Pelabuhan perikanan di Prancis

Persewaan kantor-kantor dan gedung pemasaran. Penyaluran bahan bakar untuk kapal; Pengecatan; Peralatan listrik dan elektronik; Pembuatan dan penyediaan bahan alat tangkap; Penyaluran es; Penyediaan garam; Instalasi cool room: peralatan dan pemeliharaan; Pengepakan dalam styrofoam dan pencucian basket ikan; Penyediaan material lainnya. Jasa sepeda; Lubis 2010 juga menyatakan bahwa CCI ini tidak saja mengelola pelabuhan perikanan port de péche tetapi juga mengelola pelabuhan niaga port de commerce, pelabuhan penumpang port de transmanche dan pelabuhan wisata port de plaisance. Lokasi keempat jenis pelabuhan tersebut saling berdekatan sehingga lebih mudah dan lebih efisien dalam pengelolaannya. Apabila pelabuhan akan mengekspor hasil tangkapannya dapat dengan mudah mengangkutnya menuju pelabuhan niaga untuk tujuan ekspor karena lokasi kedua pelabuhan tersebut berdampingan sehingga dapat menghemat biaya transportasi darat. Pelabuhan perikanan juga sering berdampingan dengan pelabuhan wisata karena kondisi perairan pelabuhan perikanan terjaga sanitasinya sehingga tidak menimbulkan permasalahan untuk pelabuhan wisata yang selalu menghendaki kebersihan perairan pantainya. Menurut Lubis et al, 2005, pelabuhan perikanan di Prancis juga menjadi pusat pengolahan ikan untuk mendapatkan nilai tambah. Agar perusahaan olahan ikan selalu beroperasi, maka pelabuhan harus menjamin ketersediaan bahan baku sehingga apabila produksi pelabuhan tidak mencukupi, perlu mendatangkan dari tempat lain. Sebagai contoh, pelabuhan Perikanan Boulogne-sur-Mer di Prancis yang produksinya sekitar 56.000 ton pada tahun 2006, telah mampu memasarkan ikan sebanyak 380.000 ton. Sekitar 324.000 ton diimpor dari negara lain di Eropa. Berdasarkan data tahun 2008, di pelabuhan ini terdapat 150 perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran ikan segar, produk ikan beku, bentuk olahan melalui pengasapan, pengalengan dan berbagai jenis makanan olahan lainnya berbasis ikan. Saat ini pelabuhan tersebut menjadi tempat utama di Eropa dalam pengolahan ikan. Lubis et al., 2005 juga menyatakan bahwa penanganan sejak ikan berada di atas kapal sampai ke konsumen di hinterland selalu menggunakan rantai dingin cold chain system. Hal ini dilakukan berdasarkan peraturan yang sedang berjalan sejak 1991, yaitu aturan kebersihan di atas kapal, kondisi pengawetan ikan di atas kapal, kondisi penanganan ikan ketika didaratkan, dan kondisi pengolahan dan pengepakan. Ikan dengan kategori rendah tidak diperkenankan didaratkan di pelabuhan. Jadi, langsung dikirim ke perusahaan tepung ikan atau lainnya. Dengan demikian, hasil tangkapan yang didaratkan adalah kategori yang layak konsumsi, sehingga pelabuhan perikanan terlihat bersih dan tidak bau amis. Demikian pula disebutkan bahwa pengelolaan pelelangan ikan di negara- negara maju, misalnya di Uni Eropa, teknik pelelangan ikan sudah semakin berkembang, sehingga nelayan dan konsumen mendapatkan kepuasan dalam transaksi pelelangan tersebut, baik dalam harga maupun kualitasnya. Di banyak negara Uni Eropa, lelang ikan saat ini telah dilakukan dengan teknologi komputerisasi melalui sistem BIP Borne Interactive de Pesées atau mesin lelang elektronik yang mendeteksi secara otomatis berat, jenis ikan, dan kategori kualitas berdasarkan ketentuan yang telah disepekati oleh Uni Eropa dengan menganut metode QIM Qualité, Indice et Méthode. Semua informasi ditampilkan di layar lebar dengan akurat dan cepat. Juga dikatakan bahwa penentuan kualitas didasarkan pada karakteristik utama ikan, yaitu mata, kulit, insang, darah, dan lendir. Lebih rendah angka yang tertera, berarti ikan lebih segar. Dengan sistem ini, lelang dapat juga dilakukan melalui internet dan pembeli dapat mengikuti transaksi pelelangan melalui website. Standar lelang ini berlaku untuk negara Uni Eropa, seperti Prancis dan Belgia. Semua aktivitas di pelabuhan berjalan secara cepat dan efisien, sejak ikan didaratkan sampai tiba di konsumen, baik lewat pengecer maupun hypermarket.

