Analisis asam amino AACC 1994

dilakukan pengeringan dengan gas nitrogen untuk mempercepat pengeringan dan mencegah oksidasi. 3 Tahap derivatisasi Larutan derivatisasi sebanyak 30 µl ditambahkan pada hasil pengeringan. Larutan derivatisasi dibuat dari campuran antara larutan metanol, pikoiotisianat, dan trietilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel. Selanjutnya dilakukan pegenceran dengan cara menambahkan 10 ml asetonitil 60 atau buffer fosfat 0,1 M lalu dibiarkan selama 20 menit. Hasil pengenceran disaring kembali menggunakan milipore berukuran 0,45 mikron. 4 Injeksi ke HPLC Hasil saringan diambil sebanyak 20 µl untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Penghitungan konsentrasi asam amino dilakukan dengan cara membandingkan kromatogram sampel dengan standar, pembuatan kromatogram standar menggunakan asam amino yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel. Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis asam amino: Temperatur : 27 C suhu ruang Jenis kolom : pico tag 3,9 m x 150 µm Kecepatan alir eluen : 1 mlmenit Tekanan : 3000 psi Fasa gerak : - Asetoniril 60 - Buffer fosfat 0,1 M Detektor : UV Panjang gelombang : 256 nm Derivatisasi : pre-column derivatization Tipe injeksi : on column injection tanpa septum Program : isokratik kecepatan aliran eluen konstan Kandungan masing-masing asam amino pada bahan dapat dihitung dengan rumus: g sampel Bobot 100 x BM x FB x C x standar area Luas sampel area Luas amino asam i Konsentras µ = Keterangan : C = konsentrasi standar asam amino 5 µg FP = faktor pengenceran 10 ml BM = bobot molekul dari masing-masing asam amino gmol

3.4.4 Analisis asam lemak AACC 1983

Analisis asam lemak dilakukan melalui tahap ekstraksi, derivatisai, injeksi dan pembacaan sample melalui kromatogram. Pada tahap ekstraksi, sampel dilarutkan dengan heksan. Terlebih dahulu diperoleh asam lemak dengan metode sokhlet dan ditimbang sebanyak 0,02 g lemak dalam bentuk minyak. Tahap derivatisasi dilakukan dengan cara menambahkan NaOH sebanyak 5 ml ke dalam metanol lalu dipanaskan selama 20 menit pada suhu 80 C, setelah itu larutan didinginkan. Larutan yang telah dingin ditambahkan sebanyak 5 ml pada sampel. Sampel dipanaskan pada suhu 80 C selama 20 menit, diangkat dan didinginkan. Sampel ditambahkan 2 ml NaCl jenuh dan 5 ml heksan dihomogenkan kemudian dipipet lapisan heksan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau eppendorf. Sebanyak 2-5 µl sampel diinjeksikan ke dalam kromatografi gas. Asam lemak yang ada dalam metil-ester akan diidentifikasi oleh flame ionization detector dan respon yang ada akan tercatat melalui kromatogram. Kondisi alat GC pada saat analisis adalah sebagai berikut: Temperatur kolom : 200 C Temperatur initial : 150 C Temperatur final : 180 C Kecepatan alir : H 2 = 2,5 Kgfcm 3 dan N 2 = 50 Kgfcm 3 Batas tekanan : 3000 psi Fase gerak : N 2 Fase stasioner : serbuk diethyl glicol sukcinat DEGS Detektor : flame ionization detector FID suhu 250 C Jenis kolom : pico tag 4 m x 5 mm Kecepatan suhu : 5 Cmenit Analisis kuantitatif asam lemak dapat dihitung dengan rumus: 100 x pelarut si Konsentra 100 sampel i Konsentras mglemak lemak Asam − =

3.4.5 Analisis mineral dan logam berat SNI 01-2896-1998

Mineral yang dianalisis pada sampel lintah laut Discodoris sp. meliputi: kalsium, kalium, magnesium, besi, fosfor, selenium, seng, kadmium, merkuri dan timbal yang dianalisis dengan metode spektrofotometer serapan atom. 1 Analisis mineral kalsium, magnesium, kalium dan seng SNI 01-2362- 1991 Prinsip penentuan kadar kalsium, magenesium, kalium dan seng adalah dengan proses pelarutan sampel dengan asam klorida, kemudian diukur absorbansinya dengan AAS. Prosedur analisis kadar mineral kalsium adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 g, kemudian dihancurkan dan dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 ml yang telah dibilas dengan HCl 1 N. Sampel ditambahkan dengan 25 ml HCl 1 N dan disimpan selama 24 jam. Setelah penyimpanan, sampel dikocok dengan shaker dan disaring dengan kertas whatman no 1. Ekstrak sampel dipipet sebanyak 1 ml, ditambahkan 2 ml larutan lantanium oksida dan ditambahkan HCl 1 N sampai volume menjadi 10 ml, kemudian ditera dengan penambahan akuades sampai volume menjadi 50 ml. Larutan diukur absorbansinya dengan AAS masing-masing pada panjang gelombang 422,7 nm untuk kalsium, 285,2 untuk magnesium, 766,5 nm untuk kalium dan 213,9 nm untuk seng. 2 Analisis mineral besi SNI 01-2896-1998 Prinsip penentuan kadar besi adalah proses pelarutan bahan dengan larutan asam campur terdiri dari asam nitrat, asam sulfat, dan asam perklorat, kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan. Prosedur analisis mineral besi adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 gram kemudian dihancurkan. Larutan asam campuran disiapkan yang dibuat dari HNO 3 , H 2 SO 4, dan HClO 4 dengan perbandingan 5:1:2. Sampel yang telah hancur ditambah 10 ml larutan asam campuran, kemudian dipanaskan di dalam ruang asam menggunakan api kecil selama 2 jam. Kemudian api dibesarkan sampai larutan menjadi jernih dan