34
5.2.5 Penggunaan Jumlah Kedelai
Penggunaan jumlah kedelai yang digunakan setiap kali produksi menjadi patokan untuk pengelompokkan skala usaha dalam penelitian ini.
Penggunaan jumlah kedelai yang digunakan didasarkan pada modal yang dimiliki oleh pengrajin. Semakin banyak memiliki modal maka jumlah kedelai
yang digunakan semakin banyak juga. Modal yang digunakan untuk mendirikan usaha diperoleh dari modal sendiri, namun ada dari beberapa
pengrajin yang memperoleh modal dari orang tua mereka karena memang usaha ini dijalankan secara turun temurun.
Beberapa pengrajin menyebutkan bahwa pada awal mula mereka mendirikan usaha pembuatan tempe menggunakan modal sedikit karena pada
waktu mereka memulai usaha harga kedelai masih rendah tidak seperti harga kedelai sekarang, yaitu hanya berkisar Rp 500 per kg kedelai, sedangkan
sekarang harga kedelai sudah meningkat menjadi Rp 7900 per kg. Selain itu penggunaan kedelai pada awal memulai usaha hanya berkisar lima hingga
sepuluh kg per produksi, namun sekarang jumlah kedelai yang digunakan pengrajin sudah semakin banyak dan jumlah kedelai yang digunakan juga
beragam sesuai kemampuan mereka dalam membeli kedelai. Jumlah kedelai yang digunakan untuk produksi tempe per hari dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kedelai Per Produksi
Tahun 2012 Jumlah
Kedelai kg
Skala Produksi Total
responden Persentase
I II
III 100
11 -
- 11
36,7 100-199
- 16
- 16
53,3 ≥200
- -
3 3
10 Jumlah
11 16
3 30
100 Berdasarkan Tabel 12, karakteristik responden dapat dibedakan
berdasarkan jumlah kedelai yang digunakan untuk produksi tempe setiap harinya. Pada skala I jumlah kedelai paling sedikit yang digunakan adalah 25
kg, dan pada skala III paling banyak adalah 350 kg. sebaran responden dengan
35 skala I atau dengan jumlah penggunaan kedelai kurang dari 100 kg sebanyak 11
orang atau 36,7 persen, skala II yaitu penggunaan kedelai antara 100 hingga 199 kg sebanyak 16 orang atau 53,3 persen, dan skala III yaitu penggunaan
kedelai lebih dari 200 kg sebanyak 3 orang atau 10 persen. Jumlah penggunaan kedelai dalam produksi juga mempengaruhi berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan. Dalam usaha produksi tempe di wilayah Citeureup ini jumlah tenaga kerja yang digunakan berjumlah tidak banyak. Hal ini dikarenakan
pekerjaan ini masih dapat dikerjakan pengajin sendiri, namun ada juga beberapa pengrajin yang menggunakan bantuan tenaga kerja.
Sebagian besar untuk jumlah penggunaan kedelai 50 kg dikerjakan sendiri oleh pemilik, tetapi untuk penggunaan kedelai lebih dari 50 hingga 100
kg menggunakan tenaga kerja sebanyak satu orang. Untuk penggunaan kedelai lebih dari 100 kg menggunakan tenaga kerja dua atau tiga orang. Dalam
pembuatan tempe tidak perlu menggunakan banyak tenaga kerja karena dalam pembuatan tempe ini masih dapat dilakukan oleh tenaga kerja yang sedikit
apabila tenaga kerja banyak maka akan tidak efisien. Selain itu juga untuk menekan biaya yang dikeluarkan pengrajin untuk memberi upah tenaga kerja
dikarenakan harga kedelai yang terus meningkat. Upah tenaga kerja berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per hari. Semakin banyak jumlah kedelai
yang akan diproduksi maka upah tenaga kerja yang dikeluarkan semakin tinggi.
5.3 Peralatan Produksi