2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Volatilitas Harga Komoditas dan Inflasi
Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang
yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli demand, D semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual supply, S
semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam
interaksi pembentukan harga. Namun untuk komoditas pangan atau pertanian, pembentukan harga disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran supply
shock
dibandingkan sisi permintaan demand shock. Sisi penawaran lebih berpengaruh karena sisi permintaan cenderung lebih stabil dibanding sisi
penawaran yaitu mengikuti perkembangan trennya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran komoditas pangan atau pertanian cenderung sulit
untuk dikontrol.
Perubahan penawaran pangan dengan nilai elastisitas penawaran dan permintaan yang inelastis akan menyebabkan besarnya fluktuasi harga
Nicholson, 2000. Fluktuasi harga beras seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang karena petani umumnya tidak dapat mengatur waktu
penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan sistem tanam padi masih tergantung terhadap musim dan para petani
belum memiliki kemampuan dalam teknik penyimpanan pasca panen. Terjadinya ketidakstabilan harga beras juga dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Pertama,
ketidakstabilan antar musim, yaitu musim panen dan musim paceklik. Kedua, ketidakstabilan antar tahun, karena pengaruh iklim seperti kekeringan atau
kebanjiran dan fluktuasi harga beras di pasar internasional yang keduanya relatif sulit diramalkan.
Ketidakstabilan harga tersebut dapat merugikan produsen pada musim panen dan sebaliknya memberatkan konsumen pada musim paceklik. Disamping itu juga
akan berakibat luas pada kondisi ekonomi makro khususnya peningkatan inflasi. Globalisasi juga menyebabkan harga komoditas pertanian di pasar domestik
semakin terbuka terhadap gejolak pasar Simatupang, 2000. Dengan pendekatan lain, dinamika harga produk domestik dipengaruhi oleh keadaan pada tiga jenis
pasar secara simultan, yaitu 1 pasar komoditas internasional, 2 pasar komoditas domestik, dan 3 pasar valuta asing. Artinya intervensi pemerintah
untuk kebijakan stabilisasi harga di pasar domestik semakin mengecil.
Menurut Irawan 2004 pada umumnya harga beras merupakan acuan bagi harga komoditas pangan lainnya dan tingkat upah pertanian, sehingga perubahan
pangan lain dan upah tenaga kerja cenderung sejalan dengan perubahan harga gabah. Dengan demikian seberapa jauh fluktuasi harga beras mempengaruhi
stabilitas ekonomi makro perlu menjadi perhatian, terutama pada kondisi pasar yang derajat liberalisasinya semakin meningkat. Dalam kaitannya antara
perubahan harga komoditas dan inflasi, Furlong dan Ingenito 1996 meyakini bahwa harga komoditas dapat dijadikan sebagai leading indicators inflasi.
Alasannya adalah, pertama, harga komoditas mampu merespon secara cepat shock
yang terjadi dalam perekonomian secara umum, seperti peningkatan permintaan aggregate demand shock
. Kedua, harga komoditas juga mampu merespon terhadap non-economic shocks seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam
lainnya yang menghambat jalur distribusi dari komoditas tersebut. Pergerakan harga komoditas pangan atau pertanian akan selaras dengan
perkembangan harga barang secara keseluruhan, walaupun besarannya akan berbeda. Respon harga komoditas yang cepat tersebut dapat memberikan sinyal
bahwa kenaikan harga-harga barang lainnya akan menyusul sehingga tekanan inflasi meningkat. Hasil estimasi yang dilakukan oleh Furlong dan Ingenito 1996
dengan menggunakan pendekatan vector autoregression VAR dan rolling regression
menyimpulkan bahwa harga komoditas mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan inflasi, walaupun koefisiennya mengalami penurunan.
Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Cody dan Mills 1991 sehingga
mereka percaya bahwa peningkatan harga komoditas yang menjadi sinyal peningkatan inflasi harus diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter. Namun,
hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa respon bank sentral melalui fed funds rate
terhadap perubahan harga komoditas tidak signifikan sehingga inflasi yang terjadi lebih tinggi dari level inflasi optimalnya. Dapat diyakini
bahwa laju inflasi dapat ditekan dan diturunkan, jika bank sentral memberi respon yang lebih memadai terhadap kenaikan harga komoditas tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa harga komoditas memiliki kandungan informasi yang baik terhadap inflasi.
2.2 Transmisi Harga
Analisis yang umum dipakai untuk mengetahui hubungan antar harga adalah transmisi harga dan integrasi pasar. Terminologi analisis harga biasanya mengacu
pada analisis kuantitatif dari keterkaitan antar aspek permintaan dan penawaran harga. Analisis harga sering digunakan untuk menjelaskan perilaku harga dan
variabel-variabel yang berhubungan. Harga dianggap dapat memberikan gambaran tentang pasar dan menjadi salah satu indikator tingkat penawaran dan
permintaan suatu komoditas, maka analisis harga pangan merupakan hal yang penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi
pangan serta membuat peramalan harga.
Isu penting dalam perdagangan dunia produk pertanian adalah bagaimana pasar komoditas pertanian domestik merespon perubahan harga dunia ataupun
sebaliknya. Tingkat transmisi harga dari dunia ke harga domestik merupakan parameter kritis dalam model empiris perdagangan yang berusaha untuk
memperkirakan besarnya dampak terhadap harga, output, konsumsi, dan kesejahteraan. Globalisasi telah membuat pasar komoditas semakin terpadu secara
spasial, baik secara hierarki atau simetri. Keterpaduan pasar pada umumnya direfleksikan oleh keterkaitan harga antar pasar Ravallion, 1986.
Spasial transmisi harga melihat bagaimana harga pada pasar yang terpisah secara spasial di suatu negara adalah berhubungan atau bagaimana harga domestik
melakukan penyesuaian terhadap harga dunia. Informasi pada kedua bentuk spasial transmisi harga tersebut sangat penting bagi pengambil kebijakan.
Beberapa negara berkembang telah mengurangi peran pemerintah yang