Kandungan asam lemak lintah laut

Asam oleat omega-3 memiliki daya perlindungan yang mampu menurunkan LDL kolesterol darah yang disebut kolesterol jahat dan juga meningkatkan HDL kolesterol darah atau kolesterol baik. Akan tetapi, omega-9 memiliki daya perlindungan lebih baik dibandingkan omega-3 dan omega-6. Asam lemak ini juga memiliki potensi untuk menghadang produksi senyawa eikosanoid yaitu stimulan pertumbuhan tumor Pranoto 2006.

4.1.5 Kandungan mineral lintah laut

Analisis kandungan mineral bertujuan untuk mengetahui kandungan beberapa mineral baik makro mineral maupun mikro mineral. Hasil analisis kandungan mineral pada lintah laut Discodoris sp. dapat dilihat pada Tabel 7. Beberapa makro mineral pada lintah laut yaitu kalsium Ca, kalium K, dan magnesium Mg, sedangkan mikro mineral lintah laut yaitu seng Zn, mangan Mn dan besi F. Tabel 7 Hasil analisis kandungan mineral lintah laut Discodoris sp. No Jenis Mineral Hasil ppm Daging Jeroan Makro mineral 1 K 197,86 206,05 2 Ca 179,98 187,66 1 Mg 110,95 112,40 Mikro mineral 1 Zn 7,52 4,35 2 Fe 6,99 5,17 3 Mn 6,93 7,25 Tabel 7 memperlihatkan bahwa kandungan makro mineral lintah laut didominasi oleh mineral kalium, yaitu 197,86 ppm pada daging dan 206,05 ppm pada bagian jeroan. Kandungan mikro mineral didominasi oleh seng yaitu 7,52 ppm pada bagian daging dan 4,35 ppm pada bagian jeroan. Kandungan logam Pb sebesar 0,73 ppm daging dan 0,59 ppm jeroan, sedangkan kandungan logam berat baik merkuri, kadmium, dan arsen tidak terdeteksi. Logam berat ini masih berada di bawah batas maksium logam cemaran dalam ikan dan produk perikanan termasuk jenis moluska yaitu kadmium 1,0 mgkg, merkuri 1,0 mgkg, timbal 1,5 mgkg, dan arsen 1,0 mgkg SNI 7387-2009. Kandungan makro mineral pada bagian daging lebih rendah dibandingkan bagian jeroan Tabel 7, hal ini mungkin disebabkan karena pada bagian jeroan masih banyak terdapat mineral yang terbawa bersama makanan. Besarnya tingkat akumulasi mineral atau logam dalam tubuh organisme tergantung pada habitat, cara makan feeding habit dan jenis organisme itu sendiri Sanusi et al. 1995. Seng merupakan mikromineral penting dalam berbagai enzim dan hormon. Seng sebagai antioksidan, sebagai salah satu sistem kekebalan tubuh yang utama dan sebagai perlindungan terhadap penyakit. Seng dapat bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan penyakit maag. Kekurangan seng dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan sistem kekebalan terhadap penuaan secara bertahap Sunarto 2006. Logam berat dapat dibagi dalam dua jenis, jenis pertama adalah logam berat esensial yang keberadaaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah seng Zn, tembaga Cu, besi Fe, kobal Co, dan mangan Mn. Jenis kedua adalah logam berat yang tidak esensial dan memiliki sifat toksik, keberadaannya dalam tubuh masih belum banyak diketahui manfaatnya atau bahkan bersifat racun. Contoh logam berat kelompok ini adalah merkuti Hg, kadmium Cd, timbal Pb dan krom Cr Putra dan Putra 2006. Hasil analisis kandungan logam berat baik merkuri, kadmium dan arsen tidak terdeteksi dalam lintah laut Discodoris sp. dengan alat AAS yang digunakan. Alat ini hanya mampu mendeteksi kandungan mineral minimal sebesar 0,001 mg100 g bahan sehingga diperkirakan bahwa kandungan ketiga logam berat ini di bawah 0,001 mg100 g bahan yang diuji. 4.2 Ekstraksi Lintah Laut 4.2.1 Rendemen Ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan pada penelitian ini untuk menghindari rusaknya bahan dan senyawa yang dikarenakan suhu panas dan juga untuk memperoleh hasil ekstrak yang maksimal. Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Syarif et al. 2008 dengan fraksinasi bertingkat. Pelarut yang digunakan bertingkat dari yang non polar ke polar, yaitu kloroform, etil asetat, dan etanol. Dua sampel yang dimaserasi, yaitu daging dan jeroan lintah laut, menghasilkan filtrat dengan volume akhir kurang lebih 110 cairan tersisa dari volume awal. Ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental dengan karakteristik warna yang agak berbeda. Pada ekstrak kloroform diperoleh pasta yang berwarna coklat pekat, ektrak etil asetat berwarna coklat kehijauan, dan ekstrak etanol berwarna coklat. Hasil analisis rendemen dari sampel daging dan jeroan lintah laut dengan perbedaan pelarut disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Rendemen ekstrak lintah laut Keterangan Berat ekstrak Kloroform Etil asetat Etanol Daging lintah laut 4,53 1,14 5,08 Jeroan lintah laut 3,09 0,86 6,97 Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan bobot awal sampel yang digunakan. Rendemen menggambarkan efektivitas pelarut tertentu terhadap bahan dalam suatu sistem tetapi tidak menunjukkan tingkat aktivitas esktrak tersebut. Komponen yang terbawa pada proses ekstraksi adalah komponen yang memiliki polaritas yang sesuai dengan pelarutnya. Jenis pelarut yang digunakan mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan. Tabel 8 menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki rendemen yang tertinggi yaitu 5,08 daging dan 6,97 jeroan. Tingginya rendemen pada bagian jeroan disebabkan oleh perbedaan ukuran partikel dan kemudahan sel untuk pecah dimana pada bagian jeroan lintah memiliki sifat mudah dihancurkan dibandingkan pada bagian daging lintah laut. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas terjadinya kontak dengan pelarut. Tingginya rendemen pada pelarut polar juga telah dilaporkan oleh Nurjanah 2010, rendemen tertinggi diperoleh dari ekstrak metanol sebesar 4,51, sedangkan Andriyanti 2009 juga melaporkan rendemen lintah laut dengan berbagai pelarut polar yaitu metanol, etanol dan air diperoleh nilai sebesar 12,54, 14,75 dan 13,21.