Pengelolaan tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta
ditunjuk sebagai penyelenggara pelelangan ikan wajib menyelenggarakan penjualan ikan yang ditetapkan dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat
diperpanjang. Perpanjangan jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan ditetapkan oleh Gubernur dan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada saat proses penjualan ikan berlangsung, sebenarnya aktivitas penjualan ikan yang ada di PPS Nizam
Zachman Jakarta penjualan ikan dengan sistem opow. Sistem opow adalah sistem pelelangan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan
dijual kembali ke pihak-pihak tertentu, dengan kata lain ikan yang didaratkan sudah ditentukan pemiliknya. Berdasarkan Peraturan Daerah Perda Propinsi
Daerah Khusus Ibu Kota DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, disebutkan mengenai retribusi yang diambil dalam pemakaian tempat
pelelangan ikan. Ikan segar, beku, hidup ataupun ikan dalam kondisi kering yang diproduksi lokal, akan dikenakan retribusi kepada nelayan dan pedagang sebesar
5 dari harga transaksi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011.
Pemasaran ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh kepala pelelangan sesuai dengan kebutuhan. Pemasaran ikan dapat dimulai
apabila memenuhi persyaratan, sepertiikan telah terkumpul dalam ruangan lelang lengkap dengan catatan berat, jenis, dan pemilik ikan; dihadiri sekurang-
kurangnya 3 orang calon pembeli yang memenuhi persyaratan; dan setelah persyaratan tersebut terpenuhi maka juru lelang wajib mengumumkan lelang akan
dimulai. Pemasaran ikan dilakukan sesuai dengan urutan yang ditentukan oleh kepala pelelangan dan setiap calon pembeli pengikut lelang diberi kesempatan
yang sama untuk mengajukan penawaran. Pemasaran ikan dilaksanakan dengan sistem penawaran meningkat untuk mencapai harga penawaran tertinggi.
Sebelum proses penjualan ikan dimulai, penjual ikan berkewajiban untuk melaporkan kedatangan kapalnya kepada pihak TPI; membongkar ikan dari kapal
dengan disaksikan oleh pengawas bongkar ikan; menyerahkan ikan yang akan dijual kepada juru timbang untuk dilakukan penimbangan; menyerahkan ikan
yang akan dijual kepada juru lelang; dan mencocokan kembali hasil penjualan ikan kepada juru buku setelah diadakan proses penjualan ikan. Jenis ikan yang
dijual di TPI PPSNZJ hanyalah jenis-jenis ikan selain tuna meliputi ikan layang, cumi-cumi, tenggiri, cucut, kembung, udang, gindara, lemadang, kakap batu dan
manyung, setelah dijual ikan-ikan tersebut dipasarkan ke luar daerah dan pasar lokal. Jenis ikan tuna tidak dijual terlebih dahulu, melainkan langsung masuk ke
perusahaan yang ada di Tuna Landing Centre TLC untuk tujuan ekspor, kecuali untuk tuna lokal reject yang melalui lelang sampel terlebih dahulu sebelum
masuk ke perusahaan.Namun transaksi penjualan ikan tetap tercatat datanya di TPI Muara Makmur berdasarkan laporan dari pihak perusahaan, sehingga TPI
memperoleh retribusi dari nilai transaksi tersebut. Setelah ikan dibongkar dan diturunkan ke dermaga, selanjutnya ikan
diangkut ke tempat tujuan berbeda. Ikan yang diturunkan dari kapal tradisional langsung diangkut menuju TPI, sedangkan ikan yang diturunkan dari kapal tuna
langsung diangkut masuk ke dalam tempat penanganan ikan milik perusahaan yang ada di TLC. Persiapan ikan yang dilakukan setelah ikan diturunkan dari
kapal tradisional, yaitu ikan yang telah disortir per keranjang disusun di lantai dermaga. Sebelum diangkut ke TPI, ikan dicuci dengan menggunakan air kolam
pelabuhan di atas lantai dermaga. Air tersebut diambil oleh ABK dari kolam pelabuhan dengan menggunakan ember yang diikat dengan tali. Tempat
pengambilan air berada di pinggir dermaga, dekat dengan kapal yang sedang mendaratkan ikan. Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman Jakarta Gambar 22. Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI menggunakan gerobak dorong atau
trolly. Setiap pengangkutan membutuhkan waktu sekitar lima menit, tergantung pada jarak yang ditempuh dari tempat pembongkaran. Secara keseluruhan proses
pengangkutan akan selesai bila sudah tidak ada lagi ikan yang diturunkan. Jarak terjauh dari tempat pembongkaran ke TPI sekitar 50 m. Setiap trolly yang
digunakan untuk mengangkut trays bisa diisi 2-3 trays, selama diangkut dengan trolly ikan tidak menggunakan penutup sehingga terkena sinar matahari langsung
dan polusi udara. Jumlah buruh yang mengangkut hasil tangkapan ke TPI untuk setiap kapal adalah 3 sampai 5 orang secara bergantian.
