Pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta

3 Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; 4 Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan; 5 Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemesanan hasil perikanan; 6 Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan, pemasaran, dan mutu hasil perikanan; 7 Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik perikanan; 8 Pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi hasil riset; 9 Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari; 10 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman Jakarta sangat diperlukan keberadaannya dalam hal pengelolaan pelabuhan perikanan termasuk dalam hal pengelolaan sanitasi di pelabuhan perikanan yang dilakukan guna mendukung pembangunan pelabuhan perikanan yang efektif dan efisien. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu fungsi yang dijalankan oleh UPT PPS Nizam Zachman Jakarta adalah ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan serta pelaksanaan pengawasan mutu hasil perikanan. Dalam mendukung pengelolaan pelabuhan perikanan, prasarana perikanan dibangun untuk mendukung kegiatan usaha perikanan, sehingga dapat dilakukan usaha perikanan pada skala ekonomi yang efisien. Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 5. PPS Nizam Zachman Jakarta dikepalai oleh seorang kepala pelabuhan perikanan. Terdapat tiga bagian utama yang membantu kepala pelabuhan perikanan yaitu bagian tata usaha, tata operasional, dan bidang pengembangan. Bagian tata usaha membawahi sub bagian keuangan dan sub bagian umum dimana tugas masing-masing sub bagian yaitu menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan dan mengelola administrasi kepegawaian serta pelayana masyarakat perikanan PPSNZJ, 2010. Bidang pengembangan membawahi seksi sarana dan seksi tata pelayanan. Seksi sarana mempunyai tugas melakukan segala hal yang berkaitan dengan sarana dan prasarana seperti melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian pendayagunaan sarana dan prasarana. Lain halnya dengan seksi sarana, seksi pelayanan memiliki tugas melakukan koordinasi peningkatan produksi, pelayanan jasa, fasilitas usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari serta pemberdayaan masyarakat perikanan. Selanjutnya bidang tata operasional memiliki tugas pokok melaksanakan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbadaran serta pengelolaan sistem informasi dan pemasaran hasil tangkapan. Maka dari itu bidang ini membawahi seksi kesyahbandran perikanan dan seksi pemasaran dan informasi. Sumber: PPSNZJ, 2011 Gambar 5 Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta. Kepala UPT Bagian Tata Usaha Bidang Pengembangan Sub Bagian Umum Sub Bagian Keuagan Bidang Tata Operasional Seksi Sarana Seksi Tata Pelayanan Seksi Kesyahbandara Seksi Pemasaran dan Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Selain tiga bidang yang telah disebutkan diatas, terdapat kelompok jabatan fungsional yang dibawahi oleh kepala pelabuhan perikanan. Tugas pokok kelompok tersebut yaitu melaksanakan kegiatan kehumasan. Setiap bidang yang telah disebutkan diatas masing-masing bertanggung jawab kepada setiap seksi yang berada di bawahnya untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Setiap tugas yang diperoleh langsung dikoordinasikan ke setiap anggota untuk dijalankan oleh masing-masing seksi. Koordinasi dari tiap-tiap bidang sangat penting dilakukan agar setiap tugas yang diberikan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya bidang pengembangan mutu hasil perikanan yang berkoordinasi dengan pihak pengelola TPI dalam hal mengawasi dan mengelola sanitasi di tempat pelelangan ikan. 5 Perum Prasarana PPS Nizam Zachman Cabang Jakarta Perum Prasarana Perikanan Samudera didirikan berdasarskan PP No. 2 Tahun 1990 dan selanjutnya disempurnakan dengan PP No. 23 Tahun 2000. Misi perusahaan sebagai pelayanan umum dalam bidang sarana penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Perum Prasarana PPS Nizam Zachman memiliki kantor pusat di PPS Nizam Zachman Jakarta Muara Baru. Perum ini membawahi sembilan cabang lainnya seperti PPS Jakarta, PPN Pekalongan, PPS Belawan, PPN