pemecah rantai, yaitu antioksidan yang dapat bereaksi dengan radikal lipida lalu mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil. Suatu molekul antioksidan dapat
disebut sebagai antioksidan primer AH, jika dapat mendonorkan atom hidrogennya secara cepat ke radikal lipida RO
˙ dan radikal turunan antioksidan
tersebut A
˙ lebih stabil dibanding radikal lipida, atau mengubahnya ke bentuk
yang lebih stabil. Beberapa contoh antioksidan primer adalah superoksida dismutase SOD, Butylated Hidroxyanisol BHA, Butylated Hidroxytoluene
BHT dan tokoferol Oktay et al. 2003. Antioksidan yang sering digunakan umumnya tergolong dalam senyawa
fenolik. Senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai antioksidan melalui kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas terutama radikal peroksi,
ROO
•
. Dalam hal ini, senyawa fenolik bertindak sebagai donor hidrogen atau sebagai akseptor radikal peroksi.
Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan adalah dengan menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl DPPH.
DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokalisasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut
tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu violet pekat yang dapat dikarakterisasi
pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 520 nm Molyneux 2004. Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan
antioksidan dapat dilihat pada Gambar 3.
Diphenylpicrylhydrazyl radikal bebas Diphenylpicrylhydrazine non radikal Gambar 3 Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan
Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Larutan DPPH berwarna
ungu gelap, ketika ditambahkan senyawa antioksidan maka warna larutan akan
berubah menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi akan menunjukkan adanya aktivitas scavenging dengan berkurangnya warna ungu Molyneux 2004.
Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah IC
50
inhibition concentration. IC
50
merupakan konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH
sebesar 50 Molyneux 2004.
2.5 Kandungan Fitokimia
Analisis fitokimia adalah analisis yang mencakup pada aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu
mengenai struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara alamiah dan fungsi biologinya Harborne 1987.
2.5.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengandung atom N, umumnya merupakan bagian dari cincin heterosiklik gugus amina dan amida
dan bersifat basa. Senyawa tersebut dapat diperoleh dari ekstraksi kulit kayu, akar, daun, batang dan buah pada tumbuhan Solmons 2004. Sifat kebasaan
alkaloid dipengaruhi oleh struktur molekul, keberadaan, dan letak gugus fungsi lain. Alkaloid umumnya berbentuk padatan kristal dan berasa pahit Sarker dan
Nahar 2007. Biosentesis alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftofan yang menurunkan
alkaloid indol. Keberadaan alkaloid yang sangat beraneka ragam menyebabkan senyawa ini lebih sering didapatkan langsung dari tumbuhan dibandingkan dari
produk sentesis Kaufman et al. 1999. Beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang
farmakologi, yaitu nikotin stimulan pada syaraf otonom, morfin analgesik, kodein analgesik dan obat batuk, atropin obat tetes mata, skopolamin sedatif
menjelang operasi, kokain analgesik, piperin antifeedant, quinin obat malaria, vinkristin obat kanker, ergotamin analgesik untuk migran, reserpin
pengobatan simptomatis disfungsi ereksi, mitraginin analgesik dan antitusif, serta vinblastin antineoplastik dan obat kanker Putra 2007.
2.5.2 Steroidtriterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik Harborne 1987.
Hasil penelitian Setzer 2008 menunjukkan bahwa sejumlah produk triterpenoid alami memiliki aktivitas antitumor karena memiliki kemampuan
menghambat kinerja enzim topoisomerase II, dengan cara berikatan dengan sisi aktif enzim yang nantinya akan mengikat DNA dan membelahnya. Hal ini
menyebabkan enzim menjadi terkunci dan tidak dapat mengikat DNA. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi sekurang-kurangnya empat
golongan senyawa, yaitu triterpena, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Senyawa
triterpenoid yang terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi adalah fitosterol yang terdiri dari sitosterol, stigmaterol dan kaempesterol Harborne 1987.
Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Senyawa ini dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon tidak lebih dari 21, seperti
sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D. Steroid alami berasal dari berbagai transformasi kimia dua triterpena yaitu lanosterol dan sikloartenol.
Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat Harborne 1987. Hasil penelitian Silva et al. 2002 menunjukkan bahwa komponen steroid
yang diekstrak dari daun Agave attenuata memiliki aktivitas anti-inflamasi.
2.5.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini dapat diekstraksi dengan etanol 70 dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini
dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, oleh karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia Harborne 1987.
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan hijau. Flavonoid merupakan senyawa