Sumberdaya Manusia Perikanan Tangkap
undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 dua ratus mil laut diukur
dari garis pangkal laut wilayah Indonesia pasal 2. Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara
yang pantainya saling berhadapan atau berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut ditetapkan
dengan persetujuan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan pasal 3.
Pasal 4 UU ini menyatakan bahwa di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyai dan melaksanakan :
1 Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah
di bawahnya serta air diatasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona tersebut, seperti pembangkitan
tenaga dari air, arus dan angin. 2 Yurisdiksi yang berhubungan dengan 1 pembuatan dan penggunaan pulau-
pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya 2 penelitian ilmiah mengenai kelautan 3 perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
3 Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan Konvensi Hukum Laut yang berlaku.
Dalam rangka melaksanakan hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diatas, aparatur
penegak hukum Republik Indonesia yang berwenang, dapat mengambil tindakan- tindakan penegakan hukum sesuai dengan Undang undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, dengan pengecualian sebagai berikut :
1 Penangkapan terhadap kapal danatau orang-orang yang diduga melakukan pelanggaran di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia meliputi tindakan
penghentian kapal sampai dengan diserahkannya kapal danatau orang-orang tersebut di pelabuhan dimana perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut.
2 Penyerahan kapal danatau orang-orang tersebut harus dilakukan secepat mungkin dan tidak boleh melebihi jangka waktu 7 tujuh hari, kecuali apabila
terdapat keadaan force majeure. 3 Untuk kepentingan penahanan, tindak pidana yang diatur dalam Pasal 16 dan
Pasal 17 termasuk dalam golongan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 4 huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa Tentang Hukum Laut
Sesuai dengan namanya UU ini merupakan bentuk pengesahan sekaligus persetujuan terhadap konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
Konvesi itu sendiri berisi sebagian kodifikasi ketentuan-ketentuan hukum laut yang sudah ada, misalnya kebebasan-kebebasan di Laut Lepas dan hak lintas
damai di Laut Teritorial, sebagian pengembangan hukum laut yang sudah ada, misalnya ketentuan mengenai lebar Laut Teritorial menjadi maksimum 12 mil laut
dan kriteria Landas Kontinen dan sebagian melahirkan rejim-rejim hukum baru, seperti asas Negara Kepulauan, Zona Ekonomi Eksklusif dan penambangan di
Dasar Laut Internasional. Konvensi ini sangat penting bagi Indonesia karena merupakan bentuk
pengakuan terhadap Negara Indonesia sebagai Negara Kepulauan. Negara Kepulauan sendiri menurut Konvensi ini adalah suatu negara yang seluruhnya
terdiri dari satu atau lebih gugusan kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Konvensi menentukan pula bahwa gugusan kepulauan berarti suatu gugusan
pulau-pulau termasuk bagian pulau, perairan diantara gugusan pulau-pulau tersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya
demikian eratnya sehingga gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya tersebut merupakan suatu kesatuan geografi dan politik yang hakiki, atau
secara historis telah dianggap sebagai satu kesatuan demikian. Sesuai dengan ketentuan Konvensi, disamping harus menghormati
perjanjian-perjanjian internasional yang sudah ada, Negara Kepulauan berkewajiban pula menghormati hak-hak tradisional penangkapan ikan dan