yang terjadi dalam perekonomian secara umum, seperti peningkatan permintaan aggregate demand shock
. Kedua, harga komoditas juga mampu merespon terhadap non-economic shocks seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam
lainnya yang menghambat jalur distribusi dari komoditas tersebut. Pergerakan harga komoditas pangan atau pertanian akan selaras dengan
perkembangan harga barang secara keseluruhan, walaupun besarannya akan berbeda. Respon harga komoditas yang cepat tersebut dapat memberikan sinyal
bahwa kenaikan harga-harga barang lainnya akan menyusul sehingga tekanan inflasi meningkat. Hasil estimasi yang dilakukan oleh Furlong dan Ingenito 1996
dengan menggunakan pendekatan vector autoregression VAR dan rolling regression
menyimpulkan bahwa harga komoditas mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan inflasi, walaupun koefisiennya mengalami penurunan.
Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Cody dan Mills 1991 sehingga
mereka percaya bahwa peningkatan harga komoditas yang menjadi sinyal peningkatan inflasi harus diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter. Namun,
hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa respon bank sentral melalui fed funds rate
terhadap perubahan harga komoditas tidak signifikan sehingga inflasi yang terjadi lebih tinggi dari level inflasi optimalnya. Dapat diyakini
bahwa laju inflasi dapat ditekan dan diturunkan, jika bank sentral memberi respon yang lebih memadai terhadap kenaikan harga komoditas tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa harga komoditas memiliki kandungan informasi yang baik terhadap inflasi.
2.2 Transmisi Harga
Analisis yang umum dipakai untuk mengetahui hubungan antar harga adalah transmisi harga dan integrasi pasar. Terminologi analisis harga biasanya mengacu
pada analisis kuantitatif dari keterkaitan antar aspek permintaan dan penawaran harga. Analisis harga sering digunakan untuk menjelaskan perilaku harga dan
variabel-variabel yang berhubungan. Harga dianggap dapat memberikan gambaran tentang pasar dan menjadi salah satu indikator tingkat penawaran dan
permintaan suatu komoditas, maka analisis harga pangan merupakan hal yang penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi
pangan serta membuat peramalan harga.
Isu penting dalam perdagangan dunia produk pertanian adalah bagaimana pasar komoditas pertanian domestik merespon perubahan harga dunia ataupun
sebaliknya. Tingkat transmisi harga dari dunia ke harga domestik merupakan parameter kritis dalam model empiris perdagangan yang berusaha untuk
memperkirakan besarnya dampak terhadap harga, output, konsumsi, dan kesejahteraan. Globalisasi telah membuat pasar komoditas semakin terpadu secara
spasial, baik secara hierarki atau simetri. Keterpaduan pasar pada umumnya direfleksikan oleh keterkaitan harga antar pasar Ravallion, 1986.
Spasial transmisi harga melihat bagaimana harga pada pasar yang terpisah secara spasial di suatu negara adalah berhubungan atau bagaimana harga domestik
melakukan penyesuaian terhadap harga dunia. Informasi pada kedua bentuk spasial transmisi harga tersebut sangat penting bagi pengambil kebijakan.
Beberapa negara berkembang telah mengurangi peran pemerintah yang
berhubungan dengan lembaga pemasaran, regulasi harga komoditas, dan kontrol terhadap perdagangan dunia.
Informasi pada derajat dimana sinyal harga dunia ditransmisikan ke pasar komoditas domestik merupakan sesuatu yang penting bagi pengambil kebijakan.
Dalam istilah spasial, paradigma klasik dari hukum satu harga law of one price memberikan pengertian bahwa transmisi harga disebut lengkap pada kondisi harga
keseimbangan dari suatu komoditas terjual pada pasar bersaing di luar negeri dan domestik dibedakan hanya oleh biaya transfer ketika dikonversi ke suatu mata
uang yang sudah umum digunakan dalam perdagangan dunia. Model ini memprediksikan bahwa perubahan pada permintaan dan penawaran di satu pasar
akan mempengaruhi perdagangan dan oleh karena itu harga di pasar yang lain pada kondisi keseimbangan dipulihkan melalui arbitrase spasial.
Fackler dan Goodwin 2002 merumuskan P
1t
dan P
2t
sebagai harga sebuah komoditas yang pasarnya terpisah secara spasial, C adalah biaya transfer untuk
mengangkut komoditas dari pasar 1 ke pasar 2. Hubungan yang terjadi antara harga tersebut adalah :
P
1t
= P
2t
+ C 1
Jika hubungan dua harga terjadi seperti formula tersebut maka kedua pasar dikatakan terintegrasi. Namun kondisi ini bisa dikatakan tidak mungkin terjadi
terutama pada jangka pendek. Jika sebaran bersama dari dua harga tersebut ternyata independen sepenuhnya atau tidak ada hubungan sama sekali maka dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi integrasi pasar dan tidak ada transmisi harga. Umumnya arbitrase spasial diharapkan untuk memastikan bahwa harga dari
sebuah komoditas akan berbeda sejumlah tertentu atau paling besar sama dengan biaya transfer. C adalah biaya transfer untuk mengangkut komoditas dari pasar 1
ke pasar 2. λ adalah konstanta yang besarnya antara 0 dan 1. Hubungan antara harga di dua pasar tersebut diidentifikasikan sebagai berikut:
P
2t
– P
1t
= λC 2
Fackler dan Goodwin 2002 mengacu pada hubungan diatas sebagai kondisi arbitrase spasial dan berpendapat bahwa hubungan tersebut mengidentifikasikan
sebuah bentuk yang lemah dari hukum satu harga, bentuk yang kuat dicirikan oleh persaman 1. Fackler dan Goodwin juga menekankan bahwa hubungan
persamaan 2 mewakili kondisi ekuilibrium. Harga yang diobservasi dapat berbeda dari hubungan persamaan 1, tetapi arbitrase spasial akan menyebabkan
perbedaan antara kedua harga tersebut bergerak menuju biaya transfer.
2.3 Model Kointegrasi
Konsep kointegrasi diperkenalkan oleh Engle dan Granger 1987, dimana analisis formalnya dimulai dengan mendasarkan pada himpunan peubah ekonomi
yang berada pada keseimbangan jangka panjang. β
1
x
1t
+ β
2
x
2t
+ ... + β
n
x
nt
= 0 atau β‟x
t
= 0 penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang disebut galat ekuilibrium e
t
, sehingga ε
t
= β‟x
t
dimana ε
t
pada kondisi stasioner. Menurut Engle dan Granger komponen suatu vektor x
t
„ = x
1t
, x
2t
, ..., x
nt
‟ dikatakan berkointegrasi orde d,b dan dinyatakan dengan CI d,b, jika :
a Semua komponen x berintegrasi orde d V
d
x
t
: stasioner