30
5.2 Karakteristik Responden di Desa Citeureup
Responden dalam penelitian ini adalah 30 pengrajin tempe di Desa Citeureup Kabupaten Bogor. Karakteristik pengrajin meliputi umur, tingkat
pendidikan, lama usaha, skala produksi yang dilihat dari banyaknya jumlah kedelai yang digunakan per hari, jumlah anggota keluarga, dan jumlah tenaga
kerja, dan cara pemasaran. Proporsi dari 30 responden terbagi menjadi 20 orang berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang perempuan. Selain itu responden juga
dikelompokkan menjadi tiga yaitu skala I sebanyak 11 responden dengan jumlah penggunaan kedelai kurang dari 100 kg, skala II 100 hingga kurang dari
200 kg, dan skala III dengan penggunaan kedelai lebih dari 200 kg. Seluruh responden yang diwawancarai berasal dari Pekalongan Jawa Tengah, dan
hampir seluruh pengrajin yang ada di Citeureup berasal dari daerah tersebut. Kegiatan usaha pembuatan tempe telah berlangsung lama dan secara turun
temurun.
5.2.1 Usia
Berikut adalah data mengenai karakteristik responden berdasarkan Usia Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Sebaran Responden Berdasarkan Usia Tahun 2012 Usia
tahun Skala Produksi
Total responden
Persentase I
II III
10-20 2
1 -
3 10
21-30 1
4 -
5 16,7
31-40 6
3 3
12 40
41-50 1
7 -
8 26,7
50 1
1 -
2 6,6
Jumlah 11
16 3
30 100
Rata-rata pengrajin tempe berusia antara 40 tahun dengan usia termuda yaitu 15 tahun. Jumlah responden terbanyak yaitu yang berusia 31 hingga 40
tahun yang berjumlah 12 orang atau 40 persen dari total responden. Sebaran
31 usia paling banyak beragam pada setiap responden, untuk skala I usia terbanyak
pada rentang usia 31 hingga 40 tahun, untuk skala II usia 41 hingga 50 dan untuk skala III hanya ada satu responden yaitu pada usia 40 tahun. Secara rinci
sebaran usia pada seluruh responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa besarnya skala produksi pengrajin tempe di Desa
Citeureup tidak dipengaruhi oleh usia pengrajin.
5.2.2 Tingkat Pendidikan
Selain dilihat dari usia karakteristik responden pengrajin tempe juga
dilihat dari tingkatan pendidikan. Tingkat pendidikan responden berdasarkan
hasil wawancara menunjukkan sebagian besar merupakan lulusan Sekolah Dasar SD, namun ada beberapa dari responden merupakan lulusan Sekolah
Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA. Berdasarkan Tabel 9 tersebut, jumlah responden secara keseluruhan dengan tingkat
pendidikan terbanyak adalah lulusan SD dengan jumlah 19 orang, SMP sebanyak enam orang, dan SMA sebanyak lima orang. Dari sebaran tersebut
tingkatan pendidikan pada setiap skala paling banyak yaitu SD, untuk skala I berjumlah tujuh orang, skala II terdapat 11 orang dan skala III berjumlah satu
orang. Secara rinci sebaran responden berdasar tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012
Tingkat Pendidikan
Skala Produksi Total
responden Persentase
I II
III SD
7 11
1 19
63,3 SMP
3 1
2 6
20 SMA
1 4
- 5
16,7 Jumlah
11 16
3 30
100
Dilihat dari latar belakang pengrajin dengan tingkat pendidikan yang sebagian besar tidak menempuh pendidikan tinggi ini memang tidak menjadi
jaminan bahwa pengrajin tidak sukses, nyatanya dengan bekal pendidikan yang
32 tidak tinggi pengrajin tempe di desa ini dapat menjalankan usahanya hingga
sekarang secara turun temurun dan dapat menghidupi keluarga mereka secara cukup. Berdasarkan Tabel 9 tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
dalam membuat tempe tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
5.2.3 Anggota Keluarga