Ekstraksi Senyawa Aktif Ekstraksi dan identifikasi senyawa bioaktif lintah laut (Discodoris sp ) sebagai antioksidan
dipisahkan dengan ekstraksi dapat berupa padatan atau cairan. Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada beberapa faktor, yaitu tujuan yang ingin dicapai
dari ekstraksi, skala ekstraksi, sifat-sifat komponen yang akan diekstrak dan sifat-sifat pelarut yang digunakan. Ada beberapa metode umum ekstraksi yang
dapat dilakukan, yaitu ekstraksi dengan pelarut, distilasi, supercritical fluid extraction SFE, pengepresan mekanik dan sublimasi. Diantara metode-metode
yang telah diaplikasikan, metode yang banyak digunakan adalah distilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut Houghton dan Raman 1998.
Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada sumber bahan alam dan senyawa yang ingin diisolasi. Beberapa tujuan dari ekstraksi adalah untuk
mengetahui senyawa bioaktif, mengetahui keberadaan senyawa dalam organisme, hubungan struktur senyawa dalam organisme, identifikasi seluruh senyawa
bioaktif yang ada pada organisme Sarker et al. 2006. Tujuan dari isolasi dan purifikasi bahan alam yaitu untuk memisahkan senyawa aktif dari biomassa, untuk
mengisolasi senyawa metabolit atau karakterisasi beberapa senyawa dengan uji fitokimia Seidel 2006.
Metode ekstraksi dengan teknik maserasi digunakan karena relatif sederhana dan mudah tetapi menghasilkan produk yang baik meskipun memiliki
kekurangan, yaitu pengerjaan lama dan pengekstrakan kurang sempurna Meloan 1999. Seidel 2006 mengemukakan bahwa beberapa metode ekstraksi
menggunakan pelarut organik atau air telah dikembangkan dalam ekstraksi bahan alam. Maserasi merupakan metode yang mudah dan umum dilakukan. Metode
maserasi memiliki kekurangan, yaitu prosesnya memerlukan waktu yang lama, memerlukan volume pelarut yang banyak, beberapa senyawa tidak dapat diekstrak
secara efisien dan sedikit larut dalam suhu ruang. Senyawa yang terbawa pada proses ekstraksi adalah senyawa yang
mempunyai polaritas sesuai dengan pelarutnya. Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Ketaren 1986 berpandapat bahwa jenis dan
mutu pelarut yang digunakan sangat menentukan keberhasilan proses ekstraksi, pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya,
mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan mudah terbakar.
Sifat penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya gugus OH, COH, dan
lain-lain. Derajat polaritas tergantung pada tahapan dielektrik, makin besar tahapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut Nur dan Adijuwana 1989.
Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1
Sifat fisika kimia beberapa pelarut yang digunakan dalam ekstraksi bahan alam
Pelarut Indek
kepolaran Titik didih
C Viskositas
cPoise Kelarutan dalam
air ww n-Heksan
Diklorometan n-Butanol
iso-Propanol n-Propanol
Kloroform Etil asetat
Aseton Metanol
Etanol Air
0,0 3,1
3,9 3,9
4,0 4,1
4,4 5,1
5,1 5,2
9,0 69
41 118
82 92
61 77
56 65
78 100
0,33 0,44
2,98 2,30
2,27 0,57
0,45 0,32
0,60 1,20
1,00 0,001
1,6 7,81
100 100
0,815 8,7
100 100
100 100
Sumber : Seidel diacu dalam Sarker et al. 2006
Pelarut yang bersifat polar, mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino, dan glikosida
Harborne 1987. Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan,
ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Darusman et al. 1995.
Pemilihan pelarut tersebut berdasarkan sifat kepolarannya dan kandungan kimia bahan yang akan diekstrak. Dengan mengetahui sifat metabolit yang akan
diekstrak dapat dipilih pelarut yang sesuai berdasarkan kepolaran zatnya. Ekstraksi ini dilakukan berdasarkan prinsip like dissolve like, yaitu pelarut polar
akan melarutkan senyawa polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar Khopkar 1990.