8
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan  pustaka  dalam  penelitian  ini  meliputi  tinjauan  mengenai kinerja industri tempe melalui karakteristik industri tempe yang sebagian besar
berskala  kecil,  dengan  modal  terbatas.  Perkembangan  industri  tempe  di Indonesia cukup pesat karena industri ini menjanjikan keuntungan yang tinggi.
Yempe  merupakan  makanan  khas  Indonesia  yang  bergizi  tinggi  serta  harga relatif murah. Selain itu ditinjau juga peranan kedelai sebagai bahan baku pada
industri  tempe  nasional,  dan  juga  pola  hubungan  struktur  biaya  dengan bermacam-macam pengelompokkan skala usaha.
2.1 Karakteristik Industri
Pengertian  industri  menurut  UU  No.  5  tahun  1984  adalah  suatu  usaha atau  kegiatan  pengolahan  bahan  mentah  atau  barang  setengah  jadi  menjadi
barang  jadi  yang  memiliki  nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil dari industri tidak hanya berupa barang tetapi dalam bentuk jasa. Sentra industri
merupakan  suatu  wilayah  yang  di  dalamnya  terjadi  pengelompokan  industri- industri  kecil  yang  sejenis  atau  memiliki  kaitan  erat  diantara  industri  kecil
tersebut, dimana wilayah kerjanya tidak dibatasi oleh wilayah administrasi saja tetapi  ditentukan  oleh  wilayah  industri  kecil  itu  sendiri.  Industri  kecil
merupakan salah satu sektor informal yang mempunya ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kegiatan usahanya tidak terorganisir dengan baik.
2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.
3. Pola kegiatan usaha tidak terfokus dalam arti lokasi atau jam kerja.
4. Teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana.
7. Skala usaha kecil, karena modal dan perputaran usahanya juga kecil.
8. Tidak  memerlukan  pendidikan  formal,  karena  hanya  berdasarkan
pengalaman sambil kerja. 9.
Pada  umumnya  bekerja  sendiri  atau  hanya  dibantu  karyawan  atau kerabat keluarga yang tidak perlu dibayar.
10. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
dari lembaga keuangan yang tidak resmi.
9 11.
Sebagian  besar  hasil  produksi  atau  jasa  mereka  hanya  dikenali  oleh masyarakat  yang  berpenghasilan  rendah  atau  sebagian  kecil  atau
golongan ekonomi menengah. Industri  kecil  merupakan  kumpulan  dari  beberapa  usaha  kecil  yang
sejenis. Pengelompokkan usaha kecil ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja dimana  menurut  Badan  Pusat  Statistik  BPS,  2010b  usaha  kecil  merupakan
entitas  usaha  yang  memiliki  jumlah  tenaga  kerja  lima  hingga  19  orang, sedangkan  usaha  menengah  dengan  jumlah  tenaga  kerja  20  hingga  99  orang.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316KMK.0161994 tanggal 27  Juni  1994,  usaha  kecil  didefiniskan  sebagai  perorangan  atau  badan  usaha
yang  telah  melakukan  kegiatan  usaha  dengan  omset    penjualan  Rp 600.000.000,  usaha  ini  bisa  dalam  bentuk  usaha  CV,  PT,  dan  koperasi  atau
perorangan  pengrajinindustri  rumah  tangga,  petani,  peternak,  nelayan, pedagang. Usaha kecil sendiri memiliki keunggulan antara lain:
1.  Memiliki  kebebasan  untuk  bertindak  artinya  bila  ada  perubahan  produk baru atau teknologi baru, usaha kecil dapat cepat menyesuaikan.
2.  Fleksibel  artinya  perusahaan  kecil  dapat  menyesuaikan  dengan  kebutuhan setempat baik bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran produk usaha kecil
pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal. 3.  Tidak mudah goncang karena bahan baku sebagian besar lokal dan sumber
daya  lainnya  bersifat  lokal,  maka  perusahaan  kecil  tidak  rentan  terhadap fluktuasi bahan baku impor.
Berdasarkan  uraian  pada  nomor  tiga,  terdapat  perbedaan  dengan kenyataan  di  lapangan.  Kenyataan  yang  terjadi  di  lapangan  adalah  sebagian
besar industri kecil inilah yang rentan terhadap perubahan bahan baku, sebagai contoh industri pengolahan kedelai. Pada saat terjadi perubahan harga kedelai,
usaha ini rentan mengalami kerugian, karena sebagian besar bahan baku kedelai berasal dari impor. Meskipun industri kecil rentan mengalami kerugian apabila
terjadi perubahan harga baik input maupun output, usaha ini tetap digemari dan diusahakan  karena  memiliki  peluang  pasar  yang  masih  luas.  Industri
pengolahan  kedelai  terdapat  di  sejumlah  wilayah  Indonesia,  namun  pada umumnya  industri  ini  terkonsentrasi  di  Jawa,  karena  selain  sebagian  besar
10 konsumen  terbesar  juga  terkonsentrasi  di  Jawa,  Jawa  merupakan  penghasil
kedelai  terbesar  dibandingkan  propinsi  lain.  Untuk  lokasi  industri  tahu  lebih banyak terkonsentrasi di daerah kota, sedangkan untuk industri tempe terpusat
usahanya di pedesaan Amang B; Husein S; Anas R, 1996. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan penentuan jumlah
responden  pengrajin  tempe  yang  diambil  berada  pada  satu  kawasan  yang sama, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengrajin tempe membentuk
kluster atau pengelompokkan industri yang sejenis dan sebagian besar usaha ini berskala  kecil  atau  rumah  tangga  dengan  modal  yang  terbatas.  Penelitian  ini
ditunjukkan oleh Sondang 2008 ; Amalia 2008 yang melakukan penelitian di Desa  Citeureup,  Patmawaty  2009  di  desa  Bojong  Sempu,  serta  Kurniasari
2010  yang  melakukan  penelitian  di  Kelurahan  Semanan  Jakarta.  Pengrajin tempe,  baik  yang  bergabung  dalam  satu  kawasan  industri  maupun  yang  tidak
bergabung, diduga jumlahnya semakin meningkat. Peningkatan jumlah industri ini  dapat  memberikan  dampak  terhadap  penyerapan  tenaga  kerja  dan  adanya
pemerataan  kesempatan  kerja,  bisnis  pembuatan  tempe  dan  tahu  umumnya padat karya dan merupakan industri rumah tangga dengan modal terbatas.
Dinas  Perindustrian  dan  Perdagangan  memberikan  definisi  tentang industri kecil adalah industri dengan investasi yang kurang dari lima juta rupiah.
Sumber  modal  usaha  pada  umumnya  berasal  dari  tabungan  sendiri  atau lembaga keuangan tidak resmi. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka
hanya dikenal oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil golongan  ekonomi  menengah,  serta  jumlah  tenaga  kerjanya  kurang  dari  19
orang.  Uraian  tersebut  sesuai  dengan  penelitian  dari  Sugianto  1996, Kurniasari  2010,  yang  menjelaskan  bahwa  sebagian  besar  industri  tempe
berskala kecil terlihat dari  jumlah  modal  investasi  yang kecil  yaitu antara satu hingga  dua  juta  rupiah.  Fakta  ini  dikuatkan  oleh  survei  yang  dilakukan  oleh
Departemen Perdagangan , yakni modal investasi untuk per unit usaha sebesar Rp 1,55 juta dan modal kerja sebesar Rp 420 ribu.
2.2 Perkembangan Industri Tempe di Indonesia