Langkah Perubahan dan Pilihan Strategi

10 Formulasi ulang sistem kemitraan nelayan Hubungan nelayan dengan pemilik modal selama ini lebih bersifat eksploitatif dimana hubungan tersebut kurang memberikan rasa keadilan bagi nelayan. Nelayan tidak mempunyai kekuatan posisi tawar yang memadai. Hal ini perlu diubah menjadi hubungan kemitraan. Kemitraan merujuk pada suatu hubungan kerjasama dimana para pihak yang terlibat mempunyai kedudukan yang sejajar. Hubungan yang dibangun merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Oleh karena itu aspek-aspek yang potensi menjadi kekuatan nelayan perlu digali dan dikembangkan. 10 KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan 1

Pemasaran hasil tangkapan yang ada saat ini belum memberikan harga yang memadai bagi para nelayan Nunukan. Hal ini disebabkan karena adanya keterikatan antara nelayan dengan pemilik modal dari Tawau melalui pedagang-pedagang pengumpul yang menjadi kepanjangan tangan pemilik modal tersebut. 2 Produktifitas penangkapan nelayan Nunukan masih relatif rendah yang ditunjukkan oleh nilai produktifitas alat tangkap maupun produktifitas nelayan yang masing-masing baru mencapai 95 kgharialat tangkap dan 3,97 kgnelayanhari. Komoditas unggulannya di Kabupaten Nunukan adalah udang putih Penaeus merguiensis, bawal hitam Formio niger, teri Stolephorus spp, tenggiri Scomberomorus commerson, bawal putih Pampus argenteus, udang bintik, kerapu lumpur Epinephelus tauvina, arut gerot-gerot Pomadasys maculatus, kuweputih Caranx spp, pari kembangpari macan Dasyatis spp dan Kurau Eleutheronema tetradactylum. Permasalahan yang dihadapi adalah pelabuhan perikanan belum berfungsi sebagai prasarana pendukung penangkapan ikan dan adanya praktek IUU Fishing. 3 Belum adanya peraturan yang spesifik mengatur mengenai pengelolaan perikanan tangkap di perbatasan secara komprehensif. Tujuan pengelolaan perikanan di perbatasan adalah i meningkatkan pendapatan nelayan dan negara melalui penyempurnaan sistem perdagangan hasil tangkapan ke luar negeri ii menjaga kelestarian sumberdaya ikan di wilayah perairan perbatasan melalui penanganan praktek IUU Fishing dan meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan Malaysia dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. 4 Kondisi ekonomi wilayah mempunyai keunggulan dan mendukung pengembangan perikanan tangkap. Namun demikian aspek infrastruktur yang relatif terbatas menjadikan kendala dalam pengembangan perikanan tangkap. 5 Strategi pengembangan perikanan di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan meliputi i penyusunan kebijakan pengelolaan berupa masterplan atau blue print pengembangan perikanan tangkap di wilayah perbatasan, ii penguatan kelembagaan nelayan, iii peningkatan keterampilan nelayan, iv penguatan permodalan nelayan, v meningkatkan daya jangkau penangkapan vi optimalisasi fungsi dan percepatan pembangunan pelabuhan perikanan dan industri pengolahan, vii optimalisasi penananganan IUU fishing viii optimalisasi peran penyuluh perikanan ix kerjasama pengelolaan dalam bidang perikanan tangkap antara pemerintah Malaysia dan Indonesia x formulasi ulang sistem kemitraan nelayan.

10.2 Saran

1. Perlu disusun Masterplan pengembangan perikanan tangkap di wilayah perbatasan yang menjadi rujukan dan arahan bagi pengembangan perikanan di wilayah-wilayah perbatasan. 2. Perlu adanya penguatan kelembagaan nelayan yang akan memberikan dampak pada pembentukan kemandirian dan posisi tawar nelayan. 3. Perlu adanya upaya meningkatkan daya jangkau armada penangkapan ikan sehingga penangkapan tidak hanya berlangsung pada perairan pantai yang sudah relatif jenuh. 4. Perlu adanya optimalisasi fungsi dan percepatan pembangunan pelabuhan perikanan. 5. Perlu adanya optimalisasi peran penyuluh perikanan dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan. 6. Perlu melakukan inisiasi kerjasama kolaborasi pengelolaan perikanan tangkap dengan pemerintah Malaysia. DAFTAR PUSTAKA Adhuri, 2005. Fishing in, fishing out : memahami konflik-konflik kenelayanan di Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. LIPI Press Jakarta. 122 hal Alkadri et al. 1999. Tiga pilar pengembangan wilayah : sumberdaya alam. sumberdaya manusia dan teknologi. Pusat Pengkajian Kebijakan teknologi Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT Jakarta. 314 hal Alkadri. 2001. Manajemen teknologi untuk pengembangan wilayah edisi revisi. Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 317 hal Amanah, S. 2007. Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal Penyuluhan edisi Maret 2007 Vol 3 No 1. Ambardi. UM dan S. Prihawantoro. 2002. Pengembangan wilayah dan otonomi daerah : kajian konsep dan pengembangan. Pusat Pengkajian Kebijakan teknologi Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT Jakarta. 