Berondong, PPP Pemangkat, PPP Tarakan, PPI Prigi dan PPP Banjarmasin. Perum ini merupakan suatu usaha yang bersifat menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum sekaligus mencari keuntungan. Adapun tujuan Perum Prasarana ini adalah PPPS, 2001: 1 Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan; 2 Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan; 3 Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan 4 Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan. Keberadaan Perum Prasarana Perikanan Samudera ini sangat diperlukan bagi keberlangsungan kegiatan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta, misalnya sebagai pelayanan terhadap industri penangkapan ikan akan kebutuhan perbekalan melaut dan kebutuhan terhadap perbaikan kapal. Selain itu, pengelolaan terhadap industri pengolahan juga dilakukan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti sewa lahan dan sewa bangunan. Hal yang tidak kalah penting adalah tujuan yang ke dua dari Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan. Tentu saja kondisi pelabuhan perikanan harus dalam keadaan terjaga sanitasinya agar wiraswasta perikanan tertarik mengembangkan usahanya serta mutu ikan tetap terjaga pada saat proses pemasaran hasil perikanan. Kemudian dikatakan bahwa Perum PPS cabang Jakarta ini bertanggung jawab untuk mengelola beberapa fasilitas komersial di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Beberapa fasilitas tersebut yaitu cold storage, tanah industri, fasilitas tambat labuh, telepon umum, listrik, fasilitas penyediaan air, bengkel kapal dan dock. Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan adalah Perum Prasarana Perikanan Samudera, 2001: 1 Meningkatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menangkap peluang usaha baru; 2 Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan beberapa sarana pendukung yang memungkinkan terselenggaranya pelayanan secara baik dan lancar. Kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut; 3 Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru diluar usaha pokok perusahaan; 4 Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan mengusulkan untuk dikelola perusahaan; 5 Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan memanfaatkan peluang usaha baru yang menguntungkan; 6 Meningkatkan struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa perjalanan jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan; dan 7 Mengupayakan terwujudnya tambahan Pernyataan Modal Pemerintah PMP dalam mendukung pengembangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki sifat menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan perusahaan ini harus diperkokoh oleh pelaksana dengan struktur pekerjaan yang jelas. Struktur pelaksana tersebut dapat digambarkan dalam bagan struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti pada Gambar 6. Perum Prasarana Perikanan Samudera memiliki beberapa cabang seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dari sembilan cabang tersebut, hanya terdapat satu cabang yang digolongkan pada kelas A, yaitu cabang yang dikhususkan pada cabang Jakarta. Selanjutnya kepala cabang kelas A ini membawahi empat divisi seperti divisi keuangan, SDM dan umum, divisi teknik, divisi pemasaran dan pengembangan usaha serta divisi perdagangan. Divisi keuangan, SDM dan umum bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan penganggaran, perpajakan, pembuatan data statistik, usaha dan terbagi lagi menjadi empat sub divisi diantaranya sub divisi Perbendaharaan, Penganggaran dan Perpajakan, sub divisi Akuntansi dan Statistik, sub divisi Usaha, SDM dan Humas, serta sub divisi Rumah Tangga dan Keamanan. Dua divisi selanjutnya bergerak pada bidang yang serupa namun secara teknis berbeda. Divisi pemasaran dan pengembangan usaha serta divisi teknik sama-sama mengurusi tambat labuh, dok, bengkel, dan perbekalan, es dan cold storage, serta bangunan dan tata ruang. Perbedaan kedua divisi tersebut terletak pada pelaksanaannya. Divisi teknik menyiapkan hal-hal secara teknis seperti pemasangan instalasi, kabel-kabel maupun jaringan sedangkan divisi pemasaran dan pengembangan usaha menjadi perantara antara pihak Perum dengan penerima pelayanan. Perbedaan berikutnya terletak pada layanan yang berbeda pula, ditambahkan instalansi air, listrik, dan telepon pada divisi teknik sedangkan pada divisi pemasaran dan pengembangan usaha ditambahkan pelayanan penyewaan lapak di Pusat Pemasaran Ikan PPI dan pengurusan Tempat Pelelangan Ikan TPI. Divisi terakhir yaitu divisi perdagangan yang mengurusi hal-hal yang terkait dengan jual beli atau pembayaran pelayanan terhadap konsumen. Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera, 2010 Gambar 6 Bagan struktur organisasi Perum Prasarana PPS Nizam Zachman Jakartatahun 2010 Div. Keuangan, SDM Divisi Teknik Sub. Div. Perbendaharaan, Penganggaran danPerpajakan Sub. Div. Instalansi Listrik, air, dan Sub. Div. Akuntansi dan Statistik Div. Pemasaran dan Pengembangan Sub. Divisi Pabrik es dan Cold Storage Sub. Div. Usaha, SDM dan Humas Sub. Div. Es dan Cold Storage Divisi Perdagangan Sub. Div. Dermaga, Dok, dan Bengkel Sub. Div. Bangunan dan Tata ruang Sub. Div. Rumah Tangga dan Keamanan Sub. Div. Ruang, Bangunan dan Tata Sub. Div. PPI dan TPI Sub. Div. Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Kepala Cabang Kelas A 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi baik buruknya kondisi sanitasi dan higienitas di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti, disebabkan oleh adanya beberapa aktivitas, seperti pengangkutan ikan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan TPI, pelelangan ikan dan pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan. Faktor-faktor yang diduga berpotensi mempengaruhi sanitasi tempat pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 11 Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sanitasi di TPI Aktivitas di TPI Faktor yang berpotensi mempengaruhi sanitasi 1 Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI 2 Pelelangan ikan 3 Pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan a. Cara pengangkutan yang belum benar; b. Kesadaran para kuli angkut yang masih rendah dalam menjaga sanitasi; c. Pengangkatan ikan pada saat sebelum dan sesudah ditimbang. a. Cara penempatan ikan yang tidak benar; b. Banyaknya orang yang membuang sampah di lantai TPI; c. Banyak orang yang meludah sembarangan; d. Jumlah hasil tangkapan yang dijual; e. Pemindahan ikan setelah pelelangan selesai; f. Frekuensi pencucian keranjang belum teratur; g. Keranjang yang digunakan rusak dan belum diperbaiki; h. Kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang sanitasi masih rendah. a. Cara pendistribusian yang belum benar b. Kesadaran pihak pelaku pendistribusian yang rendah: pedagang angkutan, usaha angkutan Sumber: Data primer penelitian, 2011 Pada proses pengangkutanikan dari TPI ke dermaga yang tidak benar, mengakibatkan ikan mudah rusak dan menurun kualitasnya. Keranjang ikan dipindahkan dari atas gerobak dorong atau trolly dengan sedikit bantingan. Bantingan ini menyebabkan ikan-ikan berjatuhan, terutama dari keranjang- keranjang yang terisi penuh. Setelah itu keranjang ikan diatur di lantai TPI, dengan cara diseret menggunakan pengait oleh para pekerja dan kuli angkut. Cara ini dapat mengakibatkan rusaknya keranjang dan juga dapat merusak ikan di dalamnya karena saling berbenturan Gambar 7. Gambar 7 Penarikan keranjang yang berisi ikan dengan cara diseret di lantai TPI PPSNZJ tahun 2011. Menurut Departemen Pertanian 1997 vide Rusmali 2007, wadah yang berisi ikan saat dipindahkan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai. Sebaliknya yang terlihat di PPS Nizam Zachman Jakarta pemindahan ikan di lantai TPI masih diseret. Penarikan keranjang ikan menghasilkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan yang tercecer. Limbah ikan dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan tercecer. Darah dan lendir ikan yang tercecer juga terjadi karena selama ikan berada di TPI tidak dilakukan pencucian. Pencucian hanya dilakukan pada saat ikan didaratkan dari kapal dan air yang digunakan untuk mencuci ikan diambil dari kolam pelabuhan yang kotor, padahal sudah dipasang peraturan untuk tidak mencuci ikan dengan air yang kotor. Namun, tetap saja ada beberapa pelaku aktivitas yang melakukan pelanggaran. Sebelum pelelangan