Pengangkutan ikan dari kapal tuna menuju tempat penanganan milik perusahaan dibedakan untuk tujuan ekspor langsung dan dilakukan pengolahan
atau penanganan lebih lanjut. Ikan untuk tujuan ekspor, dari tempat penanganan di dermaga khusus kapal tuna diangkut dengan menggunakan truk kontainer
berpendingin. Biasanya setelah pembongkaran ikan pada pagi hari, siang harinya ikan langsung diangkut ke bandara. Ikan yang akan diolah disimpan terlebih
dahuluke cold storage pelabuhan atau cold storage milik perusahaan dengan menggunakan kendaraan truk atau pick up dengan atau tanpa pendingin.
Keterangan: = Proses
= Tempatgedung = Jalur Distribusi
= Produkbarang = Kapal
= Orang = Proses
Sumber: Profil PPSNZJ, 2011 Gambar 22 Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman Jakarta.
Kapal Tuna LL
Didaratkan kapal
Perikanan TLC
Kapal Angkut
Udang SegarBeku
Dermaga Kapal Non
Tuna LL Dermaga
Lewat Truk
Darat Prosesing
Pembekuan Tempat
Pelelangan IkanTPI
Pusat Pemasaran Ikan
Ikan segarbeku
Tuna segar dan beku
Tuna Lokal Pengecer
Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut
L O
K A
L Pengecer
PENGEPAKAN Ikan Segar
Dari Kapal ke Kapal E
K S
P O
R
Setelah ikan didaratkan, sebagian ikan dijual di TPI. Ikan dijual dengan sistem penawaran harga yang meningkat. Sebagian ikan lainnya diekspor untuk
memenuhi permintaan pasar luar negeri, tanpa melalui pelelangan sebelumnya. Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pelelangan ikan dilakukan
oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, meliputi tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; bimbingan teknis usaha perikanan, pemasaran
dan mutu hasil perikanan; meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan meningkatkan kemampuan teknis penyelenggara pelelangan ikan di TPI serta
dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, meliputi: mempersiapkan
dan mengajukan
koperasi primer
perikanan untuk
menyelenggarakan pelelangan ikan; meningkatkan kemampuan organisasi, manajemen dan usaha koperasi; dan memfasilitasi permodalan, untuk menjamin
kelancaran penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Berdasarkan peraturan yang ada pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta seharusnya membantu pihak
pengelola TPI dalam mengawasi sanitasi dan mutu ikan pada setiap diadakannya penyelenggaraan pelelangan ikan. Mekanisme pemeliharaan sanitasi dan
higienitas meliputi penyemprotan lantai lelang setiap hari, pencucian trays setiap selesai digunakan, pencucian lantai TPI dengan sabun non detergen setiap hari,
dan pembersihan saluran air setiap hari. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan meliputi pemantauan langsung di lapangan secara visual dan
pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Kegiatan pemantauan tersebut dilaksanakan oleh petugas TPI dan BPMPHPK Badan
Pengawas Mutu Produk Hasil Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Pihak UPT juga bertugas memelihara dan merawat TPI beserta kelengkapannya
meliputi penempatan trays di gudang setiap hari setelah digunakan, pemeliharaan pompa air dan sound system setiap selesai digunakan, serta pemeliharaan trolly
dan timbangan setiap satu kali dalam satu minggu. Pada kenyataannya, pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta tidak
menjalankan fungsinya secara optimal dalam hal menjaga sanitasi dan higienitas di TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI,
pencucian trays tidak dilakukan setiap hari atau setiap selesai digunakan, trays hanya dicuci setiap satu bulan sekali. Pencucian lantai TPI dilakukan setiap hari
pada saat sebelum dan sesudah proses penjualanpemasaran namun tidak menggunakan desinfektan, pencucian lantai TPI hanya menggunakan air laut saja.
Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan dilakukan langsung di lapangan secara visual, namun tidak dilakukan pengambilan sampel oleh petugas
untuk diuji di laboratorium. Peralatan yang ada di TPI seperti trays, timbangan, trolly dan blong tidak disimpan di tempat khusus penyimpanan peralatan,
melainkan disimpan sembarangan di sudut-sudut TPI.
6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN
PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1
Dampak Sanitasi dari Aktivitas di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dan Upaya Pengelolaannya
Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta meliputi aktivitas pengangkutan ikan dari
dermaga ke TPI; aktivitas penanganan ikan di TPI; aktivitas pengangkutan ikan dari TPI ke perusahaan, pengolah dan pedagang ikan; aktivitas pencucian
keranjang yang digunakan;serta aktivitas pembersihan lantai TPI setelah dan sebelum proses pelelangan.
Pada proses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, ikan dalam basket diangkut dengan menggunakan gerobak dorong atau trolly dari dermaga ke TPI.
Kondisi trolly yang digunakan tersebut dalam keadaan kotor dan berkarat, kotoran dan karat tersebut menempel pada basket yang berisi ikan dan mengakibatkan
hasil tangkapan yang diangkut menjadi kotor dan mutunya menurun. Kondisi jalan yang biasa dilalui untuk mengangkut ikan dari dermaga ke
TPI juga dalam keadaan kotor sehingga kotoran tersebut menempel pada roda ban trolly atau gerobak dan terbawa sampai ke TPI, sehingga dapat mengotori lantai
TPI. Kekotoran pada jalan tersebut terjadi karena banyaknya pelaku aktivitasdi TPI yang melewati jalan tersebut tanpa memperhatikan kebersihan, misalnya para
pelaku yang sebelumnya beraktivitas di luar TPI dengan sandal atau sepatunya masuk ke TPI melalui jalan tersebut sehingga menimbulkan kekotoran di lantai
TPI. Berdasarkan kondisi tersebut, sebaiknya di sepanjang jalur pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI dibangun jalan khusus untuk mengangkut ikan dimana
hanya para pelaku pengangkutan ikan yang boleh melewati jalan tersebut. Selain itu, perlu ditetapkan peraturan agar pihak yang tidak berkepentingan dilarang
melewati jalur tersebut, serta para pelaku aktivitas pengangkutan yang menggunakan jalur tersebut harus tetap menjaga kebersihan. Hal ini bertujuan
agar sanitasi dan kebersihan di tempat pelelangan ikan tetap terjaga dan mutu ikan dapat dipertahankan.
Keranjang yang berisi ikan diletakkan secara kasar saat akan ditimbang, setelah ditimbang keranjang yang berisi ikan diseret agak kasar dengan
menggunakan pengait untuk dipasarkan, sehingga ikan menjadi rusak dan banyak lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang berceceran di lantai TPI. Hal tersebut
mengakibatkan lantai manjadi kotor, licin dan bau amis. Limbah ikan seperti lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang tercecer di sekitar keranjang ikan,
mengakibatkan timbulnya bakteri yang juga dapat mencemari ikan. Ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI dapat mempercepat proses pembusukan
ikan. Limbah ikan ini dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga ada sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan yang
tercecer. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, sebaiknya pihak pengelola TPI
memberi penyuluhan mengenai penanganan ikan yang baik terkait dengan sanitasi di TPI, menerapkan peraturan yang ketat mengenai cara penanganan ikan, disertai
dengan pengawasan dan penerapan sangsi bagi yang melanggar. Sesuai dengan Food Sanitation Law dan Peraturan Pemerintah Metropolitan Tokyo, Wholesale
Market Sanitation Inspection Station melakukan supervisi, menyediakan pedoman penanganan dan penyuluhan sanitasi juga diberikan kepada semua pihak yang
terlibat di pasar. Peran sanitasi lingkungan sangat penting untuk mendukung keamanan hasil tangkapan. Setelah lelang berlangsung atau pasar tutup, semua
tempat dan peralatan dibersihkan sesuai dengan standar sanitasi yang berlaku di Tokyo.
