukan substitusi input tersebut atau terjadi penggunaan proporsi input yang tetap.
Sementara itu tidak ada pilihan yang dapat dilakukan oleh pengrajin tempe selain menyiasatinya dengan mengurangi jumlah keuntungan yang diperoleh.
Upaya yang dilakukan oleh sebagian besar pengrajin tempe adalah dengan mengurangi jumlah kedelai pada setiap ukuran tempe. Hal ini dilakukan karena
menurut pengrajin pilihan inilah yang relatif paling baik dilakukan, meskipun tidak semua pengrajin melakukan upaya ini. Ada juga beberapa pengrajin
melakukan menaikkan harga jual atau menebalkan ukuran tempe dan menjualnya dengan harga lebih mahal.
58
Tabel 19. Penerimaan dan Keuntungan Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga
Kedelai Berdasarkan Skala Produksi Usaha Tempe di Citeureup Per 100 kg Tahun 2012
Uraian Sebelum
Setelah Skala I
Rp Skala II
Rp Skala III
Rp Skala I
Rp Skala II
Rp Skala III
Rp Penerimaan
rata-rata
1.111.301 1.034.886
1.036.905 1.225.234
1.156.495 1.178.690
Total Biaya
985.306 901.021
868.414 1.143.195
1.048.879 1.022.224
RC rasio
1,13 1,15
1,20 1,07
1,11 1,15
Penerimaan maksimum
1.186.000 1.115.000 1.065714
1.300.000 1.242.500
1202500
Penerimaan minimum
1.006.250 992.143
1.000.000 1.125.000
1.100.000 1148571
Standar deviasi
54.809 33.436
33596 59.958
35.323 27512
Keuntungan rata-rata
126.366 133.866
168.491 82.039
107.616 156.467
Keuntungan maksimum
177.687 165.070
219.093 132.687
191.751 189.606
Kaeuntungan minimum
78.881 76.755
131.772 37.181
46.904 139.272
Standar deviasi
32.554 28.262
45.286 31.254
35.818 28.706
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 30 pengrajin tempe di Desa Citeureup Bogor, terjadi penurunan keuntungan pada kondisi setelah
kenaikan harga kedelai dari setiap skala. Tabel 19 menunjukkan penerimaan dan keuntungan dari pengrajin tempe sebelum dan setelah adanya kenaikan
harga kedelai. Pada tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan penerimaan dikarenakan sudah adanya upaya yang dilakukan pengrajin dalam
menyiasati kenaikan harga tersebut, yaitu diantaranya mengecilkan ukuran tempe, menaikkan harga, serta ada juga pengrajin yang melakukan
memperbesar ukuran tempe yang diproduksi dan mengurangi jumlah produksi. Pilihan-pilihan upaya tersebutlah yang dilakukan oleh pengrajin tempe dalam
menyiasati kenaikan harga kedelai agar dapat meyeimbangkan keuntungan.
59 Namun dikarenakan biaya yang dikeluarkan setiap pengrajin meningkat maka
penerimaan tersebut belum dapat mencapai keuntungan yang diharapkan, sehingga apabila dicermati jumlah keuntungan yang diperoleh pengrajin
menurun. Keberhasilan usaha tempe di Desa Citeureup dapat juga digambarkan
oleh hasil analisis penerimaan atas biaya yang dikeluarkan RC Rasio pada usaha tersebut. Analisis usaha ini menunjukkan berapa penerimaan yang akan
diperoleh pengrajin tempe dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan tempe. RC atas biaya total dapat diperoleh dari hasil perbandingan
antara penerimaan dengan biaya total. Nilai RC biaya total pada penelitian ini sebagian besar dapat dikatakan efisien dan menguntungkan untuk diusahakan
karena nilai RC rasio setiap skala usaha tempe tersebut lebih besar dari satu. Dilihat dari nilai RC rasio setiap skala usaha, menunjukkan kecenderungan
nilai RC rasio tertinggi ada pada skala III dan terkecil ada pada skala I. Sementara penurunan jumlah keuntungan tertinggi ada pada skala I, dan
penurunan keuntungan terendah ada pada skala III.
60
VII. ANALISIS UPAYA MENYIASATI KENAIKAN HARGA KEDELAI