Potensi sumberdaya ikan Perikanan Tangkap .1 Komponen sistem perikanan tangkap
3 Penataan ruang dan pemanfaatan sumber daya alam, yang ditunjukkan antara lain oleh terjadinya konflik ataupun tumpang tindih pemanfaatan ruang lahan
baik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung, maupun antar kawasan budidaya seperti antara kegiatan pertambangan dan kehutanan yang
berkaitan dengan ekonomi daerah dan masyarakat. 4 Penegasan status daerah perbatasan, yang berupa penetapan wilayah
kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, persetujuan lintas batas kedua negara terutama berkaitan dengan larangan untuk
mengelola dan mengembangkan kawasan penyangga sepanjang garis perbatasan;
5 Keterbatasan sumber pendanaan, dimana pembangunan daerah perbatasan kurang diberikan prioritas dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga
semakin memperlebar tingkat kesenjangan antardaerah; 6 Terbatasnya kelembagaan dan aparat yang ditugaskan di daerah perbatasan,
dengan fasilitas yang kurang mencukupi, sehingga fungsi pelayanan kepada masyarakat setempat relatif kurang memadai.
DKP, 2004 dalam Apdilah 2006 mengatakan bahwa beberapa permasalahan yang dihadapi wilayah-wilayah perbatasan adalah 1 belum adanya
kepastian garis batas laut dengan negara tetangga, 2 kondisi masyarakat di wilayah terluar masih terisolir dan termarjinalkan sehingga dapat dimanfaatkan
oleh pihak lain yang mempunyai kepentingan, 3 maraknya pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perbatasan seperti penyelundupan, pencurian ikan,
traficking, perompakan, 4 terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengelolaan, khususnya terhadap pulau-pulau yang
terpencil sulit dijangkau dan tidak berpenghuni, 5 kondisi pulau di perbatasan umumnya merupakan pulau-pulau kecil yang sangat rentan terhadap kerusakan
baik oleh alam maupun manusia, 6 belum sinkronnya pengelolaan perbatasan baik yang mencakup program, maupun kejelasan kewenangan, 7 belum adanya
peraturan perundang-undangan yang jelas dan menyeluruh dalam pengelolaan pulau-pulau terluar, 8 kurangnya sosialisasi tentang keberadaan dan pentingnya
pulau-pulau terluar.
Yogaswara 2003 mengkatagorikan permasalahan wilayah perbatasan kedalam 6 kelompok yaitu 1 masalah-masalah yang timbal oleh kondisi
geografis dan demografis dimana wilayah perbatasan ini relatif terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang relatif rendah. Disamping itu tingkat kepadatan
penduduk yang relatif rendah. Kondisi tersebut menyebabkan kemiskinan yang multidimensi yang dialami oleh sebagian besar masyarakat perbatasan, 2
Masalah-masalah konflik pertanahan yang menyangkut dua dimensi yaitu konflik pertanahan internal masyarakat intra suku, antar suku, masyarakat adat versus
masyarakat pendatang, masyarakat adat versus perusahaan, masyarakat adat versus pemerintah dan konflik pertanahan karena persoalan garis batas dengan
negara lain, 3 masalah-masalah ekonomi dimana aktifitas ekonomi di wilayah ini dapat mencakup aktifitas ekonomi subsisten dan ekonomi komersial, 4
masalah dan kebijakan politik yang dapat berupa sengketa klaim wilayah perbatasan, aktifitas militer, dijadikan basis gerakan separatas, daerah
pengungsian, pas lintas batas, repatriasi pelintas batas, perdagangan lintas batas, pencemaran lingkungan dan patok-patok yang digeserkan 5 masalah dan
kebijakan aspek budaza dimana di wilayah perbatasan ini sering terjadi kasus ―pembelahan kultural cultural cleavage yaitu suatu komunitas yang diasumsikan
berasal dari akar budaya yang sama, tetapi oleh kebijakan politik antar negara akhirnya dibagi menjadi dua entitas dan 6 masalah-masalah daerah transit
dimana terjadi aliran tenaga kerja ke negara-negara tetangga. Pada sebagian besar wilayah perbatasan terdapat kesenjangan
pembangunan antara wilayah Indonesia dengan negara tetangga dimana pembangunan ekonomi negara tetangga relatif lebih maju. Hamid dan Mukti
2001 memberikan contoh perbandingan antara Indonesia dan Malaysia di wilayah perbatasan Kalimantan dimana kesenjangan tersebut terlihat jelas baik
dari aspek infrastruktur, sosial dan ekonomi. Pada aspek inrfastruktur misalnya, kawasan perbatasan Malaysia memiliki aksesibilitas yang baik dimana jalan-jalan
sudah di hotmix sampai ke desa-desa perbatasan, fasilitas sosial dan umum untuk tingkat desa dan kecamatan di Malaysia dengan jumlah penduduk yang relatif
sama lebih baik sehingga investasi inrastruktur per kapitanya memang lebih baik. Fasilitas komunikasi dan informasi di Malaysia sangat baik, bahkan telah sampai