17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini meliputi kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis berisi
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian mengenai pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha industri tempe. Teori tersebut meliputi teori
mengenai hubungan penggunaan input dengan biaya dan keuntungan. Teori ini menjelaskan bagaimana pengaruh jumlah penggunaan input terhadap biaya
yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin.
3.1.1 Hubungan Penggunaan Input dengan Biaya
Kegiatan yang menghasilkan produk berupa barang atau jasa dengan menggunakan sejumlah sumber daya atau input tertentu disebut dengan
produksi Syahrudin, 1990. Kegiatan menghasilkan produk tidak pernah terlepas dari biaya yang digunakan dalam produksi. Pengertian biaya menurut
Mankiw 2003 adalah segala sesuatu yang kita korbankan untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan. Perubahan harga input X yang diterima produsen
akan mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan produsen. Lipsey R ; Courant P ; Purvis D; Steiner P 1995 mendefinisikan biaya
total TC atau total cost adalah biaya yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap
total TFC atau total fixed cost dan biaya variabel total TVC atau total variable cost
. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah. Sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang
bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel. Secara matematis biaya total TC
dapat dirumuskan sebagai berikut Lipsey R ; Courant P ; Purvis D; Steiner P , 1995 :
TC = TFC + TVC = Px. X + TFC
dimana :
TC = Total Cost atau Biaya Total Rp
TFC = Total Fixed Cost atau Biaya Tetap Total Rp
18
TVC = Total Variable Cost atau Biaya Variabel Total Rp
Berdasarkan persamaan tersebut, harga input variabel X Px akan mempengaruhi biaya total yang dikeluarkan produsen. Kenaikan harga input
menyebabkan biaya variabel total meningkat. Apabila biaya variabel total meningkat maka akan menyebabkan biaya total akan meningkat juga.
Hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi disebut dengan fungsi biaya dapat digambarkan dalam kurva seperti pada Gambar 1.
Rp MC
ATC
AVC
AFC
0 Output
Gambar 1. Kurva Biaya Rata-Rata
Sumber : Lipsey R ; Courant P ; Purvis D; Steiner P 1995 Bentuk kurva biaya di atas merupakan gambaran kurva biaya rata-rata.
Biaya rata-rata ini diperoleh dari total biaya dibagi jumlah output. Saat terjadi kenaikan harga input yaitu kedelai maka biaya total meningkat karena kedelai
merupakan input variabel, sehingga akan terjadi pergeseran kurva biaya total rata-rata atau ATC ke atas. Pergeseran yang terjadi ini akan mempengaruhi
keuntungan yang diperoleh pengrajin karena keuntungan yang didapat akan menurun. Oleh karena itu pengrajin harus melakukan upaya untuk
meningkatkan keuntungan. Suatu usaha akan memperoleh laba normal apabila harga output P = ATC, sedangkan untuk memperoleh laba positif P ATC.
Suatu usaha akan mengalami titik kritis yaitu perusahaan dapat menutupi semua biaya variabel tetapi tidak dapat menutupi biaya tetap pada saat P =
AVC. Perusahaan akan mengalami kerugian bahkan gulung tikar pada saat P AVC.
19 Berdasarkan uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa ada hubungan
antara jumlah input dengan harga input. Hubungan antara jumlah input yang digunakan dengan harga input dapat digambarkan dengan kurva isokuan. Kurva
isokuan adalah kurva yang menunjukkan kombinasi antara dua input yang dapat digunakan untuk memproduksi sejumlah output yang sama besarnya
Nicholson, 1994. Pada kasus pengrajin tempe dua kombinasi input yang digunakan tidak dapat disubstitusikan, contohnya input kedelai dengan tenaga
kerja. Dimana kedua input ini tidak dapat saling menggantikan, namun kedua input
ini berkomplemen atau saling melengkapi. Berikut adalah gambar kurva isokuan antara kedelai dengan tenaga kerja pada Gambar2.
Tenaga Kerja
T1 Q1
T2 Q2
Modal Kedelai K2 K1
Gambar 2. Kurva Isokuan Kedelai dan Tenaga Kerja
Sumber : Lipsey R ; Courant P ; Purvis D; Steiner P, 1995 Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan adanya perubahan pada jumlah
kedelai yang digunakan karena adanya kenaikan harga kedelai. Kedelai sebagai input
pada sumbu X dan tenaga kerja pada sumbu Y untuk menghasilkan tempe pada jumlah Q unit. Semula jumlah kedelai pada K1 ketika terjadi kenaikan
harga jumlah kedelai dikurangi oleh pengrajin tempe menjadi K2. Begitu juga yang terjadi dengan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja semula di T1 berkurang
menjadi T2. Hal ini dikarenakan pada fungsi produksi elastisitas subtitusi
20 bernilai 0 sehingga penggunaan proporsi input tetap fixed proportions,
sehingga penggunaan kedelai dan tenaga kerja selalu digunakan dalam proporsi yang tetap sehingga bentuk kurva isokuannya berbentuk huruf “L”. Bentuk
fungsi produksi yang mempunyai proporsi tetap secara matematika dapat dituliskan :
Q = min aK, bT a,b0
Keterangan : K
: kedelai T
: tenaga kerja a
: jumlah kedelai b
: jumlah tenaga kerja
Tanda “min” pada rumus diatas menunjukkan bahwa Q akan diproduksi dengan nilai terkecil dari aK atau bT. Jika nilai aKbT, maka Q = aK, sehingga
kedelai dinilai pengikat dalam proses produksi, sehingga memperjakan tenaga kerja lebih banyak tidak akan menambah hasil output, sebab produk marginal
tenaga kerja = 0. Tetapi apabila aK bT, maka tenaga kerja yang menjadi faktor pengikat, sehingga penambahan kedelai yang lebih banyak juga tidak akan
menambah produksi. Apabila aK=bT maka kedua input harus digunakan secara bersamaan untuk menghasilkan output optimal.
3.1.2 Penerimaan dan Efisiensi Usaha