Pengelolaan tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta

ditunjuk sebagai penyelenggara pelelangan ikan wajib menyelenggarakan penjualan ikan yang ditetapkan dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang. Perpanjangan jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan ditetapkan oleh Gubernur dan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada saat proses penjualan ikan berlangsung, sebenarnya aktivitas penjualan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta penjualan ikan dengan sistem opow. Sistem opow adalah sistem pelelangan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan dijual kembali ke pihak-pihak tertentu, dengan kata lain ikan yang didaratkan sudah ditentukan pemiliknya. Berdasarkan Peraturan Daerah Perda Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, disebutkan mengenai retribusi yang diambil dalam pemakaian tempat pelelangan ikan. Ikan segar, beku, hidup ataupun ikan dalam kondisi kering yang diproduksi lokal, akan dikenakan retribusi kepada nelayan dan pedagang sebesar 5 dari harga transaksi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011. Pemasaran ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh kepala pelelangan sesuai dengan kebutuhan. Pemasaran ikan dapat dimulai apabila memenuhi persyaratan, sepertiikan telah terkumpul dalam ruangan lelang lengkap dengan catatan berat, jenis, dan pemilik ikan; dihadiri sekurang- kurangnya 3 orang calon pembeli yang memenuhi persyaratan; dan setelah persyaratan tersebut terpenuhi maka juru lelang wajib mengumumkan lelang akan dimulai. Pemasaran ikan dilakukan sesuai dengan urutan yang ditentukan oleh kepala pelelangan dan setiap calon pembeli pengikut lelang diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran. Pemasaran ikan dilaksanakan dengan sistem penawaran meningkat untuk mencapai harga penawaran tertinggi. Sebelum proses penjualan ikan dimulai, penjual ikan berkewajiban untuk melaporkan kedatangan kapalnya kepada pihak TPI; membongkar ikan dari kapal dengan disaksikan oleh pengawas bongkar ikan; menyerahkan ikan yang akan dijual kepada juru timbang untuk dilakukan penimbangan; menyerahkan ikan yang akan dijual kepada juru lelang; dan mencocokan kembali hasil penjualan ikan kepada juru buku setelah diadakan proses penjualan ikan. Jenis ikan yang dijual di TPI PPSNZJ hanyalah jenis-jenis ikan selain tuna meliputi ikan layang, cumi-cumi, tenggiri, cucut, kembung, udang, gindara, lemadang, kakap batu dan manyung, setelah dijual ikan-ikan tersebut dipasarkan ke luar daerah dan pasar lokal. Jenis ikan tuna tidak dijual terlebih dahulu, melainkan langsung masuk ke perusahaan yang ada di Tuna Landing Centre TLC untuk tujuan ekspor, kecuali untuk tuna lokal reject yang melalui lelang sampel terlebih dahulu sebelum masuk ke perusahaan.Namun transaksi penjualan ikan tetap tercatat datanya di TPI Muara Makmur berdasarkan laporan dari pihak perusahaan, sehingga TPI memperoleh retribusi dari nilai transaksi tersebut. Setelah ikan dibongkar dan diturunkan ke dermaga, selanjutnya ikan diangkut ke tempat tujuan berbeda. Ikan yang diturunkan dari kapal tradisional langsung diangkut menuju TPI, sedangkan ikan yang diturunkan dari kapal tuna langsung diangkut masuk ke dalam tempat penanganan ikan milik perusahaan yang ada di TLC. Persiapan ikan yang dilakukan setelah ikan diturunkan dari kapal tradisional, yaitu ikan yang telah disortir per keranjang disusun di lantai dermaga. Sebelum diangkut ke TPI, ikan dicuci dengan menggunakan air kolam pelabuhan di atas lantai dermaga. Air tersebut diambil oleh ABK dari kolam pelabuhan dengan menggunakan ember yang diikat dengan tali. Tempat pengambilan air berada di pinggir dermaga, dekat dengan kapal yang sedang mendaratkan ikan. Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Gambar 22. Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI menggunakan gerobak dorong atau trolly. Setiap pengangkutan membutuhkan waktu sekitar lima menit, tergantung pada jarak yang ditempuh dari tempat pembongkaran. Secara keseluruhan proses pengangkutan akan selesai bila sudah tidak ada lagi ikan yang diturunkan. Jarak terjauh dari tempat pembongkaran ke TPI sekitar 50 m. Setiap trolly yang digunakan untuk mengangkut trays bisa diisi 2-3 trays, selama diangkut dengan trolly ikan tidak menggunakan penutup sehingga terkena sinar matahari langsung dan polusi udara. Jumlah buruh yang mengangkut hasil tangkapan ke TPI untuk setiap kapal adalah 3 sampai 5 orang secara bergantian. Pengangkutan ikan dari kapal tuna menuju tempat penanganan milik perusahaan dibedakan untuk tujuan ekspor langsung dan dilakukan pengolahan atau penanganan lebih lanjut. Ikan untuk tujuan ekspor, dari tempat penanganan di dermaga khusus kapal tuna diangkut dengan menggunakan truk kontainer berpendingin. Biasanya setelah pembongkaran ikan pada pagi hari, siang harinya ikan langsung diangkut ke bandara. Ikan yang akan diolah disimpan terlebih dahuluke cold storage pelabuhan atau cold storage milik perusahaan dengan menggunakan kendaraan truk atau pick up dengan atau tanpa pendingin. Keterangan: = Proses = Tempatgedung = Jalur Distribusi = Produkbarang = Kapal = Orang = Proses Sumber: Profil PPSNZJ, 2011 Gambar 22 Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Kapal Tuna LL Didaratkan kapal Perikanan TLC Kapal Angkut Udang SegarBeku Dermaga Kapal Non Tuna LL Dermaga Lewat Truk Darat Prosesing Pembekuan Tempat Pelelangan IkanTPI Pusat Pemasaran Ikan Ikan segarbeku Tuna segar dan beku Tuna Lokal Pengecer Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut L O K A L Pengecer PENGEPAKAN Ikan Segar Dari Kapal ke Kapal E K S P O R Setelah ikan didaratkan, sebagian ikan dijual di TPI. Ikan dijual dengan sistem penawaran harga yang meningkat. Sebagian ikan lainnya diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, tanpa melalui pelelangan sebelumnya. Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pelelangan ikan dilakukan oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, meliputi tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; bimbingan teknis usaha perikanan, pemasaran dan mutu hasil perikanan; meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan meningkatkan kemampuan teknis penyelenggara pelelangan ikan di TPI serta dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, meliputi: mempersiapkan dan mengajukan koperasi primer perikanan untuk menyelenggarakan pelelangan ikan; meningkatkan kemampuan organisasi, manajemen dan usaha koperasi; dan memfasilitasi permodalan, untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Berdasarkan peraturan yang ada pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta seharusnya membantu pihak pengelola TPI dalam mengawasi sanitasi dan mutu ikan pada setiap diadakannya penyelenggaraan pelelangan ikan. Mekanisme pemeliharaan sanitasi dan higienitas meliputi penyemprotan lantai lelang setiap hari, pencucian trays setiap selesai digunakan, pencucian lantai TPI dengan sabun non detergen setiap hari, dan pembersihan saluran air setiap hari. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan meliputi pemantauan langsung di lapangan secara visual dan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Kegiatan pemantauan tersebut dilaksanakan oleh petugas TPI dan BPMPHPK Badan Pengawas Mutu Produk Hasil Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Pihak UPT juga bertugas memelihara dan merawat TPI beserta kelengkapannya meliputi penempatan trays di gudang setiap hari setelah digunakan, pemeliharaan pompa air dan sound system setiap selesai digunakan, serta pemeliharaan trolly dan timbangan setiap satu kali dalam satu minggu. Pada kenyataannya, pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta tidak menjalankan fungsinya secara optimal dalam hal menjaga sanitasi dan higienitas di TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI, pencucian trays tidak dilakukan setiap hari atau setiap selesai digunakan, trays hanya dicuci setiap satu bulan sekali. Pencucian lantai TPI dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan sesudah proses penjualanpemasaran namun tidak menggunakan desinfektan, pencucian lantai TPI hanya menggunakan air laut saja. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan dilakukan langsung di lapangan secara visual, namun tidak dilakukan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Peralatan yang ada di TPI seperti trays, timbangan, trolly dan blong tidak disimpan di tempat khusus penyimpanan peralatan, melainkan disimpan sembarangan di sudut-sudut TPI. 6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Dampak Sanitasi dari Aktivitas di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dan Upaya Pengelolaannya Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta meliputi aktivitas pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI; aktivitas penanganan ikan di TPI; aktivitas pengangkutan ikan dari TPI ke perusahaan, pengolah dan pedagang ikan; aktivitas pencucian keranjang yang digunakan;serta aktivitas pembersihan lantai TPI setelah dan sebelum proses pelelangan. Pada proses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, ikan dalam basket diangkut dengan menggunakan gerobak dorong atau trolly dari dermaga ke TPI. Kondisi trolly yang digunakan tersebut dalam keadaan kotor dan berkarat, kotoran dan karat tersebut menempel pada basket yang berisi ikan dan mengakibatkan hasil tangkapan yang diangkut menjadi kotor dan mutunya menurun. Kondisi jalan yang biasa dilalui untuk mengangkut ikan dari dermaga ke TPI juga dalam keadaan kotor sehingga kotoran tersebut menempel pada roda ban trolly atau gerobak dan terbawa sampai ke TPI, sehingga dapat mengotori lantai TPI. Kekotoran pada jalan tersebut terjadi karena banyaknya pelaku aktivitasdi TPI yang melewati jalan tersebut tanpa memperhatikan kebersihan, misalnya para pelaku yang sebelumnya beraktivitas di luar TPI dengan sandal atau sepatunya masuk ke TPI melalui jalan tersebut sehingga menimbulkan kekotoran di lantai TPI. Berdasarkan kondisi tersebut, sebaiknya di sepanjang jalur pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI dibangun jalan khusus untuk mengangkut ikan dimana hanya para pelaku pengangkutan ikan yang boleh melewati jalan tersebut. Selain itu, perlu ditetapkan peraturan agar pihak yang tidak berkepentingan dilarang melewati jalur tersebut, serta para pelaku aktivitas pengangkutan yang menggunakan jalur tersebut harus tetap menjaga kebersihan. Hal ini bertujuan agar sanitasi dan kebersihan di tempat pelelangan ikan tetap terjaga dan mutu ikan dapat dipertahankan. Keranjang yang berisi ikan diletakkan secara kasar saat akan ditimbang, setelah ditimbang keranjang yang berisi ikan diseret agak kasar dengan menggunakan pengait untuk dipasarkan, sehingga ikan menjadi rusak dan banyak lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang berceceran di lantai TPI. Hal tersebut mengakibatkan lantai manjadi kotor, licin dan bau amis. Limbah ikan seperti lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang tercecer di sekitar keranjang ikan, mengakibatkan timbulnya bakteri yang juga dapat mencemari ikan. Ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI dapat mempercepat proses pembusukan ikan. Limbah ikan ini dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga ada sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan yang tercecer. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, sebaiknya pihak pengelola TPI memberi penyuluhan mengenai penanganan ikan yang baik terkait dengan sanitasi di TPI, menerapkan peraturan yang ketat mengenai cara penanganan ikan, disertai dengan pengawasan dan penerapan sangsi bagi yang melanggar. Sesuai dengan Food Sanitation Law dan Peraturan Pemerintah Metropolitan Tokyo, Wholesale Market Sanitation Inspection Station melakukan supervisi, menyediakan pedoman penanganan dan penyuluhan sanitasi juga diberikan kepada semua pihak yang terlibat di pasar. Peran sanitasi lingkungan sangat penting untuk mendukung keamanan hasil tangkapan. Setelah lelang berlangsung atau pasar tutup, semua tempat dan peralatan