Reaksi Tanah pH H

Jumlah P-tersedia mengalami penurunan pada 10 MST pada setiap perlakuan jika dibandingkan dengan 1 MST. Penurunan P-tersedia ini dikarenakan fosfat mengalami transformasi menjadi bentuk yang tidak tersedia. Fosfat tanah diikat oleh sebagian besar kation tanah, yang menyebabkan fosfat tersedia berubah menjadi bentuk yang tidak tersedia. Jumlah P-tersedia paling rendah pada 10 MST terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 pupuk P. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 pupuk P memiliki nilai P-tersedia yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya namun tidak berbeda nyata antara setiap perlakuan. Jumlah P-tersedia yang sedikit pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0 pupuk P, disebabkan tidak adanya tambahan fosfat dari pupuk P dan tambahan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat untuk melarutkan fosfat yang ada. Jumlah P-tersedia tertinggi yang terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50 pupuk P mengindikasikan penambahan pupuk hayati pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0 pupuk P, 50 ml pupuk hayati + 50 pupuk P, 50 ml pupuk hayati + 100 pupuk P belum menunjukkan pengaruh terhadap pelarutan fosfat untuk menjadi P-tersedia. Mikroorganisme pelarut fosfat yang terdapat pada pupuk hayati pada 10 MST tidak cukup berperan dalam proses pelarutan fosfat. Hal tersebut disebabkan keadaan kondisi tanah yang meyebabkan mikroorganisme pelarut fosfat tidak dapat melarutkan fosfat secara optimal. Penurunan jumlah P-tersedia pada 10 MST pada setiap perlakuan tidak diikuti oleh penurunan pH seperti yang terlihat pada tabel 7, namun terjadi peningkatan nilai pH dibandingkan pada 1 MST. Hal tersebut disebabkan pada selang 2 MST hingga 10 MST akar tanaman giat atau aktif menghasilkan asam organik H + yang menyerap anion lebih besar dari pada kation, melepaskan OH - hasil hidrolisis pupuk P, sehingga pH meningkat.

4.2.2. Reaksi Tanah pH H

2 O Nilai pH baik pada 1 MST maupun 10 MST yang tersaji pada tabel 7, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan. Pada 1 MST nilai pH terendah adalah 5.4 terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 100 pupuk P, sedangkan pH tertinggi terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0 pupuk P dan 50 ml pupuk hayati + 50 pupuk P. Pada 10 MST pH terendah adalah 5.7 terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100 pupuk P, sedangkan pH pada perlakuan yang lainnya memiliki nilai yang sama yakni 5.8. Nilai pH yang tidak berbeda nyata antar setiap perlakuan dikarenakan pH pada 1 MST masih berada pada fase permulaan atau penyusaian terhadap kondisi tanah, seperti pengaruh pelarutan pupuk P, kadar air tanah yang tidak merata, dan sifat kimia tanah itu sendiri. Nilai pH tanah pada 1 MST mengalami peningkatan pada 10 MST sebesar 5. Hal ini menunjukan adanya penurunan H + dalam larutan tanah pada 10 MST. Penurunan H + dalam tanah disebabkan oleh H + dalam larutan tanah bereaksi dengan OH - hasil hidrolisis pupuk P, mengakibatkan peningkatan OH - dalam larutan tanah, sehingga pH tanah meningkat. Selain menurunkan H + dalam larutan tanah, pupuk P juga mengasilkan H 2 PO 4 2- yang dapat diserap tanaman, sedangkan Ca 2+ berada dalam larutan tanah sebagai kation basa. Korelasi antara nilai pH dan ketersediaan P yang diamati pada 1 MST dan 10 MST adalah berbanding terbalik, yakni semakin tinggi pH suatu tanah maka semakin sedikit jumlah P-tersedia yang ada dalam larutan tanah. Hal ini menyebabkan tanaman akan terhambat dalam penyerapan P-tersedia yang terdapat dalam larutan tanah, karena pH terbaik untuk fosfor diambil oleh tanaman adalah 6.5 Malakooti dan Nafisi 1995 dalam Mehvarz et al 2008. Bentuk fosfat sukar larut bergabung dengan Fe 3+ dan Al 3+ pada pH rendah lebih larut bila bergabung dengan Ca 2+ dan Mg 2+ pada nilai pH mendekati netral, dan sukar larut bila bergabung dengan Ca 2+ pada nilai pH yang lebih tinggi. Ada wilayah yang lebar dalam pelarutan berbagai macam fosfat dan ketersediaan fosfat untuk tanaman, umumnya paling besar dengan pH skala 6-7 untuk sebagian besar tanah pertanian Tisdale et al. 1985. Peningkatan pH juga disebakan oleh akar tanaman giat atau aktif mengashilkan asam organik H + yang menyerap anion lebih besar daripada kation, melepaskan OH - , hasil hidrolisis pupuk P, sehingga pH tanah meningkat.

4.3. Pertumbuhan Tanaman

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Dua Kombinasi Pupuk dan Perlakuan Pembuangan Pucuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium sp)

0 15 69

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

0 2 11

PENGARUH IMBANGAN PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK N, P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI TANAH REGOSOL

3 20 92

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 7 63

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 2 10

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 3

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 8

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 2

Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala

0 0 16