Komponen Bioaktif Ekstraksi dan identifikasi senyawa bioaktif lintah laut (Discodoris sp ) sebagai antioksidan

Nudibranch merupakan golongan moluska tidak bercangkang yang selalu berwarna cerah dan indah sebagai pertahanan terhadap serangan predator. Nudibranch merupakan binatang yang indah yang umumnya mengandung sejumlah besar senyawa produk alam untuk membantu pertahanan terhadap serangan predator. Gambar 2 merupakan senyawa yang telah berhasil diisolasi, yaitu tetrapyrole dari Nembrotha kubaryana, nakafuran-8 dan nakafuran-9 dari Hypselodoris infucata, spongiane-16-one dari Chromodoris petechialis. Senyawa ini sebelumnya ditemukan dalam organisme laut lainnya yang mendukung hubungan antara makanan dan senyawa metabolit yang dihasilkan dalam nudibranch Karuso dan Schewer 2002. Gambar 2 Beberapa senyawa yang diisolasi dari nudibranch: 1 Nembrotha kubaryana, 2 Chromodoris petechialis, 3 dan 4 Hypselodoris infucata Golongan invertebrata laut diketahui sebagai sumber dari senyawa bioaktif yang memiliki potensi bagi dunia kedokteran, meskipun tidak sebagian besar obat dikembangkan dari laut. Beberapa senyawa yang telah diujicobakan secara klinis, yaitu obat antikanker. Penelitian tentang produk alam dari laut dalam 3 dekade terakhir telah menghasilkan banyak senyawa kimia dan biologis yang sangat 4 nakafuran-9 1 tertrapyrole 2 spongiane-16-one 3 nakafuran-8 menarik. Salah satunya adalah asam kainat, asam okadiat, tetradotoksin, manoalida, palitoksin dan sebagainya Higa et al. 2001. Senyawa metabolit yang ada pada spons juga ditemukan dalam beberapa nudibranch, meskipun hubungannya dengan spons tidak selalu ditemukan dalam daerah geografis yang sama dengan nudibranch. Di dalam saluran pencernaan Anisodoris nobilis terdapat metabolit kardiaktif 1-metilisoguan. Beberapa senyawa yang juga terdapat dalam nudibranch yaitu pigmen yang diperoleh dari spons yang digunakan sebagai mekanisme pertahanan kimia secara pasif dan sebagai upaya kamuflase Faulkner dan Ghiselin 1983. Beberapa senyawa bioaktif telah ditemukan pada nudibranch Jorunna funebris, yaitu isokuinolin alkaloid N-formil-1,2-dihidroreneirol asetat, asetil renierol, mimosamisin. Glossodoris atromarginata mengandung senyawa bioaktif deoksoskalarin, sesterterpen heteronemi dan skalaran. Hypselodoris kanga mempunyai kandungan senyawa bioaktif furanoseskuiterpenoid dan furodisinin. Chromodoris mandapamensis mempunyai kandungan senyawa bioaktif spongiadiol Fontana et al. 2001. Produk bahan alam yang diisolasi dari nudibranch Dendrodoris denisoni, yaitu cinnamolide, olepopuane, metoksi asetat, dan poligodial Grkovic et al. 2005. Senyawa bioaktif pada nudibranch umumnya diperoleh dari makanannya, berbagai macam senyawa yang berhasil diisolasi dari lintah laut hampir sama dengan senyawa metabolit yang ada pada spons dan spesies lainnya yang merupakan makanan dari nudibranch. Senyawa yang telah diisolasi yaitu terpen isocyanopupukeanane dari nudibranch Phyllidia varicosa dan juga ditemukan pada spons Hymeniacidon sp. Makrolid telah berhasil diisolasi dari nudibranch Hexabranchus sanguineus dan juga pada spons Halichondria, Mycale dan Jaspis. Senyawa peptida berhasil diisolasi dari opistobranch Dolabella auricularia dan pada sianobakteri Symploca. Senyawa peptida tersebut yaitu dolastatin 10 yang terbukti mempunyai aktivitas antitumor pada manusia Wojnar 2008.

2.3 Ekstraksi Senyawa Aktif

Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut. Komponen yang dipisahkan dengan ekstraksi dapat berupa padatan atau cairan. Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada beberapa faktor, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari ekstraksi, skala ekstraksi, sifat-sifat komponen yang akan diekstrak dan sifat-sifat pelarut yang digunakan. Ada beberapa metode umum ekstraksi yang dapat dilakukan, yaitu ekstraksi dengan pelarut, distilasi, supercritical fluid extraction SFE, pengepresan mekanik dan sublimasi. Diantara metode-metode yang telah diaplikasikan, metode yang banyak digunakan adalah distilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut Houghton dan Raman 1998. Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada sumber bahan alam dan senyawa yang ingin diisolasi. Beberapa tujuan dari ekstraksi adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif, mengetahui keberadaan senyawa dalam organisme, hubungan struktur senyawa dalam organisme, identifikasi seluruh senyawa bioaktif yang ada pada organisme Sarker et al. 2006. Tujuan dari isolasi dan purifikasi bahan alam yaitu untuk memisahkan senyawa aktif dari biomassa, untuk mengisolasi senyawa metabolit atau karakterisasi beberapa senyawa dengan uji fitokimia Seidel 2006. Metode ekstraksi dengan teknik maserasi digunakan karena relatif sederhana dan mudah tetapi menghasilkan produk yang baik meskipun memiliki kekurangan, yaitu pengerjaan lama dan pengekstrakan kurang sempurna Meloan 1999. Seidel 2006 mengemukakan bahwa beberapa metode ekstraksi menggunakan pelarut organik atau air telah dikembangkan dalam ekstraksi bahan alam. Maserasi merupakan metode yang mudah dan umum dilakukan. Metode maserasi memiliki kekurangan, yaitu prosesnya memerlukan waktu yang lama, memerlukan volume pelarut yang banyak, beberapa senyawa tidak dapat diekstrak secara efisien dan sedikit larut dalam suhu ruang. Senyawa yang terbawa pada proses ekstraksi adalah senyawa yang mempunyai polaritas sesuai dengan pelarutnya. Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Ketaren 1986 berpandapat bahwa jenis dan mutu pelarut yang digunakan sangat menentukan keberhasilan proses ekstraksi, pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan mudah terbakar.