dibersihkan sesuai dengan standar sanitasi yang berlaku di Tokyo. Ikan-ikan yang sudah busukrusak tetap masuk ke TPI untuk dipasarkan, sehingga mengakibatkan lantai kotor karena lendirmuccus, darah ikan dan potongan tubuh ikan. Seharusnya ikan-ikan yang sudah busukrusak tidak masuk ke TPI, di Prancis ikan yang tidak layak konsumsi tidak boleh didaratkan di pelabuhan perikanan atau langsung masuk ke pabrik pakan ikan Lubis, et.al. 2010. Negara Uni Eropa, berdasarkan EU Regulation NO. 8532004 tentang Spesific hygiene rules for food and animal origin dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.01MEN2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan bahwa kapal hasil tangkapanyang akan dijadikan bahan baku produk perikanan yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene dan wajib terdaftarteregistrasi Lubis dan Pane, 2010. Sama halnya denganproses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, maka pengangkutan ikan dari TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang dan atau pengolah ikan, keranjang yang berisi ikan diseret dengan menggunakan pengait sebelum kemudian diangkut. Hal ini mengakibatkan ceceran lendir dan darah ikan menyebar ke berbagai tempat di lantai TPI. Ikan yang selesai dijual kemudian diseret dengan menggunakan pengait ke luar TPI. Pada proses pengangkutan tersebut, baskettrays yang berisi ikan kemudian diangkut dengan menggunakan pick up untuk didisribusikan ke perusahaan, pedagang, dan atau pengolah ikan. Sarana angkutan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan tersebut terlihat dalam keadaan terbuka sehingga hasil tangkapan terkena cahaya matahari secara langsung. Sarana angkutan yang digunakan tidak tertutup dengan baik, sehingga ikan terkena cahaya matahari dan mudah mengalami pembusukan. Sarana yang digunakan untuk mengangkut ikan hendaknya tertutup untuk melindungi ikan dari cahaya matahari dan memperlambat proses pembusukan ikan agar mutu ikan tetap terjaga. Lubis, et al. 2010, mengatakan bahwa salah satu upaya penanganan hasil tangkapan yang perlu dilakukan oleh PPS Nizam Zachman Jakarta adalah melakukan pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana transportasi harus berpendingin truck berpendingin, dalam kondisi bebas dari kontaminasi, dalam kondisi baik dan aman, tidak rusak atau bermasalah, serta terlindung dari sinar matahari secara langsung. Menurut Pane, 2008 bahwa salah satu kegiatan mempertahankan mutu ikan yang penting di pelabuhan perikanan adalah pemindahan ikan yang tidak mengakibatkan rusaknya mutu: dari kapal ke dermaga dan dari dermaga ke TPI sampai saat sebelum didistribusikan. Pada proses pemindahan tersebut penting penggunaan es dan basket yang bersih. Keranjang yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tidak dicuci secara rutin setiap selesai pemasaranpenjualan ikan atau setiap selesai digunakan, melainkan keranjang yang sudah digunakan disimpan dalam keadaan kotor yang berakibat adanya lendir dan darah ikan yang mengering di sela-sela keranjang. Penggunaan keranjang ikan selama proses pembongkaran, pengangkutan, dan penjualan ikan perlu diperhatikan kebersihannya. Keranjang ikan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menimbulkan sisa darah dan lendir yang mengering pada keranjang. Hal ini menimbulkan bakteri dan mikroorganisme masih tersisa dalam keranjang dan dapat mempercepat proses pembusukan pada ikan. Lantai TPI selalu dibersihkan setiap pagi oleh petugas kebersihan setiap selesai lelang dengan menggunakan air kolam pelabuhan tanpa menggunakan desinfektan. Lantai yang sudah dibersihkan masih tercium bau amis ikan dan kadang masih licin. Lantai TPI hendaknya dibersihkan dengan menggunakan air bersih dan desinfektan agar tidak menimbulkan bau dan tidak licin. Sesuai dengan ketentuan Uni Eropa tentang penerapan standardisasi mutu di pelabuhan perikanan Direktrorat Standardisasi dan Akreditasi DKP, 2005 vide Mahyuddin, 2007, bahwa lantai TPI harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam dengan menggunakan air bersih dan harus diberi disinfektan. Pembersihan tersebut harus dilakukan secara teratur baik sebelum maupun sesudah pelelangan. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, dampak dari kurang baiknya kondisi sanitasi dan kebersihan akibat aktivitas yang berlangsung di tempat pelelangan ikan, diduga dapat mempengaruhi lingkungan, kesehatan, mutu dan harga ikan. Dampak sanitasi yang tidak ditangani dengan baik di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta adalah menimbulkan bau yang tidak sedap, mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas, dan mengurangi nilai estetikakeindahan. Potongan tubuh ikan yang tercecer mengakibatkan datangnya binatang dan serangga seperti kucing, tikus, dan lalat ke lokasi tempat pelelangan ikan. Kehadiran binatang-binatang tersebut dapat mengganggu kenyamanan beraktivitas dan dapat mencemari ikan yang akan dijual jika terjadi kontak secara langsung. Hal ini dapat mengakibatkan masuknya bakteri melalui binatang dan serangga tersebut sehingga mempercepat proses pembusukan ikan selanjutnya kualitas ikan menurun. Selain itu, ikan yang mutunya buruk apabila dikonsumsi akan mempengaruhi kesehatan tubuh konsumen. Oleh karena itu, sanitasi di tempat pelelangan ikan sangatlah penting untuk dijaga dan dipelihara dengan baik. Tabel 12 Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di TPI PPSNZJ dan upaya pengelolaannya No Aktivitas Proses Dampak yang ditimbulkan terkait sanitasi Upaya pengelolaan 1 Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI Ikan dalam basket diangkut dengan menggunakan gerobak dorong atau trolly dari dermaga ke TPI Kondisi jalan dari dermaga ke TPI menjadi kotor sehingga kotoran tersebut menempel pada roda trolly atau gerobak dan terbawa sampai ke TPI Dibangun jalan khusus dari dermaga ke TPI untuk mengangkut ikan 2 Penanganan ikan di TPI Ikan dalam keranjang yang sudah sampai ke TPI ditimbang terlebih dahulu dengan cara meletakkan secara kasar, kemudian di letakkan di lantai TPI dengan cara diseret untuk kemudian dijual Ikan menjadi rusak dan banyak lendir ikan yang tercecer Para pelaku pemasaran ikan diberi penyuluhan mengenai penanganan ikan yang baik terkait dengan sanitasi, diterapkan peraturan yang ketat mengenai cara penenganan ikan, disertai dengan pengawasan dan penerapan sangsi bagi yang melanggar 3 Pengangkutan ikan dari TPI ke perusahaan dan pedagang Ikan yang selesai dipasarkan kemudian diseret dengan menggunakan pengait ke luar TPI, ikan diangkut dengan menggunakan sarana angkut yang tidak tertutup dengan baik Ikan terkena cahaya matahari dan mudah mengalami pembusukan Sarana yang digunakan untuk mengangkut ikan hendaknya tertutup untuk melindungi ikan dari cahaya matahari dan memperlambat proses pembusukan ikan No Aktivitas Proses Dampak yang ditimbulkan terkait sanitasi Upaya pengelolaan 4 Pencucian keranjang Keranjang ikan tidak dicuci secara rutin setiap selesai proses pemasaran ikan Keranjang menjadi kotor akibat dari lendir dan darah ikan yang mengering di sela- sela keranjang, sehingga ikan terkontaminasi bakteri dari keranjang tersebut Keranjang dicuci setiap kali selesai lelang dengan menggunakan air bersih dan diberi desinfektan 5 Pembersihan lantai TPI setelah proses pemasaran Lantai TPI selalu di bersihkan setiap pagi dan setiap selesai proses pemasaran ikan dengan menggunakan air kolam pelabuhan tanpa menggunakan desinfektan Lantai yang sudah dibersihkan masih tercium bau amis ikan dan kadang masih licin Lantai TPI hendaknya dibersihkan dengan menggunakan air bersih dan desinfektan agar tidak menimbulkan bau dan tidak licin Sanitasi di tempat pelelangan ikan dapat diduga mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya. Demikian pula kualitas lingkungan diduga akan berpengaruh terhadap kesehatan orang-orang yang berada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sanitasi di TPI adalah penting, tidak hanya bagi mutu ikan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tetapi juga bagi para pelaku yang ada di dan sekitar TPI.

