Lanjutan Tabel 34
Lapangan usaha 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
6. Perdagangan, hotel dan restoran
8,12 8,79
9,57 12,15
13,94 15,00
15,77 7. Pengangkutan dan
komunikasi 2,18
2,13 2,10
2,27 2,39
2,53 2,73
8. Keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 0,16
0,16 0,15
0,17 0,19
0,20 0,22
9. Jasa-jasa 4,08
3,88 3,76
4,57 5,18
5,57 6,01
Produk domestik regional bruto
100 100
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan, 2010
Sektor sektor di luar pertanian dan pertambangan relatif mengalami peningkatan meski dengan besaran yang berbeda. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor dengan peningkatan kontribusi yang relatif besar.
Tabel 35 PDRB perkapita Kab. Nunukan 2005-2009
Item 2005
2006 2007
2008 2009
· PDRB juta rupiah
2.086.266 2.194.536
2.570.817 3.122.335
3.121.117 · Jumlah penduduk
pertengahan tahun jiwa
109.464 116.553
125.585 129.011
132.543 · PDRB per kapita
rupiah 19.058.921
18.828.652 20.470.732
24.202.082 23.547.957
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan, 2010
Seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dimana tingkat pertumbuhannya tidak diimbangi dengan pertumbuhan PDRB, maka PDRB per
kapita relatif mengalami penurunan terutama sejak tahun 2005. Pada tahun 2005, dengan jumlah penduduk mencapai 109.464 jiwa dan PDRB mencapai 1,18
milyar rupiah, maka PDRB per kapita mencapai 10,8 juta rupiah. Pertumbuhan PDRB per kapita disajikan pada Gambar 21.
Gambar 21 Pertumbuhan PDRB perkapita
8.1.2 Pertumbuhan dan daya saing dalam perekonomian daerah
Analisis terhadap komponen Pertumbuhan Regional PR menunjukkan bahwa semua sektor di Kabupaten Nunukan mempunyai tingkat pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor di tingkat Propinsi Kalimantan Timur. Sektor-sektor yang mempunyai pertumbuhan yang paling
cepat adalah sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 79.356,34, disusul kemudian oleh sektor pertanian 28.849,95, perdagangan, hotel dan
restoran 13.847,57. Sedangkan sektor yang paling lambat pertumbuhannya adalah sektor industri pengolahan, meski masih lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan tingkat propinsi. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa semua sektor di Kabupaten Nunukan mempunyai potensi untuk dikembangkan
lebih lanjut, terutama sektor pertambangan dan galian dan sektor pertanian. Meski sektor pertambangan dan galian mempunyai tingkat pertumbuhan
yang paling cepat, namun berdasarkan analisis terhadap komponen Pertumbuhan Proporsional PP menunjukkan bahwa sektor ini bukan merupakan sektor yang
maju. Hal ini terlihat dari nilai PP yang negative -8.116,37. Demikian pula halnya dengan sektor listrik, gas dan air minum yang nilainya -675,73.
Sedangkan sektor lainnya relatif lebih maju, yang ditandai dengan nilai-nilai PP
-5,00 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00
2006 2007
2008 2009
PDRB juta rupiah 5,19
17,15 21,45
-0,04 Jumlah penduduk
pertengahan tahun jiwa 6,48
7,75 2,73
2,74 PDRB per kapita rupiah
-1,21 8,72
18,23 -2,70
yang positif. Sektor pertanian sendiri mempunyai nilai PP yang paling besar yaitu 18.070,75 yang disusul dengan sektor bangunan 13.776,46 dan sektor jasa
7.230,98 dan perdagangan hotel dan restoran 7.045,57. Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pengembangan sektor pertanian menjadi
sangat strategis untuk meningkatkan pembangunan ekonomi wilayah ini.
