Model Kointegrasi Impact of world oil price shock on domestic rice price (cointegration analysis)

b Ada vektor β‟ = β 1 β 2 ... β n sehingga kobinasi linear β‟x t berintegrasi orde d-b, dimana b 0 dan β disebut vektor kointegrasi. Prinsip dari peubah kointegrasi adalah data deret waktunya dipengaruhi oleh penyimpangan keseimbangan jangka panjang. Jika sistem berada pada keseimbangan jangka panjang gerakan suatu peubah harus merespon besarnya ketidakseimbangan tersebut. Integrasi Pasar Muwanga dan Snyder 1997 mengemukakan bahwa pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih pasar-pasar yang terpisah secara spasial, kemudian harga di suatu pasar berhubungan atau berkorelasi dengan harga di pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Menurut Baffes dan Bruce 2003 pasar dapat dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga yang terjadi di pasar dunia tersebut langsung diteruskan dan direfleksikan ke pasar dalam negeri. Dengan kata lain pola harga yang ditunjukkan harus sama. Sebuah sistem pasar yang terintegrasi secara efisien akan memiliki hubungan yang positif antara harganya di wilayah pasar yang berbeda. Selanjutnya jika perdagangan terjadi pada dua wilayah yang berbeda dan harga di daerah yang mengimpor sebanding dengan harga di daerah yang mengekspor ditambah dengan biaya yang diperlukan, maka kedua pasar tersebut dapat dikatakan telah terintegrasi Ravallion, 1986. Berbeda dengan Barrett 2005 yang menyatakan bahwa pasar yang tidak terintegrasi spasial maupun intertemporal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi ketidakefisienan pasar seperti terjadi kolusi dan adanya konsentrasi pasar sehingga mengakibatkan adanya permainan harga dan terjadinya distorsi harga di pasar. Rifin 2005 mengatakan bahwa terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : 1 Segmentansi pasar. Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika pasar tersegmentasi dimana apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik, maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang ada di pasar acuan. 2 Integrasi Jangka Pendek. Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar domestik. Analisis ini juga mensyaratkan bahwa tidak ada efek lag pada harga dimasa yang akan datang. Dalam makroekonomi dan ekonomi internasional konsep yang umum dari integrasi pasar terfokus pada kemampuan dalam melakukan perdagangan. Transfer sinyal tradabilitas terhadap kelebihan permintaan dari suatu pasar ke pasar lainnya ditransmisikan sebagai arus fisik aktual maupun potensial. Arus perdagangan yang positif dapat mendemontrasikan integrasi pasar spasial berdasarkan konsep tradabilitas Barret, 2005. Riset integrasi spasial pasar tradisional mengasumsikan bahwa dua daerah dengan pasar ekonomi yang sama untuk produk yang homogen terjadi jika perbedaan harga antara dua daerah sama persis dengan biaya transaksi yang berhubungan dengan perdagangan Bernal et.al., 2003. Pada suatu keseimbangan yang kompetitif, arus perdagangan terjadi sampai laba potensi menjadi jenuh. Jika perbedaan harga kurang dari biaya-biaya transaksi, maka pasar mungkin tersegmentasi atau jika perdagangan masih terjadi juga maka perbedaan ini mengindikasikan adanya strategi maksimisasi keuntungan jangka panjang atau kegagalan atas informasi jangka pendek. Pasar autarki menyediakan penjelasan alternatif untuk pasar tersegmentasi dengan kondisi keseimbangan Bernal et.al., 2003. Kemudian Anwar 2005 menyatakan bahwa dua pasar terpadu apabila perubahan harga suatu pasar dirambatkan ke pasar lain, semakin cepat perambatannya maka semakin terpadu pasarnya. Pada dasarnya analisis integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, yaitu: 1 Integrasi Pasar Spasial Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial menunjukkan pergerakan harga dan secara umum merupakan signal dari