Pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta
3 Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; 4
Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan; 5
Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemesanan hasil perikanan;
6 Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan, pemasaran,
dan mutu hasil perikanan; 7
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik perikanan; 8
Pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi hasil riset; 9
Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari; 10
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman Jakarta sangat diperlukan
keberadaannya dalam hal pengelolaan pelabuhan perikanan termasuk dalam hal pengelolaan sanitasi di pelabuhan perikanan yang dilakukan guna mendukung
pembangunan pelabuhan perikanan yang efektif dan efisien. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu fungsi yang dijalankan oleh UPT PPS Nizam
Zachman Jakarta adalah ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan serta pelaksanaan pengawasan mutu hasil perikanan. Dalam
mendukung pengelolaan pelabuhan perikanan, prasarana perikanan dibangun untuk mendukung kegiatan usaha perikanan, sehingga dapat dilakukan usaha
perikanan pada skala ekonomi yang efisien. Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 5.
PPS Nizam Zachman Jakarta dikepalai oleh seorang kepala pelabuhan perikanan. Terdapat tiga bagian utama yang membantu kepala pelabuhan
perikanan yaitu bagian tata usaha, tata operasional, dan bidang pengembangan. Bagian tata usaha membawahi sub bagian keuangan dan sub bagian umum
dimana tugas masing-masing sub bagian yaitu menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan dan mengelola administrasi
kepegawaian serta pelayana masyarakat perikanan PPSNZJ, 2010. Bidang pengembangan membawahi seksi sarana dan seksi tata pelayanan.
Seksi sarana mempunyai tugas melakukan segala hal yang berkaitan dengan sarana dan prasarana seperti melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana
pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian pendayagunaan sarana dan prasarana. Lain halnya dengan seksi
sarana, seksi pelayanan memiliki tugas melakukan koordinasi peningkatan produksi, pelayanan jasa, fasilitas usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata
bahari serta pemberdayaan masyarakat perikanan. Selanjutnya bidang tata operasional memiliki tugas pokok melaksanakan pelayanan teknis kapal perikanan
dan kesyahbadaran serta pengelolaan sistem informasi dan pemasaran hasil tangkapan. Maka dari itu bidang ini membawahi seksi kesyahbandran perikanan
dan seksi pemasaran dan informasi.
Sumber: PPSNZJ, 2011 Gambar 5 Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta.
Kepala UPT
Bagian Tata Usaha
Bidang Pengembangan Sub Bagian Umum
Sub Bagian Keuagan
Bidang Tata Operasional
Seksi Sarana
Seksi Tata Pelayanan
Seksi Kesyahbandara
Seksi Pemasaran dan Informasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Selain tiga bidang yang telah disebutkan diatas, terdapat kelompok jabatan fungsional yang dibawahi oleh kepala pelabuhan perikanan. Tugas pokok
kelompok tersebut yaitu melaksanakan kegiatan kehumasan. Setiap bidang yang telah disebutkan diatas masing-masing bertanggung
jawab kepada setiap seksi yang berada di bawahnya untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Setiap tugas yang diperoleh langsung dikoordinasikan ke setiap
anggota untuk dijalankan oleh masing-masing seksi. Koordinasi dari tiap-tiap bidang sangat penting dilakukan agar setiap tugas yang diberikan berjalan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya bidang pengembangan mutu hasil perikanan yang berkoordinasi dengan pihak pengelola TPI dalam hal mengawasi
dan mengelola sanitasi di tempat pelelangan ikan.
