35 skala I atau dengan jumlah penggunaan kedelai kurang dari 100 kg sebanyak 11
orang atau 36,7 persen, skala II yaitu penggunaan kedelai antara 100 hingga 199 kg sebanyak 16 orang atau 53,3 persen, dan skala III yaitu penggunaan
kedelai lebih dari 200 kg sebanyak 3 orang atau 10 persen. Jumlah penggunaan kedelai dalam produksi juga mempengaruhi berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan. Dalam usaha produksi tempe di wilayah Citeureup ini jumlah tenaga kerja yang digunakan berjumlah tidak banyak. Hal ini dikarenakan
pekerjaan ini masih dapat dikerjakan pengajin sendiri, namun ada juga beberapa pengrajin yang menggunakan bantuan tenaga kerja.
Sebagian besar untuk jumlah penggunaan kedelai 50 kg dikerjakan sendiri oleh pemilik, tetapi untuk penggunaan kedelai lebih dari 50 hingga 100
kg menggunakan tenaga kerja sebanyak satu orang. Untuk penggunaan kedelai lebih dari 100 kg menggunakan tenaga kerja dua atau tiga orang. Dalam
pembuatan tempe tidak perlu menggunakan banyak tenaga kerja karena dalam pembuatan tempe ini masih dapat dilakukan oleh tenaga kerja yang sedikit
apabila tenaga kerja banyak maka akan tidak efisien. Selain itu juga untuk menekan biaya yang dikeluarkan pengrajin untuk memberi upah tenaga kerja
dikarenakan harga kedelai yang terus meningkat. Upah tenaga kerja berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per hari. Semakin banyak jumlah kedelai
yang akan diproduksi maka upah tenaga kerja yang dikeluarkan semakin tinggi.
5.3 Peralatan Produksi
Peralatan yang digunakan dalam membuat tempe merupakan peralatan yang sederhana, namun tetap dibutuhkan pengalaman dan keterampilang yang
cukup untuk dapat menghasilkan tempe yang baik. Peralatan yang digunakan oleh pengrajin baik skala I, II, dan III sama, yang membedakan adalah jumlah
dari peralatan saja. Semakin besar skala usaha maka peralatan yang digunakan semakin banyak. Pada proses pembuatan tempe peralatan yang digunakan
adalah drum besi untuk merebus kedelai, drum plastik digunakan untuk merendam kedelai dan mencuci, ayakan bambu untuk memisahkan kedelai
dengan kulitnya setelah direbus, gayung atau ember untuk mengangkat kedelai dari drum besi ke dalam drum plastik, mesin pemecah kedelai, kere rak yang
36 terbuat dari bambu untuk tempat pengeraman, dan keranjang plastik yang
digunakan untuk membawa tempe yang sudah jadi untuk dipasarkan. Penggunaan drum pada proses pembuatan tempe ada dua yaitu drum
besi dan drum plastik. Drum besi digunakan untuk merebus kedelai, sedangkan drum plastik digunakan untuk merendam kedelai. Muatan dalam satu drum besi
dapat digunakan untuk merebus 50 kg kedelai. Rata-rata untuk pengrajin pada skala I memiliki satu buah drum besi, sedangkan pada skala II dan III pengrajin
memiliki drum besi tiga hingga lima buah tergatung dari jumlah kedelai yang digunakan. Sedangkan kepemilikan drum plastik untuk skala I membutuhkan
dua buah yaitu untuk merendam kedelai dan untuk proses penirisan kedelai. Jumlah drum plastik yang digunakan skala II dan III lebih banyak, rata-rata
pengrajin memiliki lima hingga enam drum plastik. Harga drum besi berkisar Rp 110.000 hingga Rp 150.000 sedangkan harga drum plastik berkisar Rp
70.000 hingga Rp 100.000. Peralatan lain yang digunakan adalah mesin pemecah kedelai Gambar
5, mesin pemecah kedelai yang digunakan sudah lebih modern karena sudah menggunakan mesin yang digerakkan dengan dynamo listrik. Setiap pengrajin
memiliki mesin ini satu buah dan memiliki nilai ekonomis yang panjang hingga bertahun-tahun. Mesin ini terbuat dari besi yang bisa awet dalam pemakaian
jangka panjang, harga dari mesin ini sekitar Rp 2.500.000. Mesin ini sangat membantu kerja pengrajin karena dengan mesin ini pengrajin tidak kesulitan
lagi dalam memecah kedelai, dan hasil pecahannya pun lebih seragam. Peralatan lain yang juga penting adalah kere atau kajang yang merupakan rak
terbuat dari bambu yang digunakan untuk proses pengeraman tempe yang baru dibungkus. Kere yang dimiliki setiap pengrajin berbeda sesuai dengan
banyaknya jumlah kedelai yang digunakan. Untuk pengrajin skala I membutuhkan antara 20 hingga 35 kere, sedangkan untuk skala II memiliki
kere antara 40 buah hingga 70 kere, dan skala III membutuhkan 70 hingga 100 kere. Harga satuan dari kere ini adalah Rp 35.000. Kere ini dijual bebas
dipasaran, umur ekonomis kere cukup panjang hingga sepuluh tahun apabila pemeliharaannya baik.
37 Peralatan kecil lain yang digunakan adalah ayakan bambu dan ember
atau gayung. Ayakan bambu ini digunakan oleh pengrajin untuk menyaring atau untuk membantu mengupas kulit ari kedelai yang telah direbus. Pengrajin
memiliki ayakan ini tidak banyak yaitu dua atau tiga buah dikarenakan fungsinya. Ayakan ini hampir setiap satu atau dua tahun diganti karena
umurnya yang tidak lama dan fungsinya yang selalu bersentuhan dengan air sehingga menyebabkan ayakan ini cepat rusak. Kebutuhan ember dan gayung
digunakan oleh pengrajin untuk mengambil kedelai dari drum rebusan atau juga digunakan untuk memindahkan kedelai dari drum satu ke drum lainnya. Ember
dan gayung ini biasanya berbahan dasar plastik dengan harga untuk ember Rp 12.000 dan gayung Rp 4.000.
Gambar 4. Mesin Pemecah Kedelai
Peralatan yang digunakan pada tahap pemasaran biasanya berupa keranjang plastik. Keranjang ini berukuran 80cm x 60cm yang berfungsi untuk
mengangkut tempe yang sudah jadi untuk dipasarkan secara keliling atau ke pasar. Keranjang ini bisa membawa tempe dalam jumlah banyak, sehingga
pengrajin membutuhkan keranjang ini tidak banyak. Harga dari keranjang ini berkisar Rp 50.000 per buahnya. Keranjang bisa digunakan dalam waktu tiga
hingga empat tahun. Keranjang ini dimiliki pengrajin baik skala I, II dan III, hanya saja jumlah keranjang yang dimiliki berbeda.
38
5.4 Proses Produksi