dimulai, para peserta lelang bebas keluar masuk TPI dengan alasan ingin melihat-lihat terlebih dahulu ikan yang ingin dibeli. Saat mereka masuk dan melihat-lihat di dalam gedung TPI tidak jarang ada yang meludah dan membuang puntung rokok sembarangan di lantai TPI. Peraturan tentang larangan merokok dan meludah sembarangan tidak ditempel dengan alasan bahwa dulu sudah ditempel dengan baik, namun masih banyak pengguna maupun pengunjung yang tidak menghiraukan. Tidak adanya peraturan dan pengawasan yang baik tentang hal ini menyebabkan pelanggaran tersebut masih saja terus berulang setiap kali proses pelelangan berlangsung. Saat pelelangan berlangsung, juru lelang akan berkeliling dekat dengan keranjang ikan yang akan dijual. Pengurus kapal yang mengawasi proses pelelangan berdiri di atas keranjang ikan yang akan dijual. Tidak jarang ada ikan- ikan yang ikut terinjak saat pengurus kapal tersebut berpindah dari satu keranjang ke keranjang yang lain. Begitu juga dengan para peserta lelang lainnya seperti pedagang dan pengolah ikan yang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan Gambar 8 Gambar 8 Peserta lelang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan di TPI PPSNZJ tahun 2011 Berbagai permasalahanyang timbul berkaitan dengan peningkatan jumlah pengunjung di pasar pelelangan ikan Tsukiji antara lain masalah pengelolaan sanitasi seperti masalah pengendalian suhu yang disebabkan oleh masuk dan keluarnya sejumlah besar orang yang tidak berwenang, dan permasalahan dengan pengunjung yang menghambat aktivitas pelelangan ikan, terutama pada kegiatan lelang yang diselenggarakan pagi hari di kawasan tuna grosir. Berdasarkan alasan ini, pengunjung yang tidak berkepentingan di pasar Tsukiji saat ini tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tuna grosir. Pengunjung yang berkepentingan di pasar Tsukiji diperbolehkan masuk dengan syarat diminta untuk sangat berhati-hati dan waspada saat mereka melakukan kunjungan ke pasar Tsukiji. Hal ini bertujuan untuk mencegah segala jenis hambatan dalam kegiatan perdagangan dan untuk menjamin keamanan pangan bagi konsuumen. Keranjang-keranjang ikan yang telah dijual akan dipisahkan ke tempat masing-masing, sesuai kesepakatan antara kuli angkut dengan pemenang lelang. Pemindahan keranjang dilakukan dengan cara diseret kembali. Setelah itu, ikan- ikan dalam keranjang yang berada di TPI dipindahkan ke dalam keranjang- keranjang lain yang dibawa oleh masing-masing pemenang lelang. Saat ikan-ikan dipindahkan, banyak ikan yang berjatuhan karena kecerobohan kuli angkut yang terburu-buru. Ukuran keranjang TPI dan keranjang pemenang tidak selalu sama dimana keranjang pemenang lelang ada yang ukurannya lebih kecil dari ukuran keranjang TPI. Oleh karena itu, pada saat keranjang ikan sudah penuh maka kuli angkut akan meratakannya dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukan bahwa penanganan ikan yang dilakukan masih kurang baik. Frekuensi pencucian keranjangsetelah proses penjualan ikan berlangsung tidak dilakukan secara rutin. Keranjang ikan yang digunakan hanya dicuci sekitar satu bulan sekali menggunakan air bersih saja tanpa menggunakan desinfektan sehingga masih ada sisa-sisa lendir dan darah ikan yang menempel pada keranjang ikan. Keranjangtrays yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan juga dalam kondisi rusak dan belum diperbaiki. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang pentingnya sanitasi dan higienitas dalam penanganan hasil tangkapan. Persiapan ikan sebelum didistribusikan juga masih kurang baik. Hal ini terlihat pada saat ikan menunggu untuk diangkut dari TPI ke perusahaan atau pedagang, ikan tidak ditutup dan tidak diberikan es untuk tetap mempertahankan mutu ikan Gambar 9. Kondisi ini dapat mempercepat kemunduran mutu ikan dan mempercepat proses pembusukan ikan. Meskipun jarak dari TPI ke perusahaan atau pedagang pasar grosir atau pasar pengecer ikan jaraknya tidak terlalu jauh, keranjang ikan seharusnya ditutup dan diberi es agar kualitas ikan tetap terjaga. Gambar 9 Pengangkutan dari TPI ke perusahaan, pedagang dan atau ke pengolah ikan tanpa menggunakan es dan penutup di PPSNZJ tahun 2011. Menurut Junianto 2003 vide Lubis et