2.5.2 Pasar pelelangan ikan Tsukiji di Tokyo

Ikan yang dipasarkan di Jepang sebagian besar melaui proses pelelangan di Tokyo, Osaka, Shizuoka, Ichinomaki dan 55 pusat pelelanganyang tersebar di Jepang. Ikan yang berasal dari luar negeri dilakukan pemeriksaan di pelabuhan masuk oleh Divisi Sanitasi, Departemen Kesehatan. Harga ikan di pasar lelang Tsukiji Tokyo menjadi acuan untuk harga ikan di pasar-pasar ikan yang lebih kecil. Jumlah ikan yang terjual di pasar pelelangan ikan Tsukiji adalah 2.400 ton per hari, merupakan jumlah yang terbesar di dunia. Jumlahnya 80 kali dari yang dipasarkan di Muara Baru 30 ton per hari. Jumlah sebanyak itu disiapkan untuk 12 juta penduduk Tokyo dan 33 juta orang yang bertempat tinggal di sekitar Tokyo. Pasar pelelangan ikan yang dikelola oleh pemerintah pusat tidak ada, namun dikelola oleh pemerintah daerah masing-masing. Luas tempat pelelangan ikan tuna beku 3.000 m 2 , sedangkan untuk pelelangan tuna segar 900 m 2 . Pemerintah daerah tidak berorentasi untuk memperoleh keuntungan. Sewa tempat pelelangan di pasar ikan 530 yen pada tahun 2009 atau seharga Rp 5.864.354,6.00 per m 2 per bulan. Pengelola pasar memperoleh 0,25 dari omset per bulan pelelangan ikan oleh toko-toko di dalam pasar ikan Anonim 2010a. Selanjutnya dikatakan bahwa pasar pelelangan ikan di Tsukiji merupakan pusat grosir ikan dan seafood terbesar di dunia. Pasar ini terletak di Tsukiji, Tokyo. Pasar Tsukiji merupakan tempat yang memiliki daya tarik bagi pengunjung asing. Pasar ini terletak di dekat s tasiun Tsukijishijō di Toei Oedo Line dan stasiun Tsukiji di Tokyo Metro Hibiya Line. Ada dua bagian yang berbeda dari pasar Tsukiji secara keseluruhan, yaitu “pasar dalam” dan “pasar luar”. Pasar dalam Jonai Shijo adalah pasar grosir berlisensi, merupakan tempat lelang dan sebagian besar pengolahan ikan berlangsung, serta terdapat pedagang ikan berlisensi sekitar 900 dari mereka mengoperasikan warung kecil. Pasar luar Jogai Shijo adalah campuran toko-toko grosir dan eceran yang menjual berbagai kebutuhan dapur di Jepang, persediaan restoran, bahan makanan dari laut, dan terdapat banyak restoran, terutama restoran sushi. Pasar pelelangan ikan Tsukiji dibuka paling pagi kecuali hari Minggu dan hari libur lainnya pukul 3:00 waktu setempat WS dengan kedatangan produk melalui angkutan kapal, truk dan pesawat dari seluruh dunia. Aktivitas yang paling utama adalah bongkar muat beberapa ton tuna beku. Di tempat pelelangan grosir, atau di Jepang dikenal sebagai oroshi gyōsha dilakukan pengontrolan mutu dan penyiapan produk-produk yang masuk untuk dijual. Pembeli berlisensi yang berpartisipasi dalam lelang juga memeriksa ikan untuk memperkirakan ikan yang ingin mereka beli dengan harga yang sesuai. Kegiatan lelang biasanya mulai sekitar pukul 5:20 WS, penawaran hanya dapat dilakukan oleh peserta pembeli yang berlisensi. Penawar ini termasuk grosir menengah nakaoro shi gyōsha yang mengoperasikan kios di pasar dan pembeli berlisensi lain yang merupakan agen untuk restoran, perusahaan pengolah makanan, dan pengecer besar. Kegiatan lelang biasanya berakhir sekitar pukul 11:00 WS, setelah itu ikan yang telah dibeli diangkut dengan menggunakan truk untuk dikirim ke tempat tujuan berikutnya atau menggunakan gerobak kecil untuk dipindahkan ke berbagai toko di dalam pasar. Ada pemilik toko yang memotong-motong dan menyiapkan hasil tangkapan untuk diecer. Biasanya ikan besar, misalnya ikan tuna dan ikan todak, pemotongan dan persiapannya cukup rumit. Tuna beku dan ikan todak sering dipotong dengan gergaji besar, dan tuna segar dipotong dengan pisau panjang panjangnya lebih dari satu meter yang disebut hocho oroshi, maguro-bocho, atau hancho hocho. Aktivitas pasar paling padat yaitu sekitar pukul 5:30-8:00 WS, selanjutnya aktivitas menurun secara signifikan sesudahnya. Banyak toko yang mulai tutup sekitar pukul 11.00 WS, dan pasar ditutup untuk dibersihkan sekitar pukul 13:00 WS. Inspektur dari Pemerintah Kota Tokyo mengawasi kegiatan di pasar untuk menegakkan peraturan mengenai Food Hygiene Anonim 2010b. Demikian juga dikatakan bahwa berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan peningkatan jumlah pengunjung termasuk masalah pengelolaan sanitasi seperti masalah pengendalian suhu yang disebabkan oleh masuk dan keluarnya sejumlah besar orang yang tidak berwenang, dan permasalahan dengan pengunjung yang menghambat aktivitas lelang dan aktivitas perdagangan lainnya, terutama pada kegiatan lelang yang diselenggarakan pagi hari di kawasan tuna grosir. Berdasarkan alasan ini, pengunjung saat ini tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tuna grosir. Pengunjung akan diminta untuk sangat berhati-hati dan waspada saat mereka melakukan kunjungan ke pasar Tsukiji. Hal