6.2 Perbandingan Pengelolaan Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di TPI PPS

Nizam Zachman Jakarta Berdasarkan Standar Internasional Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, atap TPI PPSNZJ kondisinya sudah rusakbolong dan berkarat, hal ini mengakibatkan terjadinya bocor ketika ada hujan dan rontoknya serpihan karatcat yang dapat menambah Tabel 12 lanjutan kekotoran terhadap produk perikanan yang dijual di TPI. Berdasarkan ketentuan Uni Eropa dalam Regulation EC No 8522004, Bab II, No. 1.c, seharusnyaTPI dilengkapi dengan atap dan dinding yang mudah dibersihkan dan dalam kondisi baik, maka perlu adanya perbaikan, bila perlu mengganti atap yang rusak untuk menghindari hasil tangkapan dari bocor dan cemaran rontoknya serpihan karatcat. Kondisi fisik lantai tidak sesuai dengan persyaratan teknik sanitasi dan higiene yang baik di TPI KEP. 01MEN2007; subbab 5.2.1. Kondisi lantai yang rusak dan berlubang bisa menambah akumulasi kekotoran di TPI dan mengakibatkan lantai TPI sulit untuk dibersihkan karena kotoran yang dihasilkan dari proses penjualan menempel pada lantai TPI yang rusak dan berlubang tersebut. Sesuai dengan ketentuan Uni Eropa dalam Regulation EC No 8522004, Bab II, No. 1.a bahwa lantai TPI harus tahan air dan mudah dibersihkan, maka perlu adanya perbaikan lantai yang berlubang untuk menghindari akumulasi kotoran di tempat pelelangan ikan. Lantai TPI selalu dibersihkan setiap hari baik bagian luar maupun bagian dalam dengan menggunakan air laut tapi tanpa menggunakan desinfektan untuk menghilangkan kotoran dan bau amis. Pihak TPI diharapkan menyediakan desinfektan untuk pencucian lantai TPI serta bisa menyediakan pasokan air bersih yang cukup untuk penanganan ikan dan operasi pembersihan terhadap lantai TPI. TPI PPS Nizam Zachman Jakarta mempunyai sistem pembuangan air kotor, tetapi kondisinya kotor dan menggenang, sehingga perlu memperbaiki konstruksi saluran pembuangan agar air buangan dapat mengalir dengan lancar, memberi penutup pada saluran air buangan limbah cair terutama di area penanganan ikan, dan membersihkan saluran pembuangan secara rutin agar air buangan dapat mengalir dengan lancar. Sistem pembuangan airsaluran di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dinilai kurang baik. Air buangan dari TPI tidak mengalir tergenang. Kapasitas saluran air tidak mencukupi, air buangan tidak mengalir baik di lantai atas TPI maupun di bawah, dan tidak semua saluran pembuangan tertutup sehingga saluran pembuangan tidak dapat mencegah masuknya binatang pengerat. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pelelangan ikan di TPI tidak ditangani dengan baik, dari TPI limbah cair langsung dibuang ke laut. Begitu juga