5 Perum Prasarana PPS Nizam Zachman Cabang Jakarta
Perum Prasarana Perikanan Samudera didirikan berdasarskan PP No. 2 Tahun 1990 dan selanjutnya disempurnakan dengan PP No. 23 Tahun 2000. Misi
perusahaan sebagai pelayanan umum dalam bidang sarana penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Perum Prasarana PPS Nizam Zachman
memiliki kantor pusat di PPS Nizam Zachman Jakarta Muara Baru. Perum ini membawahi sembilan cabang lainnya seperti PPS Jakarta, PPN Pekalongan, PPS
Belawan, PPN Berondong, PPP Pemangkat, PPP Tarakan, PPI Prigi dan PPP Banjarmasin. Perum ini merupakan suatu usaha yang bersifat menyediakan
pelayanan bagi kepentingan umum sekaligus mencari keuntungan. Adapun tujuan Perum Prasarana ini adalah PPPS, 2001:
1 Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan; 2
Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan;
3 Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan
dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan 4
Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.
Keberadaan Perum Prasarana Perikanan Samudera ini sangat diperlukan bagi keberlangsungan kegiatan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta,
misalnya sebagai pelayanan terhadap industri penangkapan ikan akan kebutuhan perbekalan melaut dan kebutuhan terhadap perbaikan kapal. Selain itu,
pengelolaan terhadap industri pengolahan juga dilakukan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti sewa lahan dan sewa bangunan. Hal yang tidak kalah
penting adalah tujuan yang ke dua dari Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha
industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan. Tentu saja kondisi pelabuhan perikanan harus dalam keadaan terjaga sanitasinya agar wiraswasta perikanan
tertarik mengembangkan usahanya serta mutu ikan tetap terjaga pada saat proses pemasaran hasil perikanan.
Kemudian dikatakan bahwa Perum PPS cabang Jakarta ini bertanggung jawab untuk mengelola beberapa fasilitas komersial di kawasan PPS Nizam
Zachman Jakarta. Beberapa fasilitas tersebut yaitu cold storage, tanah industri, fasilitas tambat labuh, telepon umum, listrik, fasilitas penyediaan air, bengkel
kapal dan dock. Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan
adalah Perum Prasarana Perikanan Samudera, 2001: 1
Meningkatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan
pelayanan dan menangkap peluang usaha baru; 2
Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan beberapa sarana pendukung yang memungkinkan terselenggaranya pelayanan secara baik
dan lancar. Kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut;
3 Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha
terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru diluar usaha pokok perusahaan;
4 Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan
mengusulkan untuk dikelola perusahaan;
5 Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi
kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan memanfaatkan peluang usaha baru yang menguntungkan;
6 Meningkatkan struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa
perjalanan jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan; dan
7 Mengupayakan terwujudnya tambahan Pernyataan Modal Pemerintah
PMP dalam mendukung pengembangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki sifat menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan perusahaan ini harus diperkokoh oleh pelaksana dengan struktur pekerjaan yang
jelas. Struktur pelaksana tersebut dapat digambarkan dalam bagan struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti pada Gambar 6.
Perum Prasarana Perikanan Samudera memiliki beberapa cabang seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dari sembilan cabang tersebut, hanya terdapat
satu cabang yang digolongkan pada kelas A, yaitu cabang yang dikhususkan pada cabang Jakarta. Selanjutnya kepala cabang kelas A ini membawahi empat divisi
seperti divisi keuangan, SDM dan umum, divisi teknik, divisi pemasaran dan pengembangan usaha serta divisi perdagangan.
Divisi keuangan, SDM dan umum bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan penganggaran, perpajakan, pembuatan data statistik, usaha dan
terbagi lagi menjadi empat sub divisi diantaranya sub divisi Perbendaharaan, Penganggaran dan Perpajakan, sub divisi Akuntansi dan Statistik, sub divisi
Usaha, SDM dan Humas, serta sub divisi Rumah Tangga dan Keamanan. Dua divisi selanjutnya bergerak pada bidang yang serupa namun secara
teknis berbeda. Divisi pemasaran dan pengembangan usaha serta divisi teknik sama-sama mengurusi tambat labuh, dok, bengkel, dan perbekalan, es dan cold
storage, serta bangunan dan tata ruang. Perbedaan kedua divisi tersebut terletak pada pelaksanaannya. Divisi teknik menyiapkan hal-hal secara teknis seperti
pemasangan instalasi, kabel-kabel maupun jaringan sedangkan divisi pemasaran dan pengembangan usaha menjadi perantara antara pihak Perum dengan penerima
pelayanan. Perbedaan berikutnya terletak pada layanan yang berbeda pula,
ditambahkan instalansi air, listrik, dan telepon pada divisi teknik sedangkan pada divisi pemasaran dan pengembangan usaha ditambahkan pelayanan penyewaan
lapak di Pusat Pemasaran Ikan PPI dan pengurusan Tempat Pelelangan Ikan TPI. Divisi terakhir yaitu divisi perdagangan yang mengurusi hal-hal yang
terkait dengan jual beli atau pembayaran pelayanan terhadap konsumen.
Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera, 2010 Gambar 6 Bagan struktur organisasi Perum Prasarana PPS Nizam Zachman
Jakartatahun 2010
Div. Keuangan, SDM
Divisi Teknik
Sub. Div. Perbendaharaan,
Penganggaran danPerpajakan
Sub. Div. Instalansi
Listrik, air, dan Sub. Div.
Akuntansi dan Statistik
Div. Pemasaran dan Pengembangan
Sub. Divisi Pabrik es dan
Cold Storage
Sub. Div. Usaha, SDM dan Humas
Sub. Div. Es dan Cold Storage
Divisi Perdagangan
Sub. Div. Dermaga, Dok,
dan Bengkel Sub. Div.
Bangunan dan Tata ruang
Sub. Div. Rumah Tangga dan
Keamanan Sub. Div. Ruang,
Bangunan dan Tata Sub. Div. PPI dan
TPI Sub. Div. Tambat
Labuh, Dok, Bengkel, dan
Kepala Cabang Kelas A
5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA
5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta
Faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi baik buruknya kondisi sanitasi dan higienitas di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta,
berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti, disebabkan oleh adanya beberapa aktivitas, seperti pengangkutan ikan dari dermaga ke tempat pelelangan
ikan TPI, pelelangan ikan dan pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan. Faktor-faktor yang diduga
berpotensi mempengaruhi sanitasi tempat pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 11 Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sanitasi di TPI Aktivitas di TPI
Faktor yang berpotensi mempengaruhi sanitasi 1
Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI
2 Pelelangan ikan
3
Pengangkutan ikan di TPI sebelum
didistribusikan ke perusahaan,
pedagang, dan pengolah ikan
a. Cara pengangkutan yang belum benar;
b. Kesadaran para kuli angkut yang masih rendah
dalam menjaga sanitasi; c.
Pengangkatan ikan pada saat sebelum dan sesudah ditimbang.
a. Cara penempatan ikan yang tidak benar;
b. Banyaknya orang yang membuang sampah di
lantai TPI; c.
Banyak orang yang meludah sembarangan; d.
Jumlah hasil tangkapan yang dijual; e.
Pemindahan ikan setelah pelelangan selesai; f.
Frekuensi pencucian keranjang belum teratur; g.
Keranjang yang digunakan rusak dan belum diperbaiki;
h. Kesadaran para pemenang lelang dan kuli
angkut tentang sanitasi masih rendah. a.
Cara pendistribusian yang belum benar b.
Kesadaran pihak pelaku pendistribusian yang rendah: pedagang angkutan, usaha angkutan
Sumber: Data primer penelitian, 2011
Pada proses pengangkutanikan dari TPI ke dermaga yang tidak benar, mengakibatkan ikan mudah rusak dan menurun kualitasnya. Keranjang ikan
dipindahkan dari atas gerobak dorong atau trolly dengan sedikit bantingan. Bantingan ini menyebabkan ikan-ikan berjatuhan, terutama dari keranjang-
keranjang yang terisi penuh. Setelah itu keranjang ikan diatur di lantai TPI, dengan cara diseret menggunakan pengait oleh para pekerja dan kuli angkut. Cara
ini dapat mengakibatkan rusaknya keranjang dan juga dapat merusak ikan di dalamnya karena saling berbenturan Gambar 7.
