Hasil-Hasil Penelitian Penggunaan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat

banjir, besi dalam fosfat besi yang tidak larut dapat direduksi, sebuah proses yang menunjukkan ke pembentukkan larutan besi dengan dengan pelepasan yang bersamaan dari fosfat ke dalam larutan Patrick et al 1973 dalam Alexander 1977. Fosfat dapat juga dibuat lebih tersedia untuk diambil tanaman dengan memastikan bakteri yang membebaskan hydrogen sulfida, sebagai produk yang bereaksi dengan fosfat besi untuk menghasilkan besi sulfida pembebasan fosfat Sperber 1957 dalam Alexander 1977. Penambahan asam nukleat murni ke dalam tanah dengan cepat mengalami defosforilasi. Sejumlah besar berbagai heterotrof dapat berkembang pada media yang mengandung nukleotida sebagai sumber tunggal dari karbon, nitrogen, dan fosfor. Mineralisasi dipengaruhi oleh pH, dan tingkat penurunan dari akibat kemasaman meningkat. Proses tranformasi dari suatu inisial depolimerisasi dari RNA oleh ribonuklease dan DNA oleh deoksiribonuklease dan pemecah fosfat berasal dari produk yang dibangun oleh depolimer enzim-enzim. Fosfor dalam sel mikroba, sebagian besar terdapat dalam bentuk RNA dan DNA, dibebaskan dengan cepat oleh beberapa organisme walaupun itu dibebaskan dengan lambat oleh organisme lainnya Mills Alexander 1974 dalam Alexander 1977.

2.13. Hasil-Hasil Penelitian Penggunaan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat

Mikroorganisme dilibatkan dalam sejumlah proses yang mempengaruhi transformasi P tanah yang kemudian menjadi bagian integral dari bagian siklus P. Khususnya mikroorganisme tanah efektif dalam melepaskan P dari kelompok anorganik dan organik P total tanah melalui pelarutan dan mineralisasi Hilda Fraga 1999 dalam Y.P. Chen et al. 2006. Mikroorganisme tanah memainkan peranan penting dalam dinamika P tanah yang berakibat ketersediaannya untuk tanaman Richardson 2001 dalam Khan et al. 2009. Belakangan ini, perhatian diberikan untuk memungkinkan penggunaan sejumlah besar sumber batu fosfat yang tersedia dengan aksi mikroorganisme pelarut fosfat. Dalam kaitannya, percobaan lapang dilakukan di India dengan menggunakan kultur suspensi dari Bacillus polymixa, Bacillus circulans, Pseudomonas striata dan Aspergillus awamori dengan dan tanpa super fosfat dan batuan fosfat pada hasil panen gandum dan padi Gaur et al. 1980 dalam Rao 1982. Hasilnya menunjukan bahwa peningkatan yang signifikan pada hasil panen padi yang memungkinkan ketika gandum diinokulasi dengan P. striata dengan batuan fosfat pada dosis 100 kg P 2 O 5 ha. Hal yang sama juga terjadi, panen padi meningkat secara signifikan saat padi diinokulasi dengan B. polymiyxa dengan batuan fosfat. Benik dan Dey 1982 dalam Lestari 1994 mengisolasi beberapa mikroorganisme pelarut fosfat dari tanah alluvial Fluvakuent, diperoleh dua strain fungi yaitu ACF 2 Aspergillus candidadus dan ACF 1 Aspergillus fumigatus , dua strain bakteri yaitu ACB 5 , dan ACB 13 serta satu strain Aktinomycetes yang efisien melarutkan P dari Ca 3 PO 4 2 . Mikroorganisme tersebut memproduksi asam oksalat dan asam tartat tanpa atau dengan asam sitrat, menunjukkan kemampuan yang tinggi melarutkan P anorganik sukar larut. Aspergillus fumigatus mempunyai kemampuan paling tinggi melarutkan batuan fosfat 31.5 ug. Secara umum strain ACF 2 mempunyai kemampuan lebih baik dalam melarutkan fosfat dibanding yang lain. Dalam percobaan yang sebenarnya dalam media yang mengandung glukosa sebagai sumber karbon, Aspergillus niger mengasimilasi 0.24 hingga 0.40 bagian, Streptomyces sp. mengasimilasi 0.27 hingga 0.63, sedangkan gambaran untuk campuran flora tanah berada pada selang 0.16 hingga 0.36 bagian fosfor untuk masing-masing seratus bagian dari glukosa yang dioksidasi Alexander 1977.

2.14. Pupuk Hayati

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Dua Kombinasi Pupuk dan Perlakuan Pembuangan Pucuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium sp)

0 15 69

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

0 2 11

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

3 20 92

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 7 63

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 2 10

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 3

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 8

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 16