Ikan-ikan yang sudah busukrusak tetap masuk ke TPI untuk dipasarkan, sehingga mengakibatkan lantai kotor karena lendirmuccus, darah ikan dan
potongan tubuh ikan. Seharusnya ikan-ikan yang sudah busukrusak tidak masuk ke TPI, di Prancis ikan yang tidak layak konsumsi tidak boleh didaratkan di
pelabuhan perikanan atau langsung masuk ke pabrik pakan ikan Lubis, et.al. 2010. Negara Uni Eropa, berdasarkan EU Regulation NO. 8532004 tentang
Spesific hygiene rules for food and animal origin dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.01MEN2007 tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan bahwa kapal hasil tangkapanyang akan dijadikan bahan baku produk perikanan yang akan diekspor harus memenuhi
persyaratan sanitasi dan hygiene dan wajib terdaftarteregistrasi Lubis dan Pane, 2010.
Sama halnya denganproses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, maka pengangkutan ikan dari TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang dan
atau pengolah ikan, keranjang yang berisi ikan diseret dengan menggunakan pengait sebelum kemudian diangkut. Hal ini mengakibatkan ceceran lendir dan
darah ikan menyebar ke berbagai tempat di lantai TPI. Ikan yang selesai dijual kemudian diseret dengan menggunakan pengait ke luar TPI.
Pada proses pengangkutan tersebut, baskettrays yang berisi ikan kemudian diangkut dengan menggunakan pick up untuk didisribusikan ke perusahaan,
pedagang, dan atau pengolah ikan. Sarana angkutan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan tersebut terlihat dalam keadaan terbuka
sehingga hasil tangkapan terkena cahaya matahari secara langsung. Sarana angkutan yang digunakan tidak tertutup dengan baik, sehingga ikan
terkena cahaya matahari dan mudah mengalami pembusukan. Sarana yang digunakan untuk mengangkut ikan hendaknya tertutup untuk melindungi ikan dari
cahaya matahari dan memperlambat proses pembusukan ikan agar mutu ikan tetap terjaga. Lubis, et al. 2010, mengatakan bahwa salah satu upaya penanganan hasil
tangkapan yang perlu dilakukan oleh PPS Nizam Zachman Jakarta adalah melakukan pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana
transportasi harus berpendingin truck berpendingin, dalam kondisi bebas dari kontaminasi, dalam kondisi baik dan aman, tidak rusak atau bermasalah, serta
terlindung dari sinar matahari secara langsung. Menurut Pane, 2008 bahwa salah satu kegiatan mempertahankan mutu ikan yang penting di pelabuhan perikanan
adalah pemindahan ikan yang tidak mengakibatkan rusaknya mutu: dari kapal ke dermaga dan dari dermaga ke TPI sampai saat sebelum didistribusikan. Pada
proses pemindahan tersebut penting penggunaan es dan basket yang bersih. Keranjang yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tidak dicuci
secara rutin setiap selesai pemasaranpenjualan ikan atau setiap selesai digunakan, melainkan keranjang yang sudah digunakan disimpan dalam keadaan kotor yang
berakibat adanya lendir dan darah ikan yang mengering di sela-sela keranjang. Penggunaan keranjang ikan selama proses pembongkaran, pengangkutan, dan
penjualan ikan perlu diperhatikan kebersihannya. Keranjang ikan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menimbulkan sisa darah dan lendir yang mengering
pada keranjang. Hal ini menimbulkan bakteri dan mikroorganisme masih tersisa dalam keranjang dan dapat mempercepat proses pembusukan pada ikan. Lantai
TPI selalu dibersihkan setiap pagi oleh petugas kebersihan setiap selesai lelang dengan menggunakan air kolam pelabuhan tanpa menggunakan desinfektan.
Lantai yang sudah dibersihkan masih tercium bau amis ikan dan kadang masih licin. Lantai TPI hendaknya dibersihkan dengan menggunakan air bersih
dan desinfektan agar tidak menimbulkan bau dan tidak licin. Sesuai dengan ketentuan Uni Eropa tentang penerapan standardisasi mutu di pelabuhan
perikanan Direktrorat Standardisasi dan Akreditasi DKP, 2005 vide Mahyuddin, 2007, bahwa lantai TPI harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam
dengan menggunakan air bersih dan harus diberi disinfektan. Pembersihan
tersebut harus dilakukan secara teratur baik sebelum maupun sesudah pelelangan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, dampak dari kurang baiknya kondisi sanitasi dan kebersihan akibat aktivitas yang berlangsung di
tempat pelelangan ikan, diduga dapat mempengaruhi lingkungan, kesehatan, mutu dan harga ikan. Dampak sanitasi yang tidak ditangani dengan baik di TPI PPS
Nizam Zachman Jakarta adalah menimbulkan bau yang tidak sedap, mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas, dan mengurangi nilai estetikakeindahan.
