: kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock harga minyak mentah dunia dari horizon pertama sampai ke-n
: kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock harga beras dunia dari horizon pertama sampai ke-n
: kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock harga beras impor dari horizon pertama sampai ke-n
: kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock produksi beras pertama sampai ke-n
: Kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock total faktor produktivitas dari horizon pertama sampai ke-n
: Kumulatif respon harga beras domestik terhadap shock nilai tukar dari horizon pertama sampai ke-n
Kriteria pass-through menurut Sahminan dalam Achsani dan Nababan 2008 1 Completely pass-through, jika derajat pass-through = 1
2 Incompletely pass-through, jika derajat pass-through antara 0 – 1
3 Zero pass-through, jika derajat pass-through = 0
4 GAMBARAN UMUM SITUASI DAN KONDISI
PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pasar beras dunia sangat tipis dan rapuh. Pertama, pasar beras dunia sangat tipis yang ditunjukkan oleh rasio ekspor
terhadap produksi yaitu antara 2-4 persen. Kedua, ekspor beras dunia didominasi oleh empat negara Thailand, Vietnam, India, dan AS sedangkan impor beras
tersebar di banyak negara. Thailand menurut Falcon dan Monke 1991 merupakan market leader yang mampu mempraktekkan kekuatan monopolistik
walaupun tidak memanfaatkannya. Ketiga, pasar beras dunia tersegmentasi secara geografis dengan Asia sebagai pasar dominannya Imoka, 1977 dalam
Simatupang, 2000.
Keempat , negara konsumen utama pada umumnya mengisolasi pasar
domestiknya dari pasar dunia sehingga ekspor atau impor merupakan surplus saja. Kelima
, swasembada beras menjadi tujuan kebijakan yang penting di Asia. Ekspor beras dilakukan setelah kebutuhan domestik terpenuhi karena beras merupakan
bahan pangan pokok, kebutuhan utama, produk upah, dan komoditas politik bagi masyarakat Asia. Akibatnya adalah tidak digantungkannya kebutuhan beras pada
pasar dunia, pengendalian harga domestik, dan swasembada beras di banyak negara Asia. Keenam, padi merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap
perubahan iklim dan hama penyakit. Implikasinya adalah bahwa produksi beras sangat fluktuasi dan harga beras pun berfluktuasi serta tidak stabil.
Semua negara di dunia memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal jumlah penduduk, pendapatan penduduk per kapita dan distribusinya. Adanya perbedaan
ini menyebabkan timbulnya saling ketergantungan antar negara karena tidak ada satupun negara di dunia yang dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan
penduduknya. Hal tersebutlah yang mengakibatkan perdagangan antarnegara semakin lama cenderung semakin besar dan semakin menentukan kemajuan
perekonomian seluruh negara di dunia. Adanya perbedaan antar negara tersebut juga mengakibatkan tidak samanya permintaan pasar terhadap suatu komoditi
tertentu karena perbedaan kondisi dan karakteristik sosial ekonomi masing- masing negara.
4.1 Kondisi Pasar Beras Dunia
Kenaikan harga pangan yang terjadi merata secara internasional diperkirakan akan berlangsung permanen. Hal itu karena pertumbuhan penduduk yang begitu
cepat tidak disertai dengan peningkatan supply. Secara umum, harga rata-rata beras Vietnam pada April 2011 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan bulan Maret 2011. Hal ini disebabkan antara lain:
1 Meningkatnya permintaan beras Vietnam yang dinyatakan melalui berita
Kementerian Pertanian Vietnam bahwa ekspor beras Vietnam meningkat menjadi 7,4 juta ton dari estimasi sebelumnya, yaitu 7,1 juta ton untuk
pengiriman kuartal pertama tahun 2011;
2 Permintaan tertinggi beras Vietnam berasal dari Filipina sebesar 860.000 ton dan Bangladesh sebesar 1 juta ton. Selain itu Bangladesh juga membeli
200.000 ton beras dari Thailand; 3 Data Asosiasi Pangan Vietnam menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga
ekspor rata-rata sebesar 2,4 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi US 477,8 per ton.