al., 2009, bahwa salah satu ketentuan penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan menuju hinterland adalah penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat, agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan. Selanjutnya menurut Clucas dan Ward 1996 vide Lubis et al 2009, bahwa hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke hinterland: pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin; penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat; memperkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan; menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Pada saat pelelangan berlangsung masih terdapat beberapa kekurangan mengenai kebersihan dari para pelaku lelang seperti membuang sampah sembarangan di lantai TPI, sehingga pada saat pengamatan masih terlihat adanya sampah di lantai TPI seperti puntung rokok dan sampah plastik. Selain itu, pada saat pelelangan ikan berlangsung masih terdapat ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI, potongan-potongan ikan yang berceceran, asap rokok yang mengepul dalam ruangan dan orang-orang yang meludah sembarangan di dalam ruangan. Saat proses pelelangan berlangsung, kerap kali para pelaku lelang duduk di atas keranjang trays yang berisi ikan dan meletakkan kakinya pada keranjang yang sudah berisi ikan, sehingga terjadi perpindahan kotoran dari sendal pelaku lelang ke keranjang ikan Gambar 10. Gambar 10 Para pelaku lelang duduk dan meletakkan kaki diatas keranjangtrays di TPI PPSNZJ tahun 2011. Dalam penerapan SSOP di pelabuhan perikanan, orang yang tidak berkepentingan, seharusnya dilarang masuk ke TPI. Selain itu, sebelum masuk ke TPI diharuskan mencuci tangan dan kaki sepatu ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine. Alangkah lebih baiknya, apabila orang-orang yang masuk ke TPI mengganti sepatunya dengan sepatu boot khusus yang disediakan oleh pihak TPI, untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri yang terdapat pada sepatu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas ikan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan penyakit Menai, 2007.

5.2 Kondisi Fisik dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan PPS Nizam

Zachman Jakarta Kondisi tempat pelelangan ikan TPI di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan kurang higienis. Hal ini menjadi salah satu kendala mengingat peran TPI sebagai sarana awal dalam menjaga kualitas ikan yang didaratkan di pelabuhan. Berdasarkan data statistik tahunan PPSNZJ, ikan yang dibongkar di TPI terdiri dari 40 bermutu jelek, 24 bermutu sedang dan 36 bermutu baik. Rendahnya mutu ikan di TPI disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti penanganan ikan di atas kapal yang kurang baik karena pemilik atau anak buah kapal ABK lebih mengutamakan kuantitas dibadingkan dengan kualitas; bangunan TPI secara teknis sudah tidak layak lagi sekitar 29 tahun, lantai bangunan tidak rata dan pecah-pecah, sedangkan atapnya sudah banyak yang bocor; serta fasilitas yang terdapat di TPI seperti timbangan, trays dan lantai TPI dinilai kurang bersih dan higienis PPSNZJ, 2008.

5.2.1 Kondisi fisik tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta

Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01MEN2007 DKP, 2007, tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, terdapat beberapa persyaratan tempat pelelangan ikan TPI. Persyaratan untuk kondisi fisik dan fasilitas tempat pelelangan ikan yang baik adalah: tempat pelelangan ikan harus terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan; mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene; dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai; mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan; dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas; mempunyai fasilitas pasokan air tawar dan atau air laut bersih yang cukup; mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan; harus mempunyai ruang pendingin yang dapat dikunci untuk menyimpan produk perikanan dan mempunyai fasilitas wadah untuk produk yang tidak layak konsumsi pada tempat yang diberi tanda;serta mempunyai tempat khusus untuk unit pengendalian keamanan hasil perikanan.