Pengembangan pemasaran hasil tangkapan
allowable catch TAC. Menurut Djalal 2003, dalam penentuan TAC di ZEE, negara pantai berkewajiban, antara lain:
1 memastikan tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya perikanan;
2 bekerjasama dengan organisasi-organisasi internasional yang kompeten; 3 berusaha memulihkan kembali jenis populasi ikan yang ditangkap;
4 menjamin maximum sustainable yield MSY; dan 5 menjaga agar jangan terjadi akibat yang negatif dari penangkapan tertentu
terhadap jenis-jenis kehidupan laut lainnya yang berkaitan atau jenis yang tergantung dari perikanan tersebut.
Beberapa tindakan untuk pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan ZEE seperti dikemukakan Hasim DJalal 1995 yang diacu Monintja 1996, di
antaranya: 1 Untuk mengatur pemanfaatan kekayaan alam di ZEE, Indonesia perlu
mengeluarkan peraturan-peraturan perikanan yang diperkenankan oleh konvensi, seperti izin penangkapan ikan, penentuan umur dan ukuran ikan
yang boleh ditangkap, ukuran dan jumlah kapal penangkap ikan yang boleh digunakan, penurunan seluruh atau sebagian hasil tangkapan oleh kapal
tersebut di pelabuhan negara pantai, dan sebagainya. 2 Mengatur dengan negaraorganisasi regional dan internasional tentang
pemeliharaan dan pengembangan sumber-sumber perikanan yang terdapat di ZEE dua negara atau lebih, highly migratory species dan memperhatikan
ketentuan- ketentuan mengenai ―marine mammals, anadromous dan
catadromous species, serta sedentary species. Pemanfaatan Sumberdaya Alam berdasarkan Konvensi Hukum Laut
UNCLOS 1982 dapat disarikan sebagaimana Tabel 1.
Pasal 3 UU No. No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia menyatakan apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tumpang tindih
dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi eksklusif antara
Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan persetujuan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan. Selama persetujuan tersebut belum ada
dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus yang perlu dipertimbangkan, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut adalah garis
tengah atau garis sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia atau titik-titik terluar Indonesia dan garis-garis pangkal laut wilayah atau titik-titik
terluar negara tersebut, kecuali jika dengan negara tersebut telah tercapai persetujuan tentang pengaturan sementara yang berkaitan dengan batas Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Tabel 1 Batas laut, status hukum dan pemanfaatan sumberdaya alam
Bagian laut Status hukum
Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hak
Kewajiban Perairan pedalaman
Kedaulatan Pemanfaatan Penuh
Konservasi Perairan kepulauan
Kedaulatan Pemanfaatan Penuh
Konservasi Mengakui Hak Perikanan
Tradisional Negara Tetangga
Laut teritorial Kedaulatan
Pemanfaatan Penuh Konservasi
Zona tambahan Yurisdiksi terbatas Pengawasan
sepanjang berkaitan ZEE
Hak-hak berdaulat Yurisdiksi
Pemanfaatan ekslusif Konservasi
Memberi kesempatan negara lain terhadap surplus
perikanan
Laut lepas Kebebasan
Kebebasan Konservasi
Menghormati Hak Negara Lain
Laut kontinen Hak-hak berdaulat
Pemanfaatan ekslusif Memberi sumbangan dari
hasil produksi di luar 200 mil laut
Kawasan dasar laut internasional
Warisan bersama umat manusia
Pemanfaatan bersama Sumber : Agoes, 2003
Namun demikian, saat ini setelah lebih dari 20 tahun sejak peraturan itu diundangkan, masih terdapat 70 batas-batas yuridiksi perairan ZEEI tersebut
belum disepakati oleh negara-negara tetangga. Perbatasan yang belum disepakati tersebut mencakup perbatasan dengan negara Timor Leste, Filipina, Vietnam,
Thailand, dan India Kompas, 3 Maret 2007. Masih banyaknya wilayah perbatasan yang belum disepakati dengan negara berpotensi menimbulkan konflik
dengan negara yang bersangkutan yang pada akhirnya akan merugikan kepentingan nasional.