Jumlah Tangkai Bunga per Tahap Panen

hayati+0 P, 50 ml pupuk hayati + 0 P dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati +5 0 P dan 50 ml pupuk hayati + 50 P. Hal ini dikarenakan pada 11 MST jumlah P-tersedia yang terdapat dalam tanah berperan dalam pemunculan bakal bunga dari tanaman. Secara rata-rata, jumlah bakal bunga yang memiliki nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50 P yakni sebesar 32.6 bakal bunga. Sedangkan jumlah bakal bunga terkecil terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50 P yakni sebesar 23.4 bakal bunga. Berdasarkan jumlah bakal bunga yang dihasilkan pada fase generatif, maka perlakuan yang sangat baik dalam pemunculan bakal bunga adalah perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50 P.

4.4.3. Jumlah Tangkai Bunga per Tahap Panen

Pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap jumlah tangkai bunga yang dipanen per tahap panen menunjukkan jumlah tangkai bunga uang dipanen pada panen tahap 1 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata antara setiap perlakuan. Tanaman yang dipanen pada tahap ini menunjukkan jumlah yang tidak seragam terhadap setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan pada panen tahap 1, jumlah bunga yang dipanen dipengaruhi oleh posisi lahan tanam yang kering, sehingga menghasilkan bunga yang memiliki tinggi yang rendah dan bunga yang mekar lebih cepat yang sehingga dipanen lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Secara keseluruhan, jumlah panen yang sedikit juga disebabkan oleh tidak meratanya masa pembungaan pada fase generatif pertumbuhan tanaman, akibatnya jumlah bunga yang mekar juga tidak merata atau tidak mekar secara bersamaan. Panen tahap 1 juga menunjukkan tidak ada hubungan antar perlakuan terhadap jumlah bunga yang dipanen. Secara rata-rata jumlah tanaman yang dipanen pada panen tahap 1 yang memiliki nilai paling tinggi terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 P dengan nilai 4.0 tanaman. Sedangkan jumlah panen dengan nilai paling kecil terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50 P dengan nilai 0.2 tanaman. Panen tahap 2 juga menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antara perlakuan terhadap jumlah tanaman yang dipanen. Pada panen tahap 2, jumlah bunga yang dipanen lebih banyak daripada jumlah bunga yang dipanen pada tahap 1. Hal ini disebabkan sebagian besar tanaman yang dipanen pada tahap 2 memiliki awal pembungaan yang sama dan menyebakan waktu pemekaran bunga yang sama, sehingga pada panen tahap 2 ini jumlah tanaman yang dipanen lebih banyak daripada jumlah tanaman yang dipanen pada tahap sebelumnya. Secara rata-rata, jumlah tanaman yang dipanen pada tahap 2 paling banyak terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0 P dengan nilai 29.2 tanaman. Sedangkan jumlah tanaman yang dipanen pada tahap 2 paling sedikit terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati+100 P dengan nilai 26.8 tanaman. Tabel 13 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah tangkai bunga per tahap panen Perlakuan Jumlah Tangkai Bunga Total Jumlah Tangkai Bunga Panen 1 Panen 2 Panen 3 0 ml pupuk hayati+0 P 4.0 27.2 15.2b 46.4 0 ml pupuk hayati+50 P 0.2 27.8 17.6b 45.6 0 ml pupuk hayati+100 P 2.0 25.8 20.2ab 48.0 50 ml pupuk hayati+0 P 2.4 29.2 15.2b 46.8 50 ml pupuk hayati+50 P 0.8 26.8 20.0ab 47.6 50 ml pupuk hayati+100 P 3.2 23.6 24.0a 50.8 Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95 α = 5 Panen tahap 3 menunjukkan nilai yang berbeda nyata antara perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 P, 0 ml pupuk hayati + 50 P, 50 ml pupuk hayati + 0 P dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 100 P, 50 ml pupuk hayati + 50 P1, dan 50 ml pupuk hayati + 100 P. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jumlah P- tersedia yang terdapat dalam tanah. Secara rata-rata, tanaman yang mendapat tambahan pupuk hayati dan pupuk P memiliki rata-rata jumlah panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang hanya mendapat tambahan pupuk hayati dan tanpa mendapat tambahan pupuk hayati dan pupuk P. Berdasarkan rata-rata jumlah panen tahap 3, perlakuan yang memiliki jumlah panen paling tinggi terdapat pada 50 ml pupuk hayati + 100 P, dengan nilai 24.0 tanaman. Sedangkan perlakuan yang memiliki jumlah panen paling rendah terdapat pada 0 ml pupuk hayati + 0 P dan 50 ml pupuk hayati + 0 P, yakni masing dengan nilai 15.2 tanaman.

4.4.4. Penetapan Grade Krisan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Dua Kombinasi Pupuk dan Perlakuan Pembuangan Pucuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium sp)

0 15 69

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

0 2 11

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

3 20 92

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 7 63

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 2 10

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 3

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 8

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 16