Tinggi Tanaman Pertumbuhan Tanaman

4.3. Pertumbuhan Tanaman

4.3.1. Tinggi Tanaman

Pada umur 1 MST, perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50 pupuk P dan 0 ml pupuk hayati + 100 pupuk P cenderung meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 pupuk. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman pada 1 MST merupakan awal pertumbuhan vegetatif dari tanaman sehingga sangat membutuhkan unsur hara P untuk memacu pertumbuhan vegetatif, seperti tinggi, dan jumlah daun. Hal yang sama juga ditemukan pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50 pupuk P dan 50 ml pupuk hayati + 100 pupuk P yang mana menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 pupuk P terhadap tinggi tanaman. Tabel 8 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap tinggi tanaman krisan cm Perlakuan Tinggi tanaman MST 1 2 3 4 5 6 7 8 0 ml pupuk hayati+0 P 5.4 8.7 13.9 21.6 30.3 42.2 54.0 56.0 0 ml pupuk hayati+50 P 5.8 9.4 15.4 23.3 31.8 43.7 52.9 54.6 ml pupuk hayati+100 P 6.2 10.1 16.2 24.5 33.4 45.4 57.6 61.6 50 ml pupuk hayati+0 P 5.9 9.8 15.8 24.2 33.4 46.8 58.2 63.6 50 ml pupuk hayati+50 P 6.3 9.9 16.6 25.4 35.6 49.7 61.6 65.7 50 ml pupuk hayati+100 P 6.4 10.0 16.6 25.4 34.6 46.2 56.8 62.2 Pada 2 MST hingga 8 MST tidak terdapat perbedaan yang nyata antar setiap perlakuan terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan pada 2 MST hingga 8 MST jumlah P-tersedia yang ada dalam tanah berada pada jumlah yang sangat tinggi dan hampir sama pada setiap perlakuan, sehingga tidak memberikan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan terhadap tinggi tanaman. Jumlah P- tersedia yang semakin menurun menunjukkan bahwa pada umur 2 MST hingga 8 MST kation-kation tanah seperti Al 3+ , Fe 3+ , dan Ca 2+ , sebagian besar membuat ikatan dengan fosfat dalam bentuk Al-P, Fe-P, dan Ca-P, yang menyebabkan unsur hara fosfat tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanah sangat baik Soepardi 1983. Pada tanah tua fosfat akan membentuk komplek hidrooksida Fe- P, hidrooksida Al-P, sedangkan pada tanah alkali membentuk komplek Ca-P. Pada tanah Andosol akan berikatan dengan alofan membentuk alofan fosfat Leiwakabessy 1989 dalam Lestari 1994, sedangkan pada kondisi masam ion Al, Fe berekasi dengan ion fosfat membentuk garam Fe-P atau Al-P yang tidak larut. Gambar 8 Pertumbuhan vegetatif krisan tinggi dan jumlah daun pada 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST pada setiap perlakuan Keterangan: 0 ml pupuk hayati+0 P P0D0 50 ml pupuk hayati+0 P P1D0 0 ml pupuk hayati+50 P P0D1 50 ml pupuk hayati+50 P P1D1 0 ml pupuk hayati+100 P P0D2 50 ml pupuk hayati+100 P P1D2 6 MST 8 MST P0D0 P0D1 P0D2 P1D0 P1D1 P1D2 4 MST 2 MST Hanafiah 2005 menyatakan dibanding N, maka P tersedia dalam tanah relatif cepat menjadi tidak tersedia akibat segera 1 terikat oleh kation tanah terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral yang kemudian mengalami presipitasi pengendapan atau 2 terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah liat dan oksida AlFe atau lewat pertukaran kation terutama dengan OH - . Ketidaktersediaan fosfor setelah 2 MST juga menunjukkan bahwa ketika pupuk P yang mulanya mengandung P tersedia bagi tanaman, namun pada akhirnya cepat bereaksi dengan tanah dan menjadi kurang tersedia untuk diambil tanaman Sundara et al 2002. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk H 2 PO 4 - , HPO 4 - , PO 4- . Pada umumnya bentuk H 2 PO 4- lebih tersedia bagi tanaman daripada HPO 4 - dan PO 4 - . ketersediaan fosfor anorganik sangat ditentukan oleh pH tanah, jumlah dan dekomposisi bahan organik, serta kegiatan jasad mikro dalam tanah Lal 2002 dalam Suliasih dan Rahmat 2007. Pada 1 MST hingga 8 MST penggunaan pupuk hayati + pupuk P 50 P dan 100 P tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan tersebut menunjukkan peningkatan tinggi rata-rata tanaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50 pupuk P dan 0 ml pupuk hayati + 100 pupuk P. Hal tersebut disebabkan adanya peran mikroorganisme pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat yang diberikan sehingga fosfat menjadi lebih tersedia bagi tanaman yang kemudian mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Ini menunjukkan mikroorganisme pelarut fosfat berperan dalam ketersediaan unsur hara fosfat dalam tanah. Pelarutan fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat didahului dengan sekresi asam-asam organik, diantaranya asam sitrat, asam glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glikosilat, malat, dan fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai katalisator, pengkhelat dan memungkinkan asam-asam organik tersebut membentuk senyawa komplek dengan kation Ca 2+ , Mg 2+ , Fe 2+ , dan Al 3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman Rao 1982 dalam Wulandari 2001. Berdasarkan rata-rata tinggi tanaman, maka perlakuan yang menunjukkan peningkatan tinggi yang signifikan adalah perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50 P.

4.3.2. Jumlah Daun

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Dua Kombinasi Pupuk dan Perlakuan Pembuangan Pucuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium sp)

0 15 69

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

0 2 11

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

3 20 92

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 7 63

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 2 10

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 3

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 8

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 16