Tabel 36 Hasil analisis shiftshare berdasarkan PDRB Kab. Nunukan
Sektor PDRB Nunukan
PDRB Kaltim Pertum
buhan Regional
Pertum buhan
Propor sional
Pertumbuha n Pangsa
Wilayah 2006
2007 2006
2007 Pertanian
460.676 608.930
10.800.000 11.900.000
28.849,95 18.070,75
101.333,30 Pertambangan
dan Penggalian
1.267.162 1.261.097
83.600.000 88.300.000
79.356,34 -8.116,37
-77.304,97 Industri
Pengolahan 620
5.790 71.800.000
78.800.000 38,83
21,62 5.109,55
Listrik, Gas dan Air
Minum 10.790
12.051 600.000
600.000 675,73
-675,73 1.261,00
Bangunan 91.757
106.141 4.700.000
5.700.000 5.746,31
13.776,46 -5.138,77
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 221.118
276.618 12.700.000
13.900.000 13.847,57
7.045,47 34.606,96
Angkutan dan Komunikasi
44.614 50.547
6.900.000 7.900.000
2.793,96 3.671,83
-532,80 Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan 2.823
3.373 3.500.000
4.300.000 176,79
468,47 -95,26
Jasa-jasa 93.454
126.999 5.000.000
5.700.000 5.852,58
7.230,98 20.461,44
Jumlah 2.193.014
2.451.546 199.600.000
212.100.000 137.338,05
0,00 121.193,95
Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2008
Meski sektor pertambangan dan galian mempunyai tingkat pertumbuhan yang paling cepat, namun berdasarkan analisis terhadap komponen Pertumbuhan
Proporsional PP menunjukkan bahwa sektor ini bukan merupakan sektor yang maju. Hal ini terlihat dari nilai PP yang negative -8.116,37. Demikian pula
halnya dengan sektor listrik, gas dan air minum yang nilainya -675,73. Sedangkan sektor lainnya relatif lebih maju, yang ditandai dengan nilai-nilai PP
yang positif. Sektor pertanian sendiri mempunyai nilai PP yang paling besar yaitu 18.070,75 yang disusul dengan sektor bangunan 13.776,46 dan sektor jasa
7.230,98 dan perdagangan hotel dan restoran 7.045,57. Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pengembangan sektor pertanian menjadi
sangat strategis untuk meningkatkan pembangunan ekonomi wilayah ini.
Tidak semua sektor di Kabupaten Nunukan mempunyai daya saing yang tinggi di wilayahnya. Hal ini terlihat dari nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah
PPW beberapa sektor yang negative. Sektor-sektor tersebut adalah Pertambangan dan Galian -77.304,97, Bangunan -5.138,77, Angkutan dan
Komunikasi -532,80 dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -95,26. Nilai-nilai negative tersebut mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut kalah
bersaing dengan sektor sejenis dari luar wilayah Nunukan. Sektor pertanian mempunyai daya saing yang paling tinggi yang ditunjukkan dari nilai PPW yang
paling tinggi yaitu 101.333,30 yang disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 34.606,96, sektor Jasa 20.461,44, Industri Pengolahan 5.109,55 dan
Listrik, Gas dan Air Minum 1.261,00.
8.2 Pola interaksi spasial
Interaksi spasial merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan pergerakan spasial dan aktifitas manusia Hayness dan Fothering,
1984 dalam Rustiadi et al. 2010. Interaksi antar dua tempat dipengaruhi oleh besarnya aktifitas sosial dan produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di dua
tempat tersebut, jarak antar kedua tempat tersebut dan besarnya pengaruh jarak dua tempat tersebut.
Pola interaksi spasial dapat dilihat dari mobilitas orang dan barang dari dan ke Kabupaten Nunukan. Berdasarkan data lalu lintas penumpang luar negeri
Gambar 22 terlihat bahwa terjadi mobilitas orang yang cukup tinggi. Sejak tahun 2004-2009, jumlah penumpang yang masuk relatif lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penumpang yang berangkat. Puncak mobilitas orang terjadi pada tahun 2005 baik untuk kedatangan maupun keberangkatan. Setelah tahun
tersebut mobilitas cenderung mengalami penurunan
Gambar 22 Arus lalu lintas penumpang angkutan laut luar negeri tahun
2004-2009
Berdasarkan kewarganegaraannya ternyata bahwa Warga Negara Indonesia WNI mempunyai tingkat mobilitas yang lebih tinggi untuk melakukan
perjalanan ke Malaysia Tabel 37. Pada tahun 2007, jumlah WNI yang datang ke Nunukan mencapai 232.460 lebih besar dibandingkan yang berangkat yang
berjumlah 166.038 orang. Sedangkan jumlah Warga Negara Malaysia yang datang mencapai 6.109 orang dan yang berangkat berjumlah 7.683 orang.
Kondisi yang sama terjadi juga pada tahun 2008 dan 2009 dimana mobilitas masyarakat Indonesia ke Tawau lebih dominan dibandingkan dengan yang
dilakukan Warga Negara Malaysia. Sebagian besar Warga Negara Malaysia yang melakukan kunjungan ke Nunukan adalah mereka yang dulunya WNI tapi sudah
menetap lama di Malaysia dan menjadi Warga Negara Malaysia atau mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan masyarakat Nunukan.