328 hal Anwar. A. 2005. Ketimpangan pembangunan wilayah dan perdesaan : tinjauan kritis. P4Wpress. Bogor Apdillah. D. 2006. Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan Indonesia-Malaysia studi kasus Pulau Karimun Kecil. Kepulauan Riau. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bene, C. 2003. When fishery rhymes with poverty: a first step beyond the old paradigm on poverty in small-scale fisheries. World Development Vol. 31, No. 6, pp. 949 –975, 2003 Budiono, A. 2005. Keefektifan pengelolaan konflik pada perikanan tangkap di Perairan Selatan Jawa. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [BPS Kab. Nunukan]. 2010. Kabupaten Nunukan dalam angka 2009. Badan Pusat Statistika Kabupaten Nunukan. [BPS Kab. Nunukan]. 2011. Kabupaten Nunukan dalam angka 2010. Badan Pusat Statistika Kabupaten Nunukan. Cernea, MM. 1988. Mengutamakan manusia di dalam pembangunan. Publikasi Bank Dunia. Penerbit Universitas Indonesia. Chang, W. 2003. Berkaitan dengan konflik antar etnis agama dalam anonimous 2003 : konflik komunal di indonesia saat ini. Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies INIS Universiteit Leiden bekerjasama dengan Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Charles. AT. 2001. Sustainable fishery sistems. Blackwell Science. United Kingdom. 370 p Checkland, P and Jim Scholes, 1990. Soft system methodology in action. John Willey and son Ltd. West Sussex, England. 329 p [DJPR] Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2002. Strategi dan konsepsi pengembangan kawasan perbatasan negara. Bahan rapat kebijakan dan program pengembangan dan pengelolaan wilayah perbatasan. Bappenas. 8 Agustus 2002ayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta [DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2011. Statistik perikanan tangkap 2010. Direktortat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan. Djalal. H. 2003. Indonesia dan Perjanjian Internasional. Program Kerjasama Teknik FAO – Indonesia. Bantuan dalam Perundang-undangan Perikanan Kelautan [DPK] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Nunukan. 2011. Statistik perikanan Kab. Nunukan 2010. Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Nunukan Kalimantan Timur [FAO] Food and Agricultural Organization, 1995. Code of conduct for responsible fisheries. Rome. Fauzi. A dan Suzy Anna. 2005. Pemodelan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk analisis kebijakan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Gasperz, V. 1992. Analisis sistem terapan berdasarkan pendekatan teknik industri. Penerbit Tarsito Bandung. 670 hal. Hamid dan Mukti. 2001. Kawasan perbatasan Kalimantan : permasalahan dan konsep. Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 148 hal Hartrisari, 2007. Sistem dinamik : konsep sistem dan pemodelan untuk industri dan lingkungan. SEAMEO BIOTROP. Bogor. 125 hal Hasyim AW. 2007. Keberlanjutan kehidupan sosial ekonomi masyarakat tanpa tambang nikel studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Hendriwan et al. 2007. Analisis konflik pengelolaan perikanan tangkap dalam perspektif interaksi stakeholders di teluk lampung. Buletin PSP Volume XVI no 3 tahun 2007 hal 493-510. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Kaleka, 2006. Analisis pengembangan armada perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Legowo, PS. 2009. Infrastruktur transportasi, keterkaitan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Dan Bekasi. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lopulalan, Y. 2009. Kapasitas kelembagaan kemitraan perikanan tangkap dalam pemberdayaan nelayan di Kota Ambon. Disertasi Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Mardin. 2009. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kemandirian nelayan ikan demersal di Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Nielson et al. 2004. Fisheries co-management —an institutional innovation? Lessons from South East Asia and Southern Africa. Marine Policy 28 2004 151-160. Nugroho. I dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan wilayah : perspektif ekonomi. sosial dan lingkungan. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta. 381 hal [PSHIPI] Pusat Studi Hukum Internasional dan Perjanjian Internasional. 2000. United Nations Convention on The Law of the Sea Bahasa Inggris dan Indonesia. Pusat Studi Hukum Internasional dan Perjanjian Internasional Petersen, 2002. Economic policy, institutions and fisheries development in the Pacific. Marine Policy 26 2002 315 –324 Pearce, DW and R. Kerry Turner, 1990. Economics of natural resources and the environment. Harvester Wheatsheaf. 378 hal. Purwanti, F. 2008. Konsep Co-Management Taman Nasional Karimunjawa. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Renofati, Y et al. 2009. Sistem usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin PSP Volume XVIII no. 3 hlm 133-206 Desember 2009 Rustiadi et al. 2007. Perencanaan dan pengembangan wilayah. Crespent Press dan Yayasan Obor Indonesia Sarana, H. 2007. Desain sistem monitoring, controling dan surveillance nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia. Disertasi Program Doktor Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Samudra. K. 2005. Kajian pengelolaan sumberdaya Pulau Sebatik sebagai Pulau Kecil Perbatasan di Kabupaten Nunukan Kalimantan timur secara terpadu. berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Sari, TEY. 2010. Sistem pengembangan usaha perikanan tangkap di Propinsi Riau. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sari, TEY dkk. 2010. Konflik perikanan tangkap di Perairan Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Marine Fisheries Vol 1, No. , November 2010 hal 123-132. Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap dan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Serageldin, I. 1996. Sustainability as opportunity and the problem of social capital. Brown Journal of World Affairs 3 : 187-203. Shaliza, F. 2004. Dinamika Konflik antar Komunitas dan Transformasi Modal Sosial studi Kasus Konflik antara Komunitas Nelayan Parit III dan Melati di Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Siregar, C. 2008. Analisis Potensi Daerah Pulau-Pulau Terpencil dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan, Keamanan Nasional, dan Keutuhan Wilayah NKRI di Nunukan –Kalimantan Timur. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008 Supriyati dan Suryani. 2006. peranan, peluang dan kendala pengembangan agroindustri di Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Agroekonomi Volume 24 no 2 Desember 2006 Sutisna, DH. 2007. Model pengembangan perikanan tangkap di Pantai Selatan Provinsi Jawa Barat. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Soekanto, S. 2000. Sosiologi suatu pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 517 hal. Solihin, I dan Muhammad Syamsu Rokhman, 2009. Prioritas pemilihan lokasi pengembangan pelabuhan perikanan di Kabupaten Rembang. Buletin PSP Volume XVIII no. 3 hlm 133-206 Desember 2009. Todaro. M.P. 1999. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit PT Erlangga. Jakarta. 512 hal Tunas, B. 2007. Memahami dan memecahkan masalah dengan pendekatan sistem. PT Nimas Multima. Jakarta. 198 hal LAMPIRAN Lampiran 1. Produksi perikanan laut Kab. Nunukan berdasarkan jenis ikan ton No Nama Ikan Tahun Nama Indonesia Nama Latih 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Teri Stolephorus spp 480 1272,63 361,37 1441,61 2 Udang bintik 267,21 267,67 275,7 551,658 215,42 941,46 3 Tenggiri Scomberomorus commerson 44,6 43,71 45,02 159,72 216,41 298,82 4 Kakap merahbambangan Lutjanus spp 306,09 133,56 216,28 5 Udang putih Penaeus merguiensis 235,14 227,77 234,6 267,04 14,83 173,12 6 Arut gerot-gerot Pomadasys maculatus 242,23 232,63 239,61 202,19 201,68 160,3 7 Otek-otekLelle Laut 142,14 141,29 143,53 202,18 241,79 124,64 8 Kurosenangin Polynemus spp 72,86 71,4 73,55 100,76 67,74 86,31 9 Bawal hitam Formio niger 29,79 31,8 32,75 59,9 142,03 78,78 10 Kepiting Scylla serrata 512,92 482,67 477,15 442,32 110,73 75,67 11 Gulamahtigawaja Nibea albiflora 156,77 167,27 172,29 139,83 64,71 65,09 12 Belanak Mugil cephalus 122,09 199,42 58,56 13 Pari kembangpari macan Dasyatis spp 28,05 27,06 27,87 99,85 189,23 30,1 14 Kuweputih Caranx spp 93,18 91,32 94,07 5,67 208,98 29,56 15 Kurau Eleutheronema tetradactylum 312,5 304,43 313,56 80,1 203,69 24,2 16 Selangat Anodonstoma chacunda 2,07 2,1 2,16 7,84 12,27 23,16 17 Alu- alumanggilalapucu l Sphyraena barracuda 20,47 20,47 18 Tongkol krai Auxis thazard 20 19 Kakap putih Lates calcarifer 26,29 27,13 27,95 167,59 19,68 20 Kerapu lumpur Epinephelus tauvina 15,33 15,34 15,79 40,04 63,9 13,61 21 Ikan lainnya 149,24 9,06 22 Bawal putih Pampus argenteus 33,22 34,43 35,47 78,94 190,2 8,56 23 Udang windu Penaeus monodon 174,07 170,59 164,01 102,89 56,5 6,26 24 Ikan baronang Siganus guttatus 4 4 25 Udang lainnya 3,36 26 Ekor KuningPisang- pisang Caesio cuning 118,78 1,5 27 Selar Selaroides spp 0,78 0,78 28 Madidihang Thunnus albacares 7,97 0,1 29 Pari burungayam Myliobatus spp 30,31 30,83 31,75 117,1 30 Daun BambuTalang- talang Chorinemus spp 37,56 33,54 34,55 68,3 Lanjutan Lampiran 1 No Nama Ikan Tahun Nama Indonesia Nama Latih 2005 2006 2007 2008 2009 2010 31 Nomei Harpadon nehereus 131,96 129,75 120,67 30 32 Golok-golok Chirocentrus dorab 90,68 87,62 85,25 33 Kerapu bebek Cromileptes altivelis 12,53 12,55 12,92 34 Puput 375,15 368,79 379,85 35 Udang barong Panulirus versicolor 82,3 80,16 82,57 4,43 36 Cakalang Katsuwonus pelamis 119,64 37 Binatang lunak lainnya 9,59 38 Tembaring Lutjanus argentimaculatus 80,7 79,94 82,34