Gambar 7 Penarikan keranjang yang berisi ikan dengan cara diseret di lantai TPI PPSNZJ tahun 2011.
Menurut Departemen Pertanian 1997 vide Rusmali 2007, wadah yang berisi ikan saat dipindahkan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai.
Sebaliknya yang terlihat di PPS Nizam Zachman Jakarta pemindahan ikan di lantai TPI masih diseret.
Penarikan keranjang ikan menghasilkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan yang tercecer. Limbah ikan dihasilkan karena kerja buruh angkut
yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan tercecer. Darah dan lendir ikan yang tercecer juga terjadi karena selama ikan
berada di TPI tidak dilakukan pencucian. Pencucian hanya dilakukan pada saat ikan didaratkan dari kapal dan air yang digunakan untuk mencuci ikan diambil
dari kolam pelabuhan yang kotor, padahal sudah dipasang peraturan untuk tidak mencuci ikan dengan air yang kotor. Namun, tetap saja ada beberapa pelaku
aktivitas yang melakukan pelanggaran.
Sebelum pelelangan dimulai, para peserta lelang bebas keluar masuk TPI dengan alasan ingin melihat-lihat terlebih dahulu ikan yang ingin dibeli. Saat
mereka masuk dan melihat-lihat di dalam gedung TPI tidak jarang ada yang meludah dan membuang puntung rokok sembarangan di lantai TPI. Peraturan
tentang larangan merokok dan meludah sembarangan tidak ditempel dengan alasan bahwa dulu sudah ditempel dengan baik, namun masih banyak pengguna
maupun pengunjung yang tidak menghiraukan. Tidak adanya peraturan dan pengawasan yang baik tentang hal ini menyebabkan pelanggaran tersebut masih
saja terus berulang setiap kali proses pelelangan berlangsung. Saat pelelangan berlangsung, juru lelang akan berkeliling dekat dengan
keranjang ikan yang akan dijual. Pengurus kapal yang mengawasi proses pelelangan berdiri di atas keranjang ikan yang akan dijual. Tidak jarang ada ikan-
ikan yang ikut terinjak saat pengurus kapal tersebut berpindah dari satu keranjang ke keranjang yang lain. Begitu juga dengan para peserta lelang lainnya seperti
pedagang dan pengolah ikan yang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan Gambar 8
Gambar 8 Peserta lelang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan di TPI PPSNZJ tahun 2011
Berbagai permasalahanyang timbul berkaitan dengan peningkatan jumlah pengunjung di pasar pelelangan ikan Tsukiji antara lain masalah pengelolaan
sanitasi seperti masalah pengendalian suhu yang disebabkan oleh masuk dan keluarnya sejumlah besar orang yang tidak berwenang, dan permasalahan dengan
pengunjung yang menghambat aktivitas pelelangan ikan, terutama pada kegiatan lelang yang diselenggarakan pagi hari di kawasan tuna grosir. Berdasarkan alasan
ini, pengunjung yang tidak berkepentingan di pasar Tsukiji saat ini tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tuna grosir. Pengunjung yang berkepentingan di pasar
Tsukiji diperbolehkan masuk dengan syarat diminta untuk sangat berhati-hati dan waspada saat mereka melakukan kunjungan ke pasar Tsukiji. Hal ini bertujuan
untuk mencegah segala jenis hambatan dalam kegiatan perdagangan dan untuk menjamin keamanan pangan bagi konsuumen.
Keranjang-keranjang ikan yang telah dijual akan dipisahkan ke tempat masing-masing, sesuai kesepakatan antara kuli angkut dengan pemenang lelang.