Isu terkait mengenai kenaikan harga pangan dunia adalah bahwa harga pangan dunia diprediksi akan meningkat 4,4 persen dan mencapai titik
tertingginya di penghujung tahun 2011. Hal tersebut disebabkan antara lain cuaca buruk di negara-negara utama eksportir gandum, pembatasan ekspor,
meningkatnya penggunaan hasil produksi biofuel, dan rendahnya harga saham global dan tingginya inflasi di Amerika Serikat dan China. Kenaikan harga
pangan juga ada kaitannya dengan tingginya harga bahan bakar, minyak mentah meningkat 21 persen pada kuartal pertama di tahun 2011 sebagai akibat konflik di
Timur Tengah dan Afrika Utara.
4.2 Kondisi Pasar Beras Domestik Perkembangan Produksi Beras
Secara umum perkembangan produksi beras selama periode 1969-2011 43 tahun memperlihatkan kecenderungan meningkat
baik untuk luas lahan, volume produksi padi, maupun produktivitas. Luas lahan panen dan produksi menunjukkan tren yang meningkat. Luas lahan padi menjadi
hampir dua kali lipat, yaitu 7.7 juta Ha pada Tahun 1969 menjadi 13.6 juta Ha di Tahun 2011. Sedangkan dari sisi produksi mengalami peningkatan hampir empat
kali lipat. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 11, produksi padi pada tahun 1969 sebesar 17.4 juta ton dan menjadi 68.1 juta ton pada tahun 2011. Dilihat dari
sisi produktivitas juga terus mengalami peningkatan, yaitu dari 2.24 ton per ha pada tahun 1969 menjadi 5.02 ton ha pada tahun 2011.
Dalam rangka mencukupi kebutuhan beras dalam negeri sepanjang tahun, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi beras nasional melalui
berbagai kebijakan produksi sesuai dengan amanat UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan. Kebijakan ini dilakukan melalui dua cara yaitu intensifikasi dan
ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas tanaman dan Indeks Pertanaman IP. Indeks pertanaman adalah jumlah intensitas
penanaman padi dalam satu tahun pada luasan lahan tertentu. Ekstensifikasi lebih ditekankan pada peningkatan luas areal panen terutama pada wilayah Sumatra,
Kalimantan, dan Sulawesi. Melalui Departemen Pertanian pemerintah terus menginisiasi berbagai program peningkatan produksi beras.
Program peningkatan produksi padi nasional P4 sendiri diawali dengan dikeluarkannya program padi sentra 1959. Program ini dilakukan melalui dua
paket teknologi yaitu bantuan alat dan bahan hard technology dan pendekatan sosial individu soft technology. Akan tetapi program ini kurang berhasil
sehingga pemerintah terus melakukan perubahan kebijakan dalam upaya meningkatkan produksi padi. Tahun 1965, pemerintah atas prakarsa Institut
Pertanian Bogor mengeluarkan program bimbingan masal Bimas dan program intensifikasi khusus insus melalui SK menteri pertanian No. 003 tahun 1979.
Hingga akhirnya Indonesia mencapai swasembada pangan pada tahun 1984.
Sumber : BPS diolah Gambar 9 Perkembangan luas lahan panen, produksi padi, dan produktivitas padi
periode 1969-2011 Kebijakan produksi yang berlaku saat ini dikenal dengan sebutan program
peningkatan beras nasional P2BN yang dimulai sejak awal tahun 2007. Target dari program ini adalah peningkatan produksi 2 juta ton beras atau tumbuh sekitar
5 persen untuk memenuhi pengadan beras dalam negeri. Tujuan lain dari program
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
1969 1971
1973 1975
1977 1979
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
2009 2011
jt ton jt Ha
tonHa
Prod.Padi L.Lahan Panen
Produktivitas