Tabel 37 Jumlah pelintas batas Warga Negara Indonesia dan Warga
Negara Malaysia tahun 2007-2009
Tahun WNI
WN malaysia Datang
Berangkat Datang
Berangkat 2007
166.038 232.460
6.109 7.683
2008 143.900
214.782 8.662
6.916 2009
120.493 153.461
9.190 8.643
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan, 2011 90100
216967 169928
180904 147520
Berangkat; 86802 153801
241662 182205
198664 144119
Datang; 96894
50000 100000
150000 200000
250000 300000
2004 2005
2006 2007
2008 2009
J um
la h
penu m
pa ng
o ra
ng
Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa Tawau Malaysia menjadi pusat perekonomian yang menjadi target masyarakat Nunukan baik untuk membeli
kebutuhan sehari-hari, mencari lahan pekerjaan, maupun untuk keperluan lainnya seperti berobat dan berwisata. Pergerakan orang dari Kab. Nunukan ke Tawau
Malaysia lebih intensif bila dibandingkan dengan ke wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan asal negara, masyarakat yang paling banyak melakukan
kunjungan ke Nunukan berasal dari Malaysia dimana pada tahun 2007 mencapai 4.117 orang. Philipina menjadi negara kedua dimana masyarakatnya
mengunjungi Nunukan dengan jumlah 114 orang disusul dengan Eropa 91 orang dan negara Asia lainnya 59 orang. Selengkapnya disajikan pada Tabel 38.
Kondisi yang sama juga terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dimana Warga Negara Malaysia merupakan warga negara asing yang paling banyak mengunjungi Kab.
Nunukan.
Tabel 38 Banyaknya kedatangan warga negara asing menurut negara asal
tahun 2007-2009
Asal Negara 2007
2008 2009
Brunei 21
21 16
Malaysia 4.117
4.723 9.190
Singapura 16
12 18
Philipina 114
70 63
Thailand 6
5 7
Asia Lainnya 59
Eropa 91
118 174
Amerika 13
19 22
Oseania 6
6 5
Afrika 2
2 Asia tanpa Asean
74 83
Jumlah 4.445
5.050 9.578
Sumber : BPS Kab. Nunukan, 2010
Sedangkan berdasarkan lalu lintas, arus barang yang masuk ke Kab. Nunukan sebagian besar berasal dari wilayah lain di Indonesia. Jumlah barang
yang dibongkar dari daerah lain didalam negeri pada tahun 2009 mencapai 118.160 tonm
3
sedangkan yang dimuat 168.737 mencapai tonm3. Artinya bahwa Kab. Nunukan lebih banyak menjadi daerah pemasok bagi daerah lain.
Kondisi tersebut relatif sama terjadi mulai tahun 2004 sampai tahun 2009 kecuali
pada tahun 2006 dimana barang yang dibongkar lebih banyak daripada barang yang dimuat Gambar 23. Barang-barang yang dimuat sebagian besar merupakan
hasil sumberdaya alam daerah Nunukan.
Gambar 23 Arus bongkar muat barang menurut tujuan dalam negeri tahun
2004-2009
Kondisi lalu lintas barang tersebut ternyata berbeda apabila dilihat lalu lintas barang dari dan ke luar negeri. Jumlah barang yang dibongkar jauh lebih
besar daripada barang yang dimuat. Pada tahun 2009, jumlah barang yang dibongkar mencapai 85.701 tonm3 76 dibandingkan dengan barang yang
dimuat yang hanya 26.933 tonm
3
Gambar 23 dan sebagian besar barang yang datang dari luar negeri berasal dari Tawau Malaysia. Barang yang dikirim ke
Tawau merupakan hasil sumberdaya alam terutama hasil pertanian yang merupakan bahan mentah. Sedangkan barang-barang yang didatangkan dari
Tawau merupakan barang-barang jadi baik berupa produk makanan, elektronika maupun kebutuhan lainnya.
Namun demikian, kondisi serupa juga terjadi untuk arus barang keluar masuk Kabupaten Nunukan dimana jumlah barang yang dibongkar lebih besar
bahkan cukup signifikan dibandingkan dengan jumlah barang yang dimuat. Seluruh barang yang dibongkar berasal dari Tawau Malaysia. Hal ini berarti
bahwa barang-barang dari Tawau Malaysia ini cukup mendominasi kebutuhan masyarakat Nunukan. Hal ini kondisinya lebih besar lagi bila diperhitungkan
barang-barang yang dibawa secara pribadi dari Tawau oleh masyarakat Nunukan.
61.719 76.613
117.090 121.959
113.587 Bongkar;
118.160 334.594
161.115 177.386
71.018 146.413
Muat; 168.737
50.000 100.000
150.000 200.000
250.000 300.000
350.000 400.000
2004 2005
2006 2007
2008 2009
J um
la h
ba ra
ng to
nm 3