Potongan tubuh ikan yang tercecer mengakibatkan datangnya binatang dan serangga seperti kucing, tikus, dan lalat ke lokasi tempat pelelangan ikan.
Kehadiran binatang-binatang
tersebut dapat
mengganggu kenyamanan
beraktivitas dan dapat mencemari ikan yang akan dijual jika terjadi kontak secara langsung. Hal ini dapat mengakibatkan masuknya bakteri melalui binatang dan
serangga tersebut sehingga mempercepat proses pembusukan ikan selanjutnya kualitas ikan menurun. Selain itu, ikan yang mutunya buruk apabila dikonsumsi
akan mempengaruhi kesehatan tubuh konsumen. Oleh karena itu, sanitasi di tempat pelelangan ikan sangatlah penting untuk dijaga dan dipelihara dengan
baik.
Tabel 12 Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di TPI PPSNZJ dan upaya pengelolaannya
No Aktivitas
Proses Dampak yang
ditimbulkan terkait sanitasi
Upaya pengelolaan
1 Pengangkutan
ikan dari dermaga ke
TPI Ikan dalam
basket diangkut
dengan menggunakan
gerobak dorong atau
trolly dari dermaga ke
TPI Kondisi jalan dari
dermaga ke TPI menjadi kotor
sehingga kotoran tersebut menempel
pada roda trolly atau gerobak dan
terbawa sampai ke TPI
Dibangun jalan khusus dari
dermaga ke TPI untuk
mengangkut ikan
2 Penanganan
ikan di TPI Ikan dalam
keranjang yang sudah sampai
ke TPI ditimbang
terlebih dahulu dengan cara
meletakkan secara kasar,
kemudian di letakkan di
lantai TPI dengan cara
diseret untuk kemudian
dijual
Ikan menjadi rusak dan banyak lendir
ikan yang tercecer Para pelaku
pemasaran ikan diberi penyuluhan
mengenai penanganan ikan
yang baik terkait dengan sanitasi,
diterapkan peraturan yang
ketat mengenai cara penenganan
ikan, disertai dengan
pengawasan dan penerapan sangsi
bagi yang melanggar
3 Pengangkutan
ikan dari TPI ke
perusahaan dan pedagang
Ikan yang selesai
dipasarkan kemudian
diseret dengan menggunakan
pengait ke luar TPI, ikan
diangkut dengan
menggunakan sarana angkut
yang tidak tertutup
dengan baik
Ikan terkena cahaya matahari
dan mudah mengalami
pembusukan Sarana yang
digunakan untuk mengangkut ikan
hendaknya tertutup untuk
melindungi ikan dari cahaya
matahari dan memperlambat
proses pembusukan ikan
No Aktivitas
Proses Dampak yang
ditimbulkan terkait sanitasi
Upaya pengelolaan
4 Pencucian
keranjang Keranjang ikan
tidak dicuci secara rutin
setiap selesai proses
pemasaran ikan
Keranjang menjadi kotor akibat dari
lendir dan darah ikan yang
mengering di sela- sela keranjang,
sehingga ikan terkontaminasi
bakteri dari keranjang tersebut
Keranjang dicuci setiap kali selesai
lelang dengan menggunakan air
bersih dan diberi desinfektan
5 Pembersihan
lantai TPI setelah proses
pemasaran Lantai TPI
selalu di bersihkan
setiap pagi dan setiap selesai
proses pemasaran
ikan dengan menggunakan
air kolam pelabuhan
tanpa menggunakan
desinfektan
Lantai yang sudah dibersihkan masih
tercium bau amis ikan dan kadang
masih licin Lantai TPI
hendaknya dibersihkan
dengan menggunakan air
bersih dan desinfektan agar
tidak menimbulkan bau
dan tidak licin
Sanitasi di tempat pelelangan ikan dapat diduga mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya. Demikian pula kualitas lingkungan diduga akan
berpengaruh terhadap kesehatan orang-orang yang berada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sanitasi di TPI adalah penting, tidak
hanya bagi mutu ikan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tetapi juga bagi para pelaku yang ada di dan sekitar TPI.