Infrastruktur Wilayah Strategy of capture fisheries development in nunukan regency East Kalimantan, Indonesia-Malaysia Border

dan pelaporan pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan di kabupatenkota. 5 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Peraturan yang terkait dengan ketentuan impor produk tertentu diantaranya adalah Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 56M- DagPer122008 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Yang Kemudian Diperberbaharui Dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 57M-DagPer122010 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu. Peraturan no 57 menjelaskan bahwa Produk Tertentu yang terkenan peraturan ini meliputi produk makanan dan minuman, pakaian jadi, alas kaki, elektronika, mainan anak-anak, obat tradisional dan herbal, serta kosmetik . Setiap impor tersebut oleh Importir Terdaftar IT Produk Tertentu hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan tujuan a pelabuhan laut: Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya, Soekarno Hatta di Makassar, Dumai di Dumai, dan Jayapura di Jayapura; danatau b seluruh pelabuhan udara internasional. Impor Produk Tertentu oleh IT-Produk Tertentu yang dilakukan melalui pelabuhan laut Dumai di Dumai dan pelabuhan laut Jayapura di Jayapura hanya untuk produk makanan dan minuman. Impor Produk Tertentu untuk kebutuhan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2012. Berdasarkan dasar pertimbangannya, peraturan ini dikeluarkan karena perdagangan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif belum tercipta secara maksimal, sehingga masih perlu melakukan peningkatan tertib administrasi impor. Oleh karena itu, impor barang-barang tertentu hanya diperbolehkan melalui pelabuhan-pelabuhan yang disebutkan diatas. Namun dalam kenyataannya peraturan ini tidak memperhatikan realitas di lapangan. Perekonomian wilayah- wilayah perbatasan –termasuk Kab. Nunukan- sangat tergantung pada perdagangan antar negara ini. Sebagian besar barang-barang konsumsi di wilayah Nunukan berasal dari negara tetangga sehingga dengan adanya kebijakan tersebut berdampak negative terhadap pergerakan ekonomi wilayah tersebut. Disamping itu, yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian justru adalah ekspor barang-barang komoditas dari dalam negeri. Sebagian besar komoditas yang dihasilkan Kab. Nunukan dipasarkan ke wilayah Tawau dalam bentuk mentah dan tanpa pengaturan yang jelas. Akibatnya disamping harga jual yang relatif rendah, pendapatan negara relatif kecil, yang paling penting adalah nilai tambah dan dampak ekonomi tidak terjadi di wilayah Nunukan. Semua nilai tambah dan dampak pergerakan ekonomi justru terjadi di wilayah negara tetangga.Oleh karena itu perlu ada regulasi ekspor di wilayah perbatasan termasuk perdagangan tradisional dan keberpihakan untuk mengembangkan perekonomian di wilayah perbatasan Indonesia.

8.5 Lembaga Pengelola Wilayah Perbatasan

Selama ini pembangunan wilayah perbatasan dilakukan sesuai dengan tupoksi instansi masing-masing. Sejak keluarnya UU no 43 tahun 2008 tentang Wilayah Republik Indonesia, maka dibentuk Badan Pengelola Wilayah Perbatasan baik tingkat pusat maupun daerah pasal 14. Hubungan kerja badan ini dengan instansi yang lainnya bersifat koordinatif artinya mengkoordinasikan program-program dari unit terkait yang ada di wilayah perbatasan.Di tingkat propinsi Kalimantan Timur, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan ini dibentuk berdasarkan Perda no 13 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja dan diberi nama Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal. Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal merupakan unsur pendukung pengelolaan wilayah perbatasan dan pembangunan daerah tertinggal Provinsi Kalimantan Timur Lampiran 4. Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Tugas badan ini adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengkajian wilayah perbatasan dan sumber daya alam, peningkatan pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi dan pengembangan dunia usaha, pengembangan sosial dan budaya serta kesekretariatan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal mempunyai fungsi : 1 perumusan kebijakan teknis dibidang Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; 2 pemberian dukungan atas perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal; 3 perumusan, perencanaan, pembinaan, koordinasi dan pengendalian teknis di bidang pengkajian wilayah perbatasan dan sumber daya alam; 4 perumusan, perencanaan, pembinaan, koordinasi dan pengendalian teknis di bidang peningkatan pembangunan infrastruktur; 5 perumusan, perencanaan, pembinaan, koordinasi dan pengendalian teknis di bidang peningkatan ekonomi dan pengembangan dunia usaha; 6 perumusan, perencanaan, pembinaan, koordinasi dan pengendalian teknis di bidang pengembangan sosial dan budaya; 7 penyelenggaraan urusan kesekretariatan; 8 pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional; 9 pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Disamping itu, terdapat instansi lain di Propinsi Kalimantan Timur yang menangani urusan perbatasan yaitu Biro Perbatasan, Penataan Wilayah dan Kerjasama mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan bimbingan serta pengendalian bidang perbatasan, penataan wilayah serta kerjasama dalam dan luar negeri. Biro Perbatasan, Penataan Wilayah dan Kerjasama mempunyai fungsi : 1. perumusan kebijakan bidang perbatasan, penataan wilayah dan kerjasama sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;