Pemindahan keranjang dilakukan dengan cara diseret kembali. Setelah itu, ikan- ikan dalam keranjang yang berada di TPI dipindahkan ke dalam keranjang-
keranjang lain yang dibawa oleh masing-masing pemenang lelang. Saat ikan-ikan dipindahkan, banyak ikan yang berjatuhan karena kecerobohan kuli angkut yang
terburu-buru. Ukuran keranjang TPI dan keranjang pemenang tidak selalu sama dimana keranjang pemenang lelang ada yang ukurannya lebih kecil dari ukuran
keranjang TPI. Oleh karena itu, pada saat keranjang ikan sudah penuh maka kuli angkut akan meratakannya dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukan bahwa
penanganan ikan yang dilakukan masih kurang baik. Frekuensi pencucian keranjangsetelah proses penjualan ikan berlangsung
tidak dilakukan secara rutin. Keranjang ikan yang digunakan hanya dicuci sekitar satu bulan sekali menggunakan air bersih saja tanpa menggunakan desinfektan
sehingga masih ada sisa-sisa lendir dan darah ikan yang menempel pada keranjang ikan. Keranjangtrays yang digunakan untuk menyimpan hasil
tangkapan juga dalam kondisi rusak dan belum diperbaiki. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang
pentingnya sanitasi dan higienitas dalam penanganan hasil tangkapan. Persiapan ikan sebelum didistribusikan juga masih kurang baik. Hal ini
terlihat pada saat ikan menunggu untuk diangkut dari TPI ke perusahaan atau pedagang, ikan tidak ditutup dan tidak diberikan es untuk tetap mempertahankan
mutu ikan Gambar 9. Kondisi ini dapat mempercepat kemunduran mutu ikan dan mempercepat proses pembusukan ikan. Meskipun jarak dari TPI ke
perusahaan atau pedagang pasar grosir atau pasar pengecer ikan jaraknya tidak terlalu jauh, keranjang ikan seharusnya ditutup dan diberi es agar kualitas ikan
tetap terjaga.
Gambar 9 Pengangkutan dari TPI ke perusahaan, pedagang dan atau ke pengolah ikan tanpa menggunakan es dan penutup di PPSNZJ tahun 2011.
Menurut Junianto 2003 vide Lubis et al., 2009, bahwa salah satu ketentuan penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan menuju
hinterland adalah penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat, agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan. Selanjutnya menurut Clucas dan Ward 1996
vide Lubis et al 2009, bahwa hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke
hinterland: pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin; penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat; memperkecil sentuhan fisik secara
langsung dengan ikan; menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan.
Pada saat pelelangan berlangsung masih terdapat beberapa kekurangan mengenai kebersihan dari para pelaku lelang seperti membuang sampah
sembarangan di lantai TPI, sehingga pada saat pengamatan masih terlihat adanya sampah di lantai TPI seperti puntung rokok dan sampah plastik. Selain itu, pada
saat pelelangan ikan berlangsung masih terdapat ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI, potongan-potongan ikan yang berceceran, asap rokok
yang mengepul dalam ruangan dan orang-orang yang meludah sembarangan di dalam ruangan. Saat proses pelelangan berlangsung, kerap kali para pelaku lelang
duduk di atas keranjang trays yang berisi ikan dan meletakkan kakinya pada keranjang yang sudah berisi ikan, sehingga terjadi perpindahan kotoran dari
sendal pelaku lelang ke keranjang ikan Gambar 10.
Gambar 10 Para pelaku lelang duduk dan meletakkan kaki diatas keranjangtrays di TPI PPSNZJ tahun 2011.
Dalam penerapan SSOP di pelabuhan perikanan, orang yang tidak berkepentingan, seharusnya dilarang masuk ke TPI. Selain itu, sebelum masuk ke
TPI diharuskan mencuci tangan dan kaki sepatu ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine. Alangkah lebih baiknya, apabila orang-orang yang masuk
ke TPI mengganti sepatunya dengan sepatu boot khusus yang disediakan oleh pihak TPI, untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri yang terdapat pada
sepatu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas ikan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan penyakit Menai, 2007.