transmisi harga dan informasi diantara pasar yang terpisah secara spasial. Perilaku harga spasial dalam pasar regional merupakan indikator penting dalam melihat market performance. Pasar yang tidak terintegrasi bisa membawa informasi harga yang tidak akurat yang dapat mendistorsi keputusan pasar produsen dan kontribusi pergerakan produk menjadi tidak efisien. Tingkat keefisienan antar pasar di berbagai lokasi yang berjauhan mempunyai implikasi penting dalam liberalisasi pasar dan perumusan kebijakan. Mengingat akan pentingnya masalah ini, maka sejumlah uji empiris terhadap Dalil Harga Tunggal The Law of One Price atau sering disingkat LOP dan ukuran kesatuan dan keefisienan pasar telah banyak dilakukan Fackler dan Goodwin, 2002. Dalil ini menyatakan bahwa pada keadaan pasar bersaing, semua harga- harga dalam suatu pasar akan seragam setelah adanya biaya tambahan terhadap kegunaan tempat, waktu dan bentuk dari suatu barang di pasar yang bersangkutan. Apabila pasar terintegrasi maka peningkatan harga di suatu daerah atau negara akan ditransmisikan ke pasar-pasar lainnya. Namun ada beberapa prinsip-prinsip yang menentukan perbedaan harga pasar spasial antar negara berlaku sama pada harga internasional, dimana tidak tersedia rintangan dari pergerakan produk antara negara-negara tersebut. Untuk berbagai komoditi pertanian, tentu saja kondisi rintangan tersebut sangat dibutuhkan dalam perdagangan bebas. Analisis integrasi pasar spasial membagi pasar dalam dua kategori yakni: pasar yang berpotensi defisit atau kekurangan dan pasar yang berpotensi surplus atau berlebih. Seperti halnya Indonesia memiliki potensi defisit dalam hal pemenuhan beras untuk dikonsumsi yang menyebabkan terjadinya impor beras. Sedangkan di negara lain, misalnya Thailand berpotensi surplus yang menjadikan Thailand sebagai salahsatu negara pengekspor beras terbesar di dunia. Gambar 3 menunjukkan apabila tidak terjadi perdagangan maka harga yang terjadi adalah PI yakni di pasar Indonesia I dan PT di pasar Thailand T dimana PT PI. Pada harga diatas PT, pasar Thailand akan mengalami excess supply, sehingga beberapa produk akan tersedia untuk dijual ke pasar lain. Sedangkan impor akan dilakukan untuk memenuhi kelebihan permintaan excess demand di pasar Indonesia apabila harga dibawah PT. Selanjutnya informasi dari kurva ini dapat digunakan untuk mengembangkan model keseimbangan spasial akibat perdagangan antara dua pasar dengan menggunakan kurva excess supply dan excess demand seperti yang ditunjukkan oleh kurva pada Gambar 4 bagian c. Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah dengan perubahan faktor kekuatan supply dan demand pada masing-masing pasar. Excess supply adalah selisih jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, yang semakin tinggi dengan semakin meningkatnya harga dan bernilai nol pada harga keseimbangan pasar T PT. Kurva excess supply di dasarkan pada garis datar selisih antara kurva supply dan demand di pasar I Indonesia pada harga diatas titik keseimbangan titik b dikurang titik a, yang ditunjukkan oleh grafik bagian a pada gambar 4. Grafik juga digunakan untuk menggambarkan kurva excess supply yang ditunjukkan grafik bagian c. Seperti kurva supply biasa, kurva excess supply mempunyai kemiringan slope positif dikarenakan selisih antara supply dan demand yang makin melebar akibat peningkatan harga. Excess demand adalah selisih jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, yang semakin meningkat dengan semakin rendahnya harga dan bernilai nol pada harga keseimbangan pasar I PI. Kurva excess demand didasarkan pada garis datar selisih antara kurva supply dan demand dibawah titik keseimbangan pada pasar I titik d dikurang titik c, yang ditunjukkan oleh grafik bagian b pada Gambar 4. Grafik ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan kurva excess demand yang