chart yang memiliki gradasi warna hijau meliputi kurang hijau 1, cukup hijau
2, Hijau 3, lebih hijau 4, dan sangat hijau 5. Pengamatan warna daun dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap perlakuan.
3.3.8.5. Jumlah Bakal Bunga
Jumlah bakal bunga ditetapkan sebanyak tiga kali yaitu dari 10 MST hingga 12 MST yang merupakan fase generatif dari perkembangan tanaman.
Penetapan dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah bakal bunga yang mincul. Penghitungan jumlah bakal bunga dilakukan dengan menghitung bakal
bunga yang terdapat dari pangkal tanaman hingga pucuk tanaman. Penghitungan jumlah bakal bunga dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap perlakuan.
3.3.8.6. Diameter Bunga Setengah Mekar Per Tangkai
Bunga setengah mekar adalah mahkota bunga yang memiliki sudut 45 terhadap garis vertikal Jumlah bunga setengah mekar ditetapkan setelah panen
dilakukan. Penetapan menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm. Pengukuran diameter bunga setengah mekar dilakukan terhadap 5 contoh tanaman hasil panen
yang dipilih secara acak pada masing-masing perlakuan.
3.3.8.7. Jumlah Kuntum Bunga Setengah Mekar Per Tangkai
Jumlah kuntum bunga setengah mekar ditetapkan setelah panen dilakukan. Penetapan dilakuaknsecara visual dan menghitung. Penghitungan jumlah bakal
bunga dilakukan terhadap 5 contoh tanaman hasil panen yang dipilih secara acak pada masing-masing perlakuan.
3.3.9. Kualitas Bunga
Kualitas bunga meliputi pengamatan terhadap bobot basah, tinggi tanaman akhir dan grade bunga, serta jumlah tangkai bunga per tahap panen. Parameter
untuk penetapan grade bunga meliputi tinggi tanaman akhir, diameter tangkai bunga, diameter bunga setengah mekar, dan jumlah kuntum bunga setengah
mekar.
3.3.10. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik yaitu SAS Statistical Analysis Sitem. Analisis sidik ragam dengan metode ANOVA
dilakukan untuk menguji pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati. Beda nyata antar perlakuan diuji kembali dengan metode Duncan pada selang
kepercayaan 95.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Seleksi Isolat
Sebanyak 21 isolat bakteri dan 8 fungi pelarut fosfat hasil isolasi selanjutnya dimurnikan lagi dan dipilih berdasarkan pengamatan secara visual
terhadap lebar zona jernih, sehingga diperoleh enam isolat bakteri pelarut fosfat dan enam fungi pelarut fosfat., selanjutnya diuji kuantitatif untuk mengetahui
kemampuan pelarutan dari bakteri dan fungi terhadap fosfat dengan sumber P dari Ca
3
PO
4 2
terhadap masing-masing isolat. Masing-masing dari 6 bakteri dan 6 fungi tersebut beserta P-tersedia hasil pelarutan oleh masing-masing bakteri dan
fungi tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Pengaruh isolat bakteri dan fungi pelarut fosfat terhadap ketersediaan P
pada media Pikovskaya cair.
Bakteri Fungi
Kode Isolat P-tersedia
ppm Kode
Isolat P-tersedia
ppm B6B
74.24 A25F
775.00 B16B
74.24 A49F
668.94 A25B
275.00 B40F
642.42 B25B
305.30 B4F
642.42 A8B
221.97 B39F
676.52 B1B
301.52 B26F
748.48
Berdasarkan data tabel 1 dapat diketahui bahwa bakteri yang memiliki daya larut P paling tinggi adalah B25B dengan P-larut 305.30 ppm P. Sedangkan
fungi yang memiliki daya larut P paling tinggi adalah A25F dengan P-larut 775.00 ppm P. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daya larut fungi terhadap P dengan
sumber Ca
3
PO
4 2
yang berada pada media pikovskaya cair lebih tinggi daripada daya larut bakteri pelarut fosfat pada media yang sama. Bakteri yang memiliki
daya larut P paling rendah terdapat pada isolat B6B dan B16B dengan nilai P larut masing-masing 74.24 ppm P. Sedangkan fungi yang memiliki daya larut P paling
rendah adalah isolat B40F dan B4F dengan P-larut masing-masing 642.42 ppm P. Perbedaan kemampuan bakteri dan fungi dalam pelarutan P disebabkan
masing-masing bakteri dan fungi menghasilkan asam organik yang berbeda-beda baik jenis maupun jumlah, sehingga mempengaruhi jumlah P yang dilarutkan.
Berdasarkan Hasil uji kuantitatif, dipilih 2 isolat bakteri dan 2 isolat fungi yang