termasuk kategori hijau. Pada 2 MST hingga 4 MST, setiap perlakuan memiliki warna daun yang termasuk dalam kategori lebih hijau. Sedangkan pada 5 MST
hingga 8 MST warna daun tanaman dari setiap perlakuan termasuk dalam kategori sangat hijau.
Tabel 10 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap warna daun pada 1 MST – 8 MST.
Perlakuan Warna
Daun 1 2 3
4 5 6 7 8 0 ml pupuk hayati+0 P
3 4
4 4
5 5
5 5
0 ml pupuk hayati+50 P 3
4 4
4 5
5 5
5 0 ml pupuk hayati+100 P
3 4
4 4
5 5
5 5
50 ml pupuk hayati+0 P 3
4 4
4 5
5 5
5 50 ml pupuk hayati+50 P
3 4
4 4
5 5
5 5
50 ml pupuk hayati+100 P 3
4 4
4 5
5 5
5 Keterangan : 1 = kurang hijau; 2= cukup hijau; 3= hijau; 4= lebih hijau; 5= sangat hijau
4.4. Kualitas Panen
4.4.1. Bobot Basah dan Tinggi Akhir
Pemberian pupuk hayati dan pupuk P tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari bobot basah pada setiap perlakuan. Secara umum, rata-rata bobot basah
yang terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 P menunjukkan bobot basah yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Ini
menunjukkan bahwa tanaman yang mendapat tambahan fosfat dari pupuk P memiliki bobot basah yang lebih besar secara rata-rata namun tidak berbeda
secara statistik. Adapun pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0 P memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 P
dikarenakan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat mampu melarutkan residu pupuk P dari penggunaan lahan sebelumnya sehingga
dapat meningkatkan ketersediaan fosfat untuk diserap oleh tanaman. Mekanisme yang terjadi dalam tubuh mikroorganisme pelarut fosfat
menyebabkan mikroorganisme ini mengahsilkan asam-asam organik yang mampu melarutkan P tanah. Maka tanpa pemberian pupuk P, mikroorganisme pelarut
fosfat tidak banyak memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan tanaman. Tanpa pupuk P, mikroorganisme pelarut fosfat hanya meningkatkan kelarutan P
yang berasal dari tanah. Sedangkan dengan pemberian pupuk P, mikroorganisme
pelarut fosfat meningkatkan kelarutan P dari pupuk dan tanah sehingga menghasilkan P-tersedia yang lebih besar pada tanah dan memberikan pengaruh
yang lebih besar terhadap tinggi tanaman Lestari 2004. Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat dan pupuk P merupakan dua jenis
pupuk yang membantu dalan penyediaan P-tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan rata-rata bobot basah tanaman, perlakuan
yang menunjukkan nilai bobot basah tertinggi adalah 50 ml pupuk hayat i+ 50 P dengan nilai 1841 g. Perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100 P menunjukkan bobot
basah yang paling rendah dari semua perlakuan. Hal ini disebabkan penyerapan fosfat yang sangat bergantung pada sifat tanah meskipun jumlah P-tersedia dalam
tanah berada dalan kadar yang sangat tinggi. Artinya, jumlah fosfat tersedia tanah yang terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100 pupuk P, baik itu dalam
jumlah yang tinggi maupun dalam jumlah rendah penyerapannya oleh tanaman sangat tergantung oleh sifat tanah. Data bobot basah dan tinggi akhir tersaji pada
Tabel 11 Tinggi akhir tanaman yang diperoleh dari penggukuran setelah panen,
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam tinggi akhir tanaman. Berdasarkan tinggi rata-rata dari setiap perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan
dengan penambahan pupuk hayati 50 ml dan pupuk P 50 menunjukkan tinggi akhir yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk
hayati + 0 P walaupun secara statistik tidak nyata. Tabel 11 Pengaruh perlakuan terhadap bobot basah dan tinggi akhir tanaman
krisan
Perlakuan Bobot basah
g Tinggi
akhir cm
0 ml pupuk hayati+0 P 1615.0
94.1 0 ml pupuk hayati+50 P
1770.0 99.4
0 ml pupuk hayati+100 P 1790.0
99.6 50 ml pupuk hayati+0 P
1769.0 95.9
50 ml pupuk hayati+50 P 1841.0
100.7 50 ml pupuk hayati+100 P
1602.0 98.0
Hal ini menunjukkan pupuk P dan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat untuk menyediakan P-tersedia bagi tanaman
cenderung meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Namun secara keseluruhan
pemberian pupuk hayati 50 ml dan pupuk P 50 P dan 100 P menunjukkan tinggi akhir yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati +
0 P. Perlakuan yang menunjukkan tinggi akhir rata-rata yang paling tinggi dari semua perlakuan adalah 50 ml pupuk hayati+50 P, dengan nilai tinggi akhir
100.7 cm.
4.4.2. Jumlah Bakal Bunga