Analisis Data Kajian Awal Pengelolaan Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan Berstandar Internasional: Kasus PPS Nizam Zachman Jakarta

Analisis komparatif dilakukan dengan membandingkan dalam bentuk tabulasi mengenai pengelolaan sanitasi tempat pelelangan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dengan literatur. Informasi mengenai bentuk pengelolaan sanitasi tempat pelelangan ikan di PPSNZJ dilakukan tabulasi antara kegiatanaktivitas terhadap dampak sanitasi yang ditimbulkan dan upaya pengelolaannya. 3 Untuk mendapatkan alternatif solusi bentuk pengelolaan sanitasi tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta yang berstandar Internasional, dilakukanan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan bagaimana pengelolaan sanitasi tempat pelelangan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dengan pengelolaan sanitasi berdasarkan pendekatan terhadap peraturan yang tercantum dalam Code of Practice for Fish and Fishery Products Codex Alimentarius, 2009 dan peraturan yang tercantum dalam Regulation EC No 8522004 of the European Parliament and of the Council of 29 April 2004 on the hygiene of foodstuffs . Peraturan tersebut terdiri dari: 1 Konstruksi bangunan a. Permukaan dinding dan batas dinding dengan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan; b. Fasilitas yang digunakan harus memadai, menggunakan bahan yang halus, tahan karat, dan mudah dibersihkan; c. Lantai harus mudah dibersihkan dan disertai dengan sistem drainase yang memadai; d. Penerangan di area penanganan ikan harus cukup; e. Langit-langit atau atap dan semua perlengkapan harus dapat mencegah akumulasi kotoran, menghambat pertumbuhan jamur dan jatuhnya partikel; f. Setiap bak pencuci atau fasilitas lainnya yang disediakan untuk mencuci hasil tangkapan harus memiliki pasokan air yang cukup sesuai persyaratan dan harus tetap bersih. 2 Saluran pembuangan a. Saluran pembuangan harus mampu menampung sampahlimbah dalam jumlah yang banyak; b. Akumulasi limbah padat, semi padat atau cair harus diminimalisir untuk mencegah kontaminasi. 3 Pasokan air a. Pasokan air bersih harus cukup; b. Air yang digunakan untuk mencuci hasil tangkapan harus terhindar dari kontaminasi. 4 Es a. Harus diproduksi dengan menggunakan air bersih; b. Harus terlindung dari kontaminasi. 5 Penanganan limbahsampah a. Limbahsampah harus dijauhkan dari area penanganan dan pengolahan ikan; b. Fasilitas untuk menampung sampahlimbah harus dipelihara dengan baik. 6 Kebersihan pelaku a. Para pelaku penanganan ikan harus dibiasakan mencuci tangan pada awal penanganan ikan dan saat kembali memasuki area pengolahan, serta segera setelah menggunakan toilet; b. Para pelaku di area penanganan ikan tidak diizinkan untuk merokok, meludah, makan, bersin dan batuk pada saat hasil tangkapantidak ditutup, memakai perhiasan yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan. 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara

4.1.1 Letak dan keadaan geografis Jakarta Utara

Wilayah Jakarta Utara dibatasi dengan batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dengan koordinat 106 29 ’ BT-15 10 ’ LS dan 106 07 ’ BT-05 10 ’ LS. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dati II Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dati II Tangerang dan Jakarta Pusat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Dati II Bekasi. Secara geografis, kawasan Jakarta Utara terletak pada 06 53 ’ LU-06 11 ’ LU dan 106 42 ’ BT-106 57 ’ BT ------, 2010 vide Hadi, 2011. Selanjutnya dikatakan bahwa wilayah kotaJakarta Utara mempunyai luas 7.133,51 km 2 , terdiri dari luas lautan 6.979,4 km 2 dan luas daratan 154,11 km 2 . Daratan Jakarta Utara membentang dari Barat ke Timur sepanjang kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 sd 10 km, dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Ketinggian dari permukaan laut antara 0 sd 20 meter, dari tempat tertentu ada yang berada dibawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawaempang air payau. Menurut Anonim 2011a, luas tanah daratan Jakarta Utara sebesar 154,11 km 2 , dengan rincian 47,58 untuk perumahan, 15,87 untuk areal industri, 8,89 digunakan sebagai perkantoran dan pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan sebagainya. Sementara luas lahan berdasarkan status kepemilikan dapat dirinci sebagai berikut: status hak milik 13,28, Hak Guna Bangunan HGB sekitar 29,04 dan 57,68 digunakan untuk lainnya yang masih berstatus Hak Pakai, Hak Pengelolaan dan non sertifikat. Wilayah Jakarta Utara terdiri atas beberapa kecamatan seperti Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Cilincing, Kecamatan Pademangan dan Kecamatan Kelapa Gading. Selanjutnya dikatakan bahwa topografi wilayah Jakarta Utara sebagian besar terdiri dari daratan hasil dari pengukuran rawa-rawa yang mempunyai ketinggian rata-rata 0 sd 1 diatas permukaan laut terutama disepanjang pantai. Wilayah Pesisir Utara DKI Jakarta tersebut mengelilingi perairan Teluk Jakarta yang jika dilihat dari kondisi topografinya merupakan suatu bagian kecil dari kondisi Laut Jawa yang memiliki kemiringan pantai yang landai. Kondisi perairan lautnya mempunyai gelombang laut yang relatif tidak besar dan kedalaman laut yang relatif dangkal. Kemudian dikatakan bahwa wilayah kota Jakarta Utara merupakan pantai beriklim panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata 142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13 tiga belas sungai dan 2 dua banjir kanal, menyebabkan wilayah ini merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang laut. Wilayah Jakarta Utara beriklim panas, suhu rata-rata sepanjang tahun 27 C karena terletak di daerah khatulistiwa, sehingga wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angin Muson Timur yang terjadi pada bulan Mei sd Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember sd April Anonim, 2011b. Di suatu daerah pantai yang memiliki kemiringan yang landai umumnya baik untuk berkumpulnya aktivitas kenelayanan atau perikanan tangkap. Kedalaman laut yang relatif dangkal biasanya dibangun pelabuhan perikanan dengan dermaga yang lebih menjorok ke arah laut, atau kolam pelabuhan yang dilindungi oleh breakwater atau pemecah gelombang.

4.1.2 Kependudukan Kota Jakarta Utara

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Jakarta Utara tercatat sebanyak 1.645.312 jiwa, yang terdiri atas 824.159 laki-laki dan 821.153 perempuan. Sekitar 81,51 dan penduduk tersebut tersebar di empat kecamatan, dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Tanjung Priok sebesar 22,80, kemudian diikuti Kecamatan Cilincing sebesar 22,57, Kecamatan Penjaringan sebesar 18,62, dan Kecamatan Koja sebesar 17,52. Kecamatan Pademangan dan Kelapa Gading sebaran penduduknya berada dibawah 10. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Jakarta Utara adalah sebanyak 11.219 jiwa per km 2 . Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Koja sebesar 23.529 jiwa per km 2 sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Penjaringan sebesar 6.748 jiwa per km 2 BPS, 2011.