Analisis Pass-Through Effect Impact of world oil price shock on domestic rice price (cointegration analysis)

2.7 Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian yang membahas mengenai pasar beras maupun perdagangan beras telah banyak dilakukan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Harianto 2001. Harianto berfokus pada impor beras. Menurut Harianto, impor beras merugikan produsen, disisi lain menguntungkan konsumen beras. Penurunan harga beras akan menguntungkan konsumen yang ada di pedesaan. Konsumen di pedesaan juga adalah petani padi akan menghadapi dilema. Turunnya harga akan menguntungkan jika konsumen adalah petani subsisten yang menjadi net buyer. Perubahan penawaran pangan dengan nilai elastisitas penawaran dan permintaan yang inelastis akan menyebabkan besarnya fluktuasi harga. Fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi fluktuatifnya sisi permintaan dan atau penawaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitepu 2002, menyatakan bahwa harga beras dunia selain dipengaruhi oleh jumlah ekspor dan impor beras dunia, juga dipengaruhi oleh jumlah produksi beras dunia. Dalam hasil penelitiannya, harga beras dunia tidak berpengaruh nyata secara positif terhadap jumlah impor beras dunia, dan responnya juga inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal yang sama ditunjukkan pula oleh jumlah ekspor beras dunia, tetapi arahnya berlawanan. Respon harga beras dunia terhadap perubahan jumlah ekspor beras dunia juga inelastis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya peningkatan jumlah ekspor beras dunia sebesar satu persen, cateris paribus, akan mengurangi harga beras dunia sebesar 0.06 persen dalam jangka pendek dan 0.08 persen dalam jangka panjang. Disamping kedua faktor tersebut, harga beras dunia dipengaruhi secara nyata oleh produksi beras dunia, bahkan responnya elastis baik jangka pendek -1.91 maupun jangka panjang -2.73. Artinya, peningkatan volume produksi beras dunia sebesar satu persen, cateris paribus, maka harga beras dunia akan berkurang sebesar 1.19 persen pada jangka pendek dan 2.73 persen pada jangka panjang. Sitepu juga memasukkan faktor bedakala dalam penelitiannya. Faktor peubah bedakala menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap harga beras dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa, harga beras dunia relatif lambat untuk menyesuaikan diri kembali pada titik keseimbangannnya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang berkaitan dengan perberasan dunia. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryani 2009 yang menganalisis pasar beras di tiga negara yaitu Thailand, Filipina dan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, telah terjadi integrasi dengan tingkat integrasi yang sangat lemah antara pasar beras Indonesia, Thailand, dan Filipina. Artinya apabila terjadi perubahan di dalam pasar beras dan gula suatu negara akan mempengaruhi pergerakan pasar beras dan gula negara lainnya dengan perubahan yang sangat kecil dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih kecil dari satu. Kondisi ini disebabkan masih adanya kebijakan pengendalian impor baik tarif maupun nontarif yang diterapkan oleh tiga negara ASEAN tersebut terhadap komoditi beras dan gula. Penelitian lain mengenai integrasi pasar beas dilakukan oleh Hidayat 2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasar beras Indonesia terintegrasi dengan pasar beras dunia dengan derajat yang sangat lemah. Perubahan di pasar dunia ditransmisikan ke pasar beras domestik namun tidak sempurna. Peningkatan harga beras dunia dapat menyebabkan kesejahteraan petani beras meningkat, sedangkan kesejahteraan konsumen mengalami penurunan. Penelitian yang berkaitan dengan pengendalian harga beras pernah dilakukan oleh Firdaus et. al. 2008. Dalam bukunya yang berjudul Swasembada Beras dari Masa ke Masa, Telaah Efektivitas Kebijakan dan Perumusan Strategi Nasional menyatakan bahwa pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan yang ditujukan untuk mengendalikan harga beras domestik. Kebijakan pengendalian harga beras ditujukan untuk melindungi petani dan konsumen beras melalui mekanisme stabilisasi harga. Untuk melindungi petani, sejak tahun 1970 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga dasar floor price untuk gabah dan beras. Untuk melindungi konsumen pemerintah menetapkan harga maksimum ceiling price. Bentuk kebijakan harga lain pada beras yang masih berlaku sampai saat ini adalah Operasi Pasar Murni OPM dan Operasi Pasar Khusus OPK. OPM adalah bagian dari general price subsidy yang digunakan pada saat harga beras terlalu tinggi akibat adanya excess demand di pasar. OPM dilakukan dengan cara peotogan harga 10 sampai 15 persen dibawah harga pasar. Sedangkan OPK merupakan implementasi dari targeted price subsidy. Tujuan awal OPK adalah penyaluran bantuan pangan pada masyarakat miskin yang rawan pangan saat krisis tahun 1998 akibat tidak efektifnya OPM. Penelitian mengenai harga minyak mentah dunia diantaranya adalah yang telah dilakukan oleh Aji 2010. Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Integrasi Harga Minyak Bumi, Minyak Kedelai, CPO, Minyak Goreng Domestik dan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit”, Aji menemukan terdapat adanya integrasi antara harga minyak bumi, minyak kedelai, CPO, minyak goreng domestik, dan TBS kelapa sawit. Pengaruh minyak bumi atau minyak mentah dunia terhadap harga-harga minyak lainnya tidak terlalu besar, hal ini menunjukkan bahwa konversi energi dari minyak bumi ke minyak nabati belum begitu besar. Dalam penelitiannya, Aji menggunakan Granger Causality, kointegrasi multivariat, kointegrasi bivariat, dan vector error correction model VECM. Studi yang dilakukan para peneliti dibidang total faktor produktivitas selama ini dapat dibedakan ke dalam kategori berdasarkan ruang lingkup penelitian yaitu TFP untuk aspek agregate dan TFP untuk aspek mikro perusahaan. Penelitian dengan data agregat banyak dilakukan untuk menunjukkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara dan dekomposisi TFP. Cororaton 2002 untuk kasus Philippina, Jantan dan Sahlan 2002 untuk kasus Malaysia, Felipe 1997 untuk kasus Asia Tenggara. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cororaton dengan pengamatan selama kurun waktu 1967-2000, menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Philippina adalah keterbukaan terhadap perdagangan luar negeri dan investasi, kestabilan harga, dan kondisi makroekonomi Philippina. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sahlan dan Jantan 2002 dengan mengambil sampel salahsatu kabupaten di Semenanjung Malaysia adalah menganalisis mengenai kemajuan teknis di sektor manufaktur. Analisis menggunakan kerangka perhitungan pertumbuhan dengan periode analisis antara tahun 1991-1996. Kemajuan teknis atau total faktor produktivitas merupakan faktor sisa setelah kontribusi pertumbuhan modal dan tenaga kerja diperhitungkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi modal dan tenaga