ditunjukkan grafik bagian panel c pada Gambar 4. Kurva excess demand mempunyai kemiringan slope negatif dikarenakan selisih antara supply dan demand yang makin melebar akibat penurunan harga. Kurva excess supply dan excess demand berpotongan pada harga PE jika tidak ada biaya transfer antara dua pasar, total komoditi sebannyak QE 2 sebesar ab=cd dapat dijual dari pasar T ke pasar I harga diantara kedua pasar akan sama yaitu sebesar PE. Sedangkan bila biaya transfer dari pasar T ke Pasar I melebihi atau lebih besar dari Pt maka perdagangan tidak akan terjadi. Dalam kasus ini demand dan supply sama di setiap pasar dan perbedaan harga akan lebih kecil dari biaya transfer. Perubahan biaya transfer dapat diilustrasikan dengan garis volume perdagangan yang digambarkan oleh garis xy. Garis vertikal antara 0 sampai Pt menunjukkan besaran biaya transfer, semakin tinggi biaya transfer semakin kecil volume perdagangan dan perdagangan tidak akan terjadi jika biaya transfer sama atau melebihi Pt. Sedangkan garis horizontal antara 0 sampai QE 2 menunjukkan besaran perdagangan. Perdagangan akan maksimum pada QE 2 ketika biaya transfer sama dengan nol. Sebagai contoh apabila biaya transfer sebesar t, maka total output yang akan ditransfer sebesar QE 1 unit. Apabila diasumsikan harga di setiap pasar dapat ditentukan dan slope kurva demand dan supply diperkirakan sama maka efek dari biaya transfer sebesar t akan menurunkan harga dari PI menjadi PI 1 pada pasar I Indonesia dan menaikkan harga dari PT menjadi PT 1 pada pasar T Thailand. Restriksi perdagangan akan meningkatkan biaya transfer yang menyebabkan perdagangan akan terus berlangsung samapai biaya transfer sama dengan selisih harga. Jika biaya transfer lebih besar atau sama dengan selisih harga antar pasar maka pedagang tidak memiliki insentif untuk melakukan perdagangan. Hal ini mengakibatkan transfer excess demand maupun excess supply antara kedua pasar tidak terjadi dan harga akan bergerak secara mandiri independence. ES T D T S T a Q T P T ‟ P T Q I D I P I S I d c PE ED I PT PI E Komoditi Q QE 1 x QE 2 y t PE I1 P t ES T PE T1 ED I Transfer Cost t Harga P a. Pasar T Surplus b. Pasar I Defisit c. Keseimbangan excess supply dan excess demand Sumber : Tomek dan Robinson, 1972 Gambar 3 Model keseimbangan integrasi spasial dua pasar 11 b 2 Integrasi Pasar Vertikal Integrasi pasar vertikal terjadi ketika rantai pemasaran atau produksi dan pemasaran secara berturut-turut saling berhubungan. Kajian mengenai integrasi pasar vertikal penting diketahui untuk melihat keeratan hubungan antara konsumen, lembaga pemasaran dan produsen. Jika konsumen, lembaga pemasaran dan produsen saling berhubungan dan berinteraksi dalam penentuan harga yang terjadi di masing-masing pasar maka dapat dikatakan bahwa pasar tersebut berlangsung secara efisien. Terjadinya perubahan permintaan akan menyebabkan perubahan harga disimpul tersebut, selanjutnya akan diteruskan kepada produsen melalui perubahan permintaan dari pedagang dan seterusnya perubahan tersebut akan dilanjutkan lagi ke pasar produsen, demikian selanjutnya. Salah satu alasan bagi pelaku pasar ritel mengintegrasikan proses penanaman sampai penjualan produk ke tingkat produsen adalah untuk memastikan laju dari produk dengan spesifikasi tertentu dengan batas jangka pengiriman yang konstan. Selanjutnya, integrasi dapat mengurangi biaya pemasaran khususnya penjualan dari suatu tingkat ke tingkat lainnya. Salah satu aspek yang menarik dari integrasi pasar vertikal berdasarkan sudut pandang ekonomi adalah perubahan alami dari sistem harga. Integrasi pasar vertikal telah mengubah kedudukan formasi harga dan telah mengurangi jumlah titik atau simpul dari rantai pemasaran dimana harga tersebut dibentuk. Koordinasi harga secara parsial telah digantikan dengan koordinasi administrasi Tomek dan Robinson, 1972.

2.4 Teori Residual Solow

Solow mengasumsikan model yang sangat mendasar dari produksi output tahunan selama selang waktu t. Solow menyatakan bahwa jumlah output akan ditentukan oleh jumlah modal infrastruktur, jumlah tenaga kerja jumlah sumber daya manusia dalam angkatan kerja, dan produktivitas tenaga kerja. Solow menduga produktivitas tenaga kerja adalah faktor yang mempengaruhi peningkatan GDP dalam jangka panjang. Dalam bentuk model ekonomi : Y = FK, At. L 3 Dimana At adalah faktor peubah yang dipengaruhi waktu , dimana A 0 dan dAdt 0. Solow residual adalah angka yang menjelaskan pertumbuhan produktivitas empiris dalam ekonomi dari tahun ke tahun dan dekade ke dekade. Solow mendefinisikan peningkatan produktivitas sebagai peningkatan output dengan input modal dan tenaga kerja yang tetap. Teori produktivitas ini disebut sebagai residual karena menjelaskan produktivitas yang bukan disebabkan oleh akumulasi faktor input. Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan berapa besar ketergantungan pertumbuhan ekonomi terhadap akumulasi faktor dan berapa besar pengaruh dari pengembangan teknologi. Berdasarkan Gambar 4 yang mengilustrasikan kombinasi input dalam fungsi produksi kurva kemungkinan produksi dengan dua variabel input, besarnya pertumbuhan dapat dijelaskan dengan pergerakan sepanjang kurva produksi, yang dapat ditentukan oleh kemajuan teknologi dan kompetensi organisasi, yang digambarkan oleh pergeseran kurva produksi ke kanan atas dari A ke B dan B ke C. Sumber : Nicholson, 2000 Gambar 4 Kurva kemungkinan produksi 2.5 Total Faktor Produktivitas Produktivitas merupakan sebuah ukuran efisiensi, yakni konsep teknis yang mengacu pada perbandingan output terhadap input Supriyanto, 2002. Semakin besar nilai perbandingan tersebut menunjukkan semakin tingginya tingkat produktivitas, misalnya produktivitas tenaga kerja QL. Dengan demikian, konsep produktivitas mengacu pada kemampuan satu unit input untuk menghasilkan tingkat output tertentu pada periode waktu tertentu statis. Sedangkan konsep pertumbuhan mengacu pada perubahan rasio input-output atau produktivitas menurut dimensi waktu dinamis. Pendekatan pertumbuhan berdasarkan produktivitas akan lebih tepat bila menggunakan acuan pekerja dibandingkan populasi. Konsep terakhir ini disebut sebagai growth of employment value added ratio. Namun demikian, definisi terakhir ini masih mengacu pada konsep produktivitas parsial, yakni tenaga kerja. Konsep total faktor produktivitas TFP akan lebih tepat untuk menggambarkan kondisi perusahaan, sektor, maupun agregat ekonomi yang memiliki lebih dari satu input peubah. Sumber-sumber pertumbuhan umumnya dibagi dua kelompok, yakni 1 pertumbuhan yang berasal dari sisi permintaan dan 2 pertumbuhan yang berasal dari sisi penawaran. Kelompok pertama menyatakan bahwa sumber-sumber pertumbuhan berasal dari pasar, yakni konsumsi masyarakat, investasi swasta, government expenditure , dan ekspor. Sedangkan kelompok kedua menyatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari : 1 kontribusi modal fisik physical capital , 2 modal manusia human capital, 3 pertumbuhan K unit C B A L jam