dilakukan pengeringan dengan gas nitrogen untuk mempercepat pengeringan dan mencegah oksidasi.
3 Tahap derivatisasi
Larutan derivatisasi sebanyak 30 µl ditambahkan pada hasil pengeringan. Larutan derivatisasi dibuat dari campuran antara larutan metanol, pikoiotisianat,
dan trietilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel. Selanjutnya
dilakukan pegenceran dengan cara menambahkan 10 ml asetonitil 60 atau buffer fosfat 0,1 M lalu dibiarkan selama 20 menit. Hasil pengenceran disaring kembali
menggunakan milipore berukuran 0,45 mikron.
4 Injeksi ke HPLC
Hasil saringan diambil sebanyak 20 µl untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Penghitungan konsentrasi asam amino dilakukan dengan cara membandingkan
kromatogram sampel dengan standar, pembuatan kromatogram standar menggunakan asam amino yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel.
Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis asam amino: Temperatur
: 27 C suhu ruang
Jenis kolom : pico tag 3,9 m x 150 µm
Kecepatan alir eluen : 1 mlmenit Tekanan
: 3000 psi Fasa gerak
: - Asetoniril 60 - Buffer fosfat 0,1 M
Detektor : UV
Panjang gelombang : 256 nm Derivatisasi
: pre-column derivatization Tipe injeksi
: on column injection tanpa septum Program
: isokratik kecepatan aliran eluen konstan Kandungan masing-masing asam amino pada bahan dapat dihitung dengan rumus:
g sampel
Bobot 100
x BM
x FB
x C
x standar
area Luas
sampel area
Luas amino
asam i
Konsentras
µ
=
Keterangan : C = konsentrasi standar asam amino 5 µg
FP = faktor pengenceran 10 ml
BM = bobot molekul dari masing-masing asam amino gmol
3.4.4 Analisis asam lemak AACC 1983
Analisis asam lemak dilakukan melalui tahap ekstraksi, derivatisai, injeksi dan pembacaan sample melalui kromatogram. Pada tahap ekstraksi, sampel
dilarutkan dengan heksan. Terlebih dahulu diperoleh asam lemak dengan metode sokhlet dan ditimbang sebanyak 0,02 g lemak dalam bentuk minyak.
Tahap derivatisasi dilakukan dengan cara menambahkan NaOH sebanyak 5 ml ke dalam metanol lalu dipanaskan selama 20 menit pada suhu 80
C, setelah itu larutan didinginkan. Larutan yang telah dingin ditambahkan sebanyak 5 ml
pada sampel. Sampel dipanaskan pada suhu 80 C selama 20 menit, diangkat dan
didinginkan. Sampel ditambahkan 2 ml NaCl jenuh dan 5 ml heksan dihomogenkan kemudian dipipet lapisan heksan dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi atau eppendorf. Sebanyak 2-5 µl sampel diinjeksikan ke dalam kromatografi gas. Asam lemak yang ada dalam metil-ester akan diidentifikasi
oleh flame ionization detector dan respon yang ada akan tercatat melalui kromatogram. Kondisi alat GC pada saat analisis adalah sebagai berikut:
Temperatur kolom : 200 C
Temperatur initial : 150 C
Temperatur final : 180
C Kecepatan alir
: H
2
= 2,5 Kgfcm
3
dan N
2
= 50 Kgfcm
3
Batas tekanan : 3000 psi
Fase gerak : N
2
Fase stasioner : serbuk diethyl glicol sukcinat DEGS
Detektor : flame ionization detector FID suhu 250
C Jenis kolom
: pico tag 4 m x 5 mm Kecepatan suhu
: 5 Cmenit
Analisis kuantitatif asam lemak dapat dihitung dengan rumus:
100 x
pelarut si
Konsentra 100
sampel i
Konsentras mglemak
lemak Asam
− =
3.4.5 Analisis mineral dan logam berat SNI 01-2896-1998
Mineral yang dianalisis pada sampel lintah laut Discodoris sp. meliputi: kalsium, kalium, magnesium, besi, fosfor, selenium, seng, kadmium, merkuri dan
timbal yang dianalisis dengan metode spektrofotometer serapan atom.
1 Analisis mineral kalsium, magnesium, kalium dan seng SNI 01-2362-
1991
Prinsip penentuan kadar kalsium, magenesium, kalium dan seng adalah dengan proses pelarutan sampel dengan asam klorida, kemudian diukur
absorbansinya dengan AAS. Prosedur analisis kadar mineral kalsium adalah sebagai berikut: sampel
yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 g, kemudian dihancurkan dan dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 ml yang telah dibilas dengan HCl 1 N.
Sampel ditambahkan dengan 25 ml HCl 1 N dan disimpan selama 24 jam. Setelah penyimpanan, sampel dikocok dengan shaker dan disaring dengan kertas
whatman no 1. Ekstrak sampel dipipet sebanyak 1 ml, ditambahkan 2 ml larutan
lantanium oksida dan ditambahkan HCl 1 N sampai volume menjadi 10 ml, kemudian ditera dengan penambahan akuades sampai volume menjadi 50 ml.
Larutan diukur absorbansinya dengan AAS masing-masing pada panjang gelombang 422,7 nm untuk kalsium, 285,2 untuk magnesium, 766,5 nm untuk
kalium dan 213,9 nm untuk seng.
2 Analisis mineral besi SNI 01-2896-1998
Prinsip penentuan kadar besi adalah proses pelarutan bahan dengan larutan asam campur terdiri dari asam nitrat, asam sulfat, dan asam perklorat, kemudian
dilanjutkan dengan proses pemanasan.
Prosedur analisis mineral besi adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 gram kemudian dihancurkan. Larutan asam
campuran disiapkan yang dibuat dari HNO
3
, H
2
SO
4,
dan HClO
4
dengan perbandingan 5:1:2. Sampel yang telah hancur ditambah 10 ml larutan asam
campuran, kemudian dipanaskan di dalam ruang asam menggunakan api kecil selama 2 jam. Kemudian api dibesarkan sampai larutan menjadi jernih dan