Perkembangan Nilai Output Perkembangan Sektor Industri Pengolahan
setiap tahunnya. Peningkatan biaya input tersebut terkait dengan jumlah output yang diproduksi. Semakin banyak jumlah output yang diproduksi maka biaya
input yang dikeluarkan juga akan cenderung mengalami peningkatan. Faktor lain yang juga akan menentukan besarnya biaya input tersebut adalah harga dari input
tersebut. Semakin tinggi tingkat harga input maka semakin tinggi pula biaya input yang dikeluarkan oleh perusahaanindustri dalam berproduksi.
Tabel 23. Perkembangan Biaya Input Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2006-2008
Jenis Industri
Biaya Input
miliar rupiah
Pertumbuhan 2006
2007 2008
2006- 2007
2007- 2008
Makanan dan Minuman 182 660
240 903 320 062
31.89 32.86
Tekstil 65 813
72 379 105 762
9.98 46.12
Pakaian Jadi 26 011
25 941 47 702
-0.27 83.89
Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki
13 082 12 872
20 503 -1.61
59.28 Kayu, Barang-barang dari Kayu tidak
termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman
23 578 29 734
27 990 26.11
-5.87 Kertas dan Barang dari Kertas
41 244 59 177
61 863 43.48
4.54 Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi
dan Pengolahan Gas Bumi, Barang- barang dari Hasil Pengilangan Minyak
Bumi, dan Bahan Nuklir 2 619
4 384 4 401
67.39 0.39
Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia
89 338 93 359
144 369 4.50
54.64 Karet dan Barang dari Karet dan Barang
dari Plastik 70 159
71 366 104 220
1.72 46.04
Barang Galian Bukan Logam 20 744
20 461 33 768
-1.36 65.04
Logam Dasar 61 657
83 506 114 922
35.44 37.62
Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya
19 686 26 632
18 152 35.28
-31.84 Mesin dan Perlengkapannya
15 445 11 988
19 579 -22.38
63.32 Mesin Listrik Lainnya dan
Perlengkapannya 21 057
21 689 22 512
3.00 3.79
Kendaraan Bermotor 23 482
30 650 40 130
30.53 30.93
Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih
27 667 34 441
36 483 24.48
5.93
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah.
Sejalan dengan peningkatan nilai ouput, ternyata sektor industri makanan dan minuman merupakan industri yang terbesar dalam pengeluaran biaya input.
Sektor industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan biaya input setiap tahunnya dengan pertumbuhan yang juga terus meningkat. Laju
pertumbuhan biaya input industri makanan dan minuman per tahun lebih dari 30 persen. Perkembangan biaya input untuk setiap jenis industri disajikan pada
Tabel 23. Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa hampir seluruh industri mengalami
peningkatan biaya input yang dikeluarkan. Namun demikian terdapat sebagian kecil yang pengeluaran biaya inputnya mengalami penurun. Sektor industri
tersebut adalah industri barang dari logam. Penurunan biaya input dari industri barang dari logam tentunya terkait dengan perkembangan industri tersebut.
6.1.7. Perkembangan Modal Tetap
Perkembangan modal tetap ini memperlihatkan kondisi perubahan modal tetap yang terjadi pada industri besar dan sedang. Perubahan modal tetap dapat
berupa penambahan maupun pengurangan. Penambahan modal tetap mencakup pembelian barang baru dan bekas, sedangkan pengurangan mencakup penjualan
barang bekas Badan Pusat Statistik, 2009a. Jika ada penambahan modal tetap yang cukup signifikan pada suatu industri besarsedang maka hal tersebut
mengindikasikan perkembangan yang baik dari industri tersebut. Penambahan modal tetap yang dilakukan suatu industri menunjukkan adanya kebutuhkan
mesin dan peralatan baru. Sebaliknya, jika penambahan yang ada terus menurun dan justru terjadi pengurangan modal tetap maka hal tersebut mengindikasikan
perkembangan industri yang cenderung semakin menurun.
Berdasarkan Tabel 24 terlihat perubahan modal tetap dari industri besarsedang nasional. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa terjadi fluktuasi
nilai penambahan dan pengurangan modal tetap. Penambahan modal tetap relatif lebih besar dibandingkan pengurangannya.
Tabel 24. Perubahan Modal Tetap Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun 2006-2008
miliar Rp
Jenis Industri 2006
2007 2008
Penam bahan¹
Penuru nan²
Penam bahan¹
Penuru nan²
Penam bahan¹
Penuru nan²
Makanan dan Minuman 26 401
4 250 36 226
10 838 49 403
8 094 Tekstil
3 505 292
4.11 346
6 469 10 959
Pakaian Jadi 2 367
106 3.01
547 1 395
49 Kulit dan Barang dari Kulit dan
Alas Kaki 462
56 683
34 610
165 Kayu, Barang-barang dari Kayu
tidak termasuk furnitur, dan Barang-barang Anyaman
1 273 311
1 937 162
1 523 220
Kertas dan Barang dari Kertas 531
162 891
252 1 302
360 Batu Bara, Pengilangan Minyak
Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil
Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir
219 2
94 3
122 1
Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia
4 579 3 833
6 070 3 760
84 275 20 814
Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik
5 729 210
12 743 227
5 784 317
Barang Galian Bukan Logam 3 334
389 8 509
953 3 499
434 Logam Dasar
774 80
3 101 74
2 190 210
Barang-barang dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya
3 473 276
3 108 186
2 602 213
Mesin dan Perlengkapannya 9 241
112 2 708
117 1 986
218 Mesin Listrik Lainnya dan
Perlengkapannya 749
117 765
127 867
203 Kendaraan Bermotor
3 126 916
3 477 455
5 823 1 347
Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih
1 179 37
1 286 239
1 856 6 475
Keterangan : 1 mencakup pembelian barang baru dan bekas 2 mencakup pada penjualan barang bekas
angka estimasi
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a diolah.
Berdasarkan Tabel 24, secara lebih spesifik diketahui bahwa terdapat beberapa industri yang memiliki nilai penambahan modal yang terus meningkat
selama tahun 2005-2008, industri tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil, barang galian bukan logam, kendaraan bermotor, serta industri alat
angkutan selain kendaraan bermotor. Sementara itu, terdapat pula industri yang memiliki nilai pengurangan modal cukup signifikan. Terdapat empat industri yang
memiliki nilai pengurangan modal yang tinggi. Keempat industri tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil, alat angkutan selain kendaraan bermotor
